
Beritamu.co.id – Ketua Umum Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) Budi Harta Winata mengakui bahwa meningkatnya baja konstruksi hasil impor di pasar dalam negeri memberi dampak langsung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan pekerja di sektor ini.
Dalam sebuah acara FDG dibilangan Jakarta, pada Kamis (24/7), Budi mengungkap bahwa mayoritas jenis baja yang diimpor ini merupakan baja konstruksi siap pasang, sehingga tidak lagi membutuhkan proses pabrikan di dalam negeri.
Keadaan ini tentu saja memutus mata rantai pekerjaan dari hulu ke hilir, mulai dari penyedia bahan baku, material pendukung hingga pabrikator lokal.
“Karena barangnya sudah jadi dari luar, rantai pasok lokal tidak lagi terlibat. Akibatnya, ribuan karyawan kehilangan pekerjaan karena semua dikerjakan di Vietnam dan China,” ungkap dia.
Dirinya pun bercerita, saat sebelum pandemi Covid-19, lapangan pekerjaan terutama di perusahaannya, PT Artha Mas Graha Andalan, masih mampu menyerap hingga ribuan karyawan. Namun, berbeda dengan saat ini, jumlah karyawannya merosot tajam.
“Saya dulu, di lapangan bisa kerja 1.000 orang. Di workshop minimal 500 orang. Sekarang, kalau main ke workshop saya, kayaknya nggak lebih dari 70 orang yang kerja. Di lapangan, paling cuma 50 orang,” ujarnya berkisah.
Tak hanya itu, Budi menambahkan, kalau pihaknya sempat melatih lulusan baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, sekarang ini meski para pekerja tersebut sudah terlatih, proyek pun tidak ada yang bisa digarap.
“Anak-anak baru lulus kita ajarkan sampai bisa. Sekarang mereka sudah bisa, tapi kerjanya nggak ada,” imbuh Budi.
Untuk itu, dirinya mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas. Yakni dengan memperketat pengawasan dan regulasi terhadap impor konstruksi baja.
“Mestinya bisa diatur. Kalau desainnya bisa disesuaikan, kita juga mampu bikin di dalam negeri dengan harga bersaing. Tapi sekarang justru dihadapkan pada aturan yang membuat industri dalam negeri tidak fleksibel,” ucapnya.
https://pasardana.id/news/2025/7/25/ribuan-karyawan-kena-phk-karena-banyak-impor-baja-konstruksi-dari-vietnam-china/