Home Bisnis Awal November Bursa Asia Menguat, Hang Seng-Shanghai Melemah

Awal November Bursa Asia Menguat, Hang Seng-Shanghai Melemah

16
0
Awal November Bursa Asia Menguat, Hang Seng-Shanghai Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Senin (1/11/2021), perdagangan pertama November, meskipun data aktivitas manufaktur China pada periode Oktober 2021 kembali berkontraksi.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melonjak 1,52%, Straits Times Singapura melesat 0,88%, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,42%.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,66% dan Shanghai Composite China merosot 0,7% pada pagi hari ini.

Pada Minggu (31/10/2021) kemarin, National Bureau Statistic (NBS) China melaporkan data aktivitas manufaktur yang tercermin pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager’s Index) periode Oktober kembali berkontraksi menjadi 49,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 49,6.

Setelah perilisan PMI manufaktur versi NBS, data PMI manufaktur China periode Oktober versi Caixin/Markit akan dirilis pada hari ini pukul 09:45 waktu setempat atau pukul 08:45 WIB.

Selain China, Jepang dan Korea Selatan juga telah merilis data PMI Manufakturnya periode Oktober pada pagi hari ini.

Di Jepang, PMI manufaktur periode Oktober versi Jibun Bank/Markit tercatat mengalami ekspansif menjadi 53,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 51,5.

Sementara di Korea Selatan, PMI manufaktur periode Oktober versi Markit terpantau mengalami kontraksi menjadi 50,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 52,4.

Data PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.

Pergerakan bursa Asia pada perdagangan di awal bulan November ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (29/10/2021) pekan lalu.

Baca Juga :  Ada Tanda-tanda Bangkit, Mayoritas Bursa Asia Hijau

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,25% ke level 35.819,56, S&P 500 naik 0,19% ke 4.605,7, dan Nasdaq Composite terangkat 0,33% ke posisi 15.498,39. Ketiganya kembali mengukir rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Ke depan, sepertinya prospek Wall Street masih cerah. Sejak 1950, S&P 500 menguat rata-rata 1,7% setiap tahunnya.

Akan tetapi, ada tantangan besar yang mesti diwaspadai. Salah satu faktor pengerek Wall Street tahun ini adalah gelontoran likuiditas dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Covid-19), Ketua The Fed Jerome ‘Jay’ Powell dan koleganya memutuskan untuk menambah likuiditas dengan membeli surat-surat berharga senilai US$ 120 miliar per bulan, atau bisa disebut quantitative easing (QE)

Setelah lebih dari setahun QE berlangsung, kini perekonomian Negeri Paman Sam berangsur membaik. Tekanan inflasi pun mulai terasa, tanda pulihnya konsumsi dan daya beli masyarakat.

Oleh karena itu, pelaku pasar punya ekspektasi The Fed akan mulai mengurangi QE. Pengurangan QE ini biasa disebut tapering off.

Pasar memperkirakan tapering akan diputuskan pada rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada 2-3 November 2021 waktu Washington DC atau pekan ini.

“Tapering akan membuat likuiditas tidak lagi berlimpah, ini tentu akan membuat pasar agak takut,” ujar Anu Gaggar, Global Investment Strategist di Commonwealth Financial Network, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(chd/chd)

Demikian berita mengenai Awal November Bursa Asia Menguat, Hang Seng-Shanghai Melemah, ikuti terus update berita dari kami

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211101083353-17-287952/awal-november-bursa-asia-menguat-hang-seng-shanghai-melemah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here