Jakarta, BeritaMu.co.id – Belum selesai krisis yang dialami oleh Evergrande, pasar keuangan global kembali dikagetkan dengan perusahaan properti China lainnya, Fantasia Holdings, mengalami gagal bayar (default) atas pembayaran kupon obligasinya.
Tekanan yang datang pada pengembang properti negeri Tirai Bambu ini turut memicu kekhawatiran investor bahwa perusahaan properti lainnya juga diperkirakan bernasib sama dan mengalami gagal bayar, yakni Sinic Holdings.
Kegelisahan investor diperkuat oleh fakta bahwa lembaga pemeringkat Fitch Ratings dan S&P Global menurunkan peringkat utang kedua pengembang properti negeri Tirai Bambu tersebut.
Fantasia Holdings tidak mampu membayar kembali obligasi yang sudah jatuh tempo pada Senin pekan ini (4/1).
Sementara itu Sinic sedang mengalami masalah likuiditas yang parah dan kemampuan membayar utangnya sangat terbatas.
Bahkan anak perusahaan lokal Sinic juga gagal melakukan pembayaran bunga sebesar US$ 38,7 juta atau sekitar Rp 553 miliar (kurs Rp 14.300/US$) pada dua obligasi dalam mata uang yuan yang telah jatuh tempo 18 September lalu.
Lalu siapakah kedua perusahaan pengembang yang ikut terjebak dalam pusaran krisis properti yang sedang melanda Negeri Panda?
Fantasia Holdings
Berdasarkan situs resmi perusahaan, Fantasia Holdings didirikan pada 1998 dan terdaftar di papan utama Bursa Efek Hong Hong (dengan kode saham 1777). Sama seperti Evergrande, Fantasia Holdings memiliki kantor pusat di Shenzhen, Provinsi Guangdong.
Saat ini, Fantasia memfokuskan bisnis pengembangan real estatnya di kota-kota inti tier-1 (kota terbesar dan terkaya, PDB di atas US$ 300 miliar) dan kota tier-2 (PDB US$ 68 sampai US$ 300 miliar) dan area metropolitan lain seperti Greater Bay Area Guangdong-Hong Kong-Makau.
Fantasia juga memiliki satu anak usaha yang diperdagangkan publik, yaitu Color Life Services Group Co., Ltd. (HKG: 1778), yang diklaim oleh Fantasia telah menjadi perusahaan penyedia operasi layanan masyarakat (community service) terbesar di dunia.
Kapitalisasi pasar perusahaan yang melantai di Bursa hong Kong ini mencapai HK$ 3,23 miliar atau setara dengan Rp 5,91 triliun (kurs Rp 1.828/HK$), dalam sebulan saham perusahaan ini telah turun hingga 21%.
Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, hingga akhir Juni 2021 jumlah total aset masih lebih besar dari kewajiban utang, begitu pula aset lancar perusahaan juga masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek.
Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 79,99 miliar yuan atau setara dengan Rp 176,70 triliun (kurs Rp 2.207/yuan). Tapi perlu dicatat perusahaan memasukkan rumah dan properti siap jual sebagai aset lancar yang nilainya nyaris setengah dari total atau mencapai 38,60 miliar yuan.
Kewajiban jangka pendek perusahaan tercatat sebesar 49,63 miliar yuan (Rp 109,57 triliun).
Jika properti siap jual tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar maka kewajiban jangka pendek Fantasia Holdings akan lebih besar. Kewajiban jangka pendek ini juga lebih besar dari jumlah kasa dan setara kas perusahaan.
Sepanjang paruh pertama tahun ini pendapatan perusahaan tercatat naik menjadi 10,80 miliar yuan dengan laba bersih juga tercatat naik menjadi 152,75 juta yuan.
Saham perusahaan dikuasai oleh Fantasy Pearl, Ice Apex dan TLC Technology Group Corporation.
NEXT: Sinic Holdings, Simak ‘Jeroannya’
Demikian berita mengenai Ini Jeroan 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande, Parah?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211005224746-17-281712/ini-jeroan-2-raksasa-penerus-gagal-bayar-evergrande-parah