
Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan hari Kamis, 27 Maret 2025.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 9 basis poin (bp) menjadi 6,75%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 14bp menjadi 7,00%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 13bp menjadi 7,00%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp17,3 triliun pada hari Kamis, 27 Maret 2025, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19,1 triliun.
FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp4,3 triliun dan Rp2,7 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp4,1 triliun.
Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan beli neto oleh investor asing sebesar Rp1,93 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 24-26 Maret.
Flow tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp0,51 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp2,63 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp0,19 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data setelmen per 26 Maret 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp32,02 triliun di pasar saham, beli neto Rp16,08 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp10,98 triliun di SRBI.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,15%, bergerak dari level Rp16.588/US$ di hari Rabu menjadi Rp16.562/US$ di hari Kamis, 27 Maret 2025.
Indikator global masih menunjukkan sentimen yang cenderung negatif, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST) dan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 1bp menjadi 4,09% dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 3bp menjadi 4,38%.
Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 93bp.
Di sisi lain, dari eksternal, Indikator global menunjukkan fluktuasi yang signifikan selama periode libur Hari Raya Idul Fitri dari 28 Maret hingga 4 April.
Libur panjang tersebut membatasi aktivitas pasar domestik, sehingga menciptakan temporary disconnect antara proses price discovery domestik dan perkembangan eksternal.
Selama periode tersebut, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif baru terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Pergerakan pasar offshore—termasuk penurunan tajam pada yield UST, peningkatan signifikan pada CDS Indonesia, serta fluktuasi nilai tukar Rupiah—berpotensi memicu repricing signifikan ketika pasar obligasi domestik kembali dibuka.
Yield curve UST 10-tahun turun tajam sebesar 37bp dari 4,38% pada 27 Maret menjadi 4,01% per 4 April 2025.
Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia melonjak sebesar 13bp menjadi 106bp.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat terdepresiasi sekitar 1,1% terhadap US$ ke level Rp16.746/US$ pada 3 April sebelum kembali menguat ke Rp16.653/US$ pada 4 April.
Seiring meningkatnya intensitas Trump’s trade wars 2.0, shock yang substantial kembali terllihat pada hari Senin, 7 April 2025.
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 10bp dari levelnya pada hari Jumat lalu menjadi 3,82%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 14bp menjadi 4,15%.
Lonjakan yang signifikan juga terjadi pada CDS 5-tahun Indonesia, yang meningkat sebesar 21bp menjadi 127bp, level tertinggi sejak November 2022.
Data Bloomberg juga menunjukkan Rupiah kembali melemah sebesar 1,01% ke level 16.822/US$.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan signifikan pada volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. BNI Sekuritas meng-update range mingguan untuk yield SUN 10-tahun pada periode 8-11 April, menjadi di kisaran 7,02-7,24%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0094, FR0091, FR0096,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Selasa (08/4).
https://pasardana.id/news/2025/4/8/analis-market-0842025-ada-potensi-peningkatan-signifikan-pada-volatilitas-harga-dan-yield-sbn-berdenominasi-rupiah/