Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (15/10/2025): Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Diproyeksi Stabil

ANALIS MARKET (15/10/2025): Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Diproyeksi Stabil

0
0

Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan kemarin (14/10).

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 2 basis poin (bp) menjadi 5,32%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 3 bp ke level 6,04%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3 bps ke level 6,07%.

Level yield curve 10-tahun mendekati batas bawah dari weekly estimated range di kisaran 6,05%-6,29%.

Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp33,8 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp28,2 triliun.

FR0104 dan PBS003 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp5,0 triliun dan Rp3,5 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp3,3 triliun.

Data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin mencapai Rp59,2 triliun, lebih tinggi dibandingkan lelang SBSN sebelumnya tanggal 30 September yang mencapai Rp38,0 triliun.

Pemerintah menetapkan total amount awarded sebesar Rp10,0 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif Rp7,0 triliun.

Dalam konferensi pers APBN Kita pada 14 Oktober 2025, Kementerian Keuangan melaporkan bahwa pendapatan negara hingga September 2025 mencapai Rp1.863,3 triliun, turun 7,2% (yoy), sementara belanja negara sebesar Rp2.234,8 triliun, turun 0,8% (yoy).

Pemerintah mencatat surplus primer sebesar Rp18,0 triliun pada periode yang sama.

Defisit anggaran dilaporkan sebesar Rp371,5 triliun, atau setara dengan 1,56% terhadap PDB.

Baca Juga :  FILM Informasikan Rencana Right Issue 989.778.796 Saham Baru senilai Rp100 per Saham

Pembiayaan anggaran mencapai Rp458 triliun, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tercatat sebesar Rp86,5 triliun.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,18%, bergerak dari level Rp16.573/US$ di hari Senin menjadi Rp16.603/US$ kemarin.

Dalam konferensi National Association for Business Economics di Philadelphia, Federal Reserve Chairman, Jerome Powell menyatakan bahwa The Fed akan tetap mengambil pendekatan “meeting-by-meeting” dalam menentukan penurunan suku bunga, karena para pejabat the Fed masih terbagi antara kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi dan risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

Powell menyebut bahwa tingkat perekrutan dan pemutusan kerja tetap rendah hingga September, serta mengakui bahwa tingginya inflasi sebagian disebabkan oleh dampak tarif impor.

Ia menambahkan, bahwa perekonomian AS mungkin berada pada jalur yang sedikit lebih kuat dari perkiraan, meskipun menghadapi tantangan kebijakan dan pasar tenaga kerja saat ini. (Reuters)

Per pagi ini, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung positif. Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun dan 10-tahun masing-masing turun sebesar 5bp dan 2bp menjadi 3,60% dan 4,03%.

Namun, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia kembali meningkat sebesar 1bp menjadi 83bp.

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, BNI Sekuritas mengantisipasi demand terhadap Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi Rupiah akan stabil. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0093, FR0075, FR0098, FR0106,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (15/10).


https://pasardana.id/news/2025/10/15/analis-market-15102025-demand-terhadap-sbn-berdenominasi-rupiah-diproyeksi-stabil/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here