
Beritamu.co.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Bursa saham dunia menguat tipis pada sesi perdagangan Selasa (25/3/25), menyusul reli tajam pada hari sebelumnya.
Sentimen pasar tetap terfokus pada gagasan bahwa Presiden AS Donald Trump akan mengambil pendekatan yang lebih terukur terkait tarif, sementara Dolar AS sedikit melemah dari level tertinggi tiga minggu.
Meskipun dibuka lebih tinggi, bursa saham AS berjuang untuk mempertahankan momentum setelah pembacaan Keyakinan Konsumen Conference Board turun 7,2 poin menjadi 92,9 pada bulan Maret, di bawah estimasi 94,0.
Ini menandai salah satu dari beberapa pembacaan sentimen yang menunjukkan tanda-tanda pendinginan.
Untungnya, data Penjualan Rumah Baru untuk bulan Februari masih menunjukkan tren kenaikan, meskipun dirilis di bawah ekspektasi.
Dow Jones Industrial Average naik tipis 4,18 poin, atau 0,01%, menjadi 42.587,50. S&P 500 naik 0,16%, dan Nasdaq Composite naik 0,46%.
Hari ini, AS akan menunggu data Pesanan Barang Tahan Lama bulan Februari, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan tajam ke wilayah kontraksi.
AS berpotensi memicu konflik global lagi, karena laporan terkini mengungkapkan bahwa pejabat senior keamanan nasional tertangkap sedang mendiskusikan rencana serangan ke Yaman dalam obrolan grup, yang melibatkan seorang reporter.
Kongres AS telah mendesak Direktur CIA, John Ratcliffe dan Direktur Intelijen Nasional, Tulsi Gabbard dalam sidang terbuka tentang kelalaian ini, yang dapat menimbulkan konsekuensi serius.
PASAR EROPA & ASIA: Indeks MSCI, yang melacak saham global, naik sebesar 1,74 poin, atau 0,2%, menjadi 853,47, sementara indeks STOXX 600 pan-regional di Eropa ditutup naik sebesar 0,67%, didorong oleh survei dari Institut Ifo yang menunjukkan peningkatan moral bisnis di Jerman pada bulan Maret. Lelang obligasi di Jerman dan Inggris didukung oleh kenaikan imbal hasil (di tengah prediksi inflasi yang kuat di Inggris), terutama karena Eropa bersiap menghadapi dampak kebijakan tarif Trump. Situasi Kepercayaan Konsumen yang kurang optimis juga terlihat di Korea Selatan, sementara Jepang merilis CPI Inti BoJ sesuai dengan ekspektasi sebesar 2,2% YoY, tingkat pertumbuhan yang sama dengan periode sebelumnya.
OBLIGASI & MATA UANG: INDEKS DOLAR, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang global utama, melemah sebesar 0,1% menjadi 104,19 setelah sebelumnya mencapai puncak tiga minggu di 104,46. EURO turun 0,06% menjadi $1,0793, sementara Dolar melemah 0,54% terhadap YEN Jepang menjadi 149,88, dan POUNDSTERLING naik 0,18% menjadi $1,2942. Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS sedikit menurun karena investor juga menilai dampak potensial tarif pada kebijakan moneter Federal Reserve. Gubernur Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa kebijakan bank sentral saat ini tetap restriktif dan berada pada posisi yang baik, tetapi kemajuan menuju target inflasi 2% telah melambat. Presiden Fed New York John Williams mengatakan perusahaan dan rumah tangga menghadapi ketidakpastian yang meningkat tentang prospek ekonomi. Komentar ini mengikuti komentar dari Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengindikasikan bahwa ia hanya melihat satu kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Fed tahun ini. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun turun 1,6 bps menjadi 4,315%, memperpanjang penurunan setelah penjualan obligasi 2 tahun senilai $69 miliar.
KOMODITAS: Harga minyak berbalik arah setelah AS mencapai kesepakatan terpisah dengan Ukraina dan Rusia untuk memastikan navigasi yang aman di Laut Hitam dan menerapkan larangan serangan antara fasilitas energi kedua negara. Minyak mentah WTI AS ditutup turun 0,16% pada $69 per barel, sementara BRENT ditutup pada $73,02 per barel, naik 0,03%.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN: IHSG kembali ke wilayah positif, naik 74,4 poin atau +1,21% ke level 6.235,61, didukung oleh Pembelian Bersih Asing sebesar Rp214 miliar (seluruh pasar), yang tampaknya baru pertama kali terjadi dalam beberapa waktu terakhir, terutama setelah penjualan bersih asing yang besar-besaran sebesar Rp33,33 triliun sejak awal tahun.
Sayangnya, Rupiah merosot tajam bahkan sempat menyentuh level 16.645/USD kemarin, mendekati level terendah sejak era COVID, membawa awan gelap yang mengancam kelanjutan momentum bullish IHSG menuju MA10 (moving average 10-hari) di level 6.380 sebagai target jangka pendek sebelum libur panjang Idulfitri dimulai pada 28 Maret.
Menyikapi beragam kondisi tersebut, analis Kiwoom Sekuritas menyarankan investor/trader untuk memanfaatkan sisa dua hari ini untuk melakukan Sell on Strength dengan harga yang lebih baik.
Manfaatkan momentum laporan laba perusahaan untuk menangkap sentimen positif.
“Sell on Strength!” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Rabu (26/3).
https://pasardana.id/news/2025/3/26/analis-market-2632025-sell-on-strength/