Foto Source: bolazola
Dalam sepakbola, posisi seorang penyerang tengah mempunyai tugas
spesifik: mencetak gol, menerima umpan dari para pemain lain, maupun menerima
bola untuk digiring ke jantung pertahanan lawan. Peran yang demikian
diistilahkan sebagai pemain bernomor sembilan. Tetapi pada sepakbola modern
pemain nomor sembilan ini mengalami transformasi peran. Penyerang bukan lagi
mengemban tugas spesifik seperti yang telah disebut diatas. Hal ini kemudian
memunculkan istilah penyerang palsu atau pemain nomor sembilan palsu (false nine).
Dalam sepakbola modern, penyerang palsu ini dipopulerkan pertama
kali oleh Luciano Spalletti kala menangani AS Roma pada tahun 2006. Ketika itu
ia kehilangan Antonio Cassano dan Mirko Vucinic sebagai penyerang tengah yang
biasa diandalkan untuk mencetak gol. Sebagai ganti, ia mendorong Francesco
Totti sebagai penyerang tunggal dalam formasi 4-1-4-1. Tetapi sebagai
penyerang, tugas utama Totti bukan untuk mencetak gol. Spalletti menginstruksikan
Totti sebagai pemain yang berdiri di antara gelandang dan bek lawan sehingga ia
akan mengacaukan pertahanan lawan. Peran itu akan membuka ruang bagi gelandang
Roma, kala itu diisi oleh Amantimo Mancini, Simone Perrotta, David Pizzarro,
dan Rodrigo Taddei untuk lebih aktif menyerang. Hasilnya, serangan Roma semakin
banyak dan bervariasi, dan Totti berhasil mencetak 26 gol di Serie A musim itu.
Peran Totti pada musim itu tidak seperti peran penyerang yang
menjadi target utama pengawalan para bek lawan. Totti bergerak dengan lebih
bebas sehingga menciptakan ruang bagi gelandang-gelandang lain untuk melakukan
serangan. Hal sama dilakukan oleh Pep Guardiola kepada Lionel Messi. Pada
sebuah pertandingan melawan Real Madrid, Pep meletakkan Messi sebagai penyerang
tengah di formasi 4-3-3. Tetapi perannya bukan menunggu bola di kotak penalti
lawan tetapi memancing para bek Madrid untuk keluar dari zonanya. Hasilnya,
Barcelona ketika itu menang dengan skor 6-2.
Sir Alex Ferguson juga menggunakan langkah serupa. Pada tahun 2009
ia kerap menggunakan trio Carlos Tevez, Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo
sebagai penyerang pada formasi 4-3-3. Tetapi tidak satu pun di antara ketiganya
menjadi penyerang pasif yang menunggu bola. Arsene Wenger juga menerapkan hal
serupa. Ia memindahkan posisi asli Robin van Persie sebagai sayap menjadi
penyerang tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sepakbola modern kini lebih
membutuhkan penyerang yang bukan bersifat menunggu bola, tetapi aktif memancing
pertahanan lawan dan membuka ruang untuk rekan-rekan lainnya.
Penerapan strategi dengan menggunakan false nine ini berhasil karena para bek lawan akan kebingungan
antara mengawal penyerang tengah atau membiarkannya dan menunggu serangan
datang. Bila para bek tengah mengawal penyerang tersebut, hal ini akan membuka
lubang di pertahanan yang bisa menjadi sasaran para pemain lain. Bila para bek
memilih untuk menunggu, risiko terlalu besar karena para pemain lawan akan
punya banyak ruang untuk menyerang lawan.
Pada perkembangannya strategi ini mulai terbaca oleh para pelati
sepakbola. Salah satu rumus paling umum untuk mengantisipasinya adalah dengan
menggunakan dua gelandang bertahan yang disebut double pivot dalam formasi 4-2-3-1. Dalam formasi ini, tugas
mengawal pemain yang memerankan false
nine adalah dua geladang bertahan. Hal ini akan menyebabkan jarak antara
bek dengan gelandang bertahan terlalu dekan dan tim tersebut akan menumpuk
pemain di daerah pertahanan. Strategi ini kemudian diberi istilah ‘parkir bus’.
Hal ini pernah sukses dilakukan Chelsea ketika menyingkirkan Barcelona di babak
semifinal Liga Champions tahun 2012.
Akan tetapi, dalam sejarahnya strategi false nine ini sudah diterapkan pada tahun 1930an. Adalah Matthias
Sindelar, pemain tim nasional Austria yang memerankannya pertama kali. Sindelar
tidak memiliki fisik yang baik sebagai penyerang tengah. Tetapi ia punya
kreativitas dan kemampuan menggiring bola yang baik. Oleh karena itu meski ia
berposisi sebagai penyerang tengah, perannya adalah untuk membuka ruang bagi
para rekannya dalam melakukan serangan. Pada tahun 1950an, penyerang Hungaria,
Nandor Hidegkuti juga memerangkan false
nine di tim nasionalnya.
Sam Tighe pernah menulis sembilan penyerang palsu terbaik yang
pernah ada di dalam sepakbola yakni Totti, Messi, Sindelaar, Ezequiel Lavezzi,
van Persie, Tevez, Dennis Bergkamp,
Hidegkuti dan Johan Cruyff.
Sumber : https://Beritamu.co.id/peran-sebagai-penyerang-palsu-dalam-sepakbola-modern/8184/