Pasardana. Id-Pandemi yang bermula di tahun 2020 dan berlanjut di 2021 memberikan dampak tersendiri bagi sektor transportasi akibat dari berkurangnya mobilitas masyarakat.
Pemerintah setidaknya telah menerapkan 2 kali PPKM yaitu PPKM Mikro di pertengahan Januari dan PPKM Darurat yang dilaksanakan pada Juli 2021.
Pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat tersebut tentunya memiliki dampak pada kinerja PT Blue Bird Tbk (IDX: BIRD).
Meskipun demikian, dengan pembatasan-pembatasan yang terjadi, Perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp1,45 triliun, atau berkurang 6,6 persen dibandingkan pada periode 9M20 di mana Bluebird berhasil membukukan Rp1,55 triliun.
Perlu juga dicatat, selain PPKM yang diberlakukan di 2021, bulan Januari dan Februari 2020 pendapatan Perseroan masih berada dalam masa normal sebelum pandemi di mana kinerja Perseroan pada saat itu sedang sangat baik dengan rata-rata pendapatan Perseroan di Januari-Februari 2020 naik sekitar 7 persen dibandingkan Januari-Februari 2019.
Apabila dibandingkan antara periode pandemi di 2020 dan 2021, performa Perseroan justru membaik di 9M21.
Rata-rata pendapatan per bulan periode pandemi (Januari-September) 2021 naik Rp24 milyar atau 17,5 persen dibandingkan rata-rata pendapatan per bulan periode pandemi (Maret-Desember) 2020, yang menunjukkan Perseroan pada jalur pemulihan yang kuat dan mampu menghadapi goncangan pandemi lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Performa Perseroan di 2021 masih sangat dipengaruhi oleh pandemi Perbaikan signifikan pada kinerja keuangan Perseroan YoY Rugi bersih Perseroan di 9M21 membaik sekitar 58% dibandingkan 9M20.
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengungkapkan, pembatasan mobilitas masyarakat adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19 di negeri ini.
“Kami telah belajar banyak dari tahun 2020 dalam menyikapi pembatasan mobilitas
masyarakat melalui berbagai program efisiensi untuk mengurangi beban Perseroan. Namun di sisi lain kami juga terus memberikan layanan yang aman nyaman dan higienis dengan menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat, serta memberikan kemudahan bagi customer untuk melakukan pemesanan taksi kami di berbagai platform dan semakin mengembangkan alternatif pembayaran cashless yang semakin diminati oleh masyarakat,” beber Sigit, seperti dilansir dari siaran pers, Minggu (31/10).
Kinerja Perseroan secara keseluruhan di 9M21 membaik signifikan dibandingkan 9M20.
Rugi bersih Perseroan di 9M21 tercatat sebesar -Rp66,3 milyar, membaik 58% dibandingkan kerugian di 9M20 yaitu -Rp158 milyar.
EBITDA Perseroan juga turut meningkat di mana pada periode 9M21 EBITDA yang dihasilkan adalah Rp248 milyar, naik Rp12,5 milyar dibandingkan 9M20.
Perbaikan kinerja tersebut didukung oleh beberapa faktor antara lain:
Pertama, beban langsung Perseroan turun 9,6% atau Rp125,3 milyar di 9M21 dibandingkan 9M20 sebagai hasil dari efisiensi operasional Perseroan.
Kedua, strategi efisiensi Perseroan juga diterapkan dalam lini pendukung operasi Perseroan sehingga beban usaha juga turun Rp46,2 milyar di 9M21 dibandingkan 9M20 sehingga rugi usaha Perseroan di 9M21 jauh membaik dari yang sebelumnya -Rp 177 milyar di 9M20 menjadi -Rp 108
milyar di 9M21.
Ketiga, salah satu lini bisnis Perseroan yaitu Mobil Go yang bergerak pada penjualan mobil bekas eks armada Bluebird, menunjukkan kinerja yang sangat baik. Laba atas penjualan aset naik sangat signifikan dari yang sebelumnya mencatat kerugian sebesar -Rp5,4 milyar di 9M20 menjadi laba sebesar RP48,6 milyar di 9M21. Hal itu didorong dari peningkatan volume dan juga perbaikan di harga jual per unit.
Keempat, ekspansi Perseroan dari sisi teknologi dengan diluncurkannya MyBlueBird 5 dan juga kolaborasi dengan berbagai platform lain untuk booking channel dan payment channel taksi Perseroan memberikan fleksibilitas lebih bagi customer dalam melakukan pemesanan dan pembayaran.
Posisi neraca dan kas Perseroan di 9M21 juga semakin kuat dibandingkan tahun lalu.
Posisi kas Perseroan di akhir September 2021 adalah Rp739,9 milyar dibandingkan posisi kas Perseroan di 30 September 2020 yaitu sebesar Rp730,9 milyar.
Sedangkan debt to equity ratio di 30 September 2021 adalah 0,3x menunjukkan posisi neraca yang sangat sehat dan Perseroan masih memiliki ruang yang sangat lebar untuk melakukan ekspansi.
Mulai April 2021, didukung oleh kondisi keuangan Perseroan yang semakin membaik, Perseroan telah mengakhiri masa relaksasi pembayaran pinjaman ke bank dan mulai melakukan pembayaran pokok pinjaman dengan normal.
Lebih lanjut, Sigit mengungkapkan bahwa Bluebird masih menjadi perusahaan yang kuat dan terus berkembang di tengah kondisi pandemi.
“Banyak perusahaan transportasi yang sudah bertumbangan akibat pandemi. Namun fakta bahwa Bluebird masih bertahan dan terus mengembangkan bisnisnya adalah bukti dari kepercayaan masyarakat terhadap layanan Bluebird dan tata kelola perusahaan yang prudent serta berorientasi kepada customer,” tambahnya.
Bluebird Terus Mengembangkan Sayap di Bisnis Pengiriman Barang Seperti yang diketahui, sejak tahun 2020 Perseroan sudah masuk dalam bisnis pengiriman barang untuk meningkatkan utilitas armada taksi Perseroan.
Perseroan sudah bekerja sama dengan beberapa partner lain seperti Indogrosir, Paxel, Union Group, Kem Chicks, Kereta Api Indonesia dan lain-lain.
Di tahun 2021 ini layanan pengiriman barang Bluebird Kirim sudah masuk sebagai alternatif pengiriman barang di Shopee yang merupakan marketplace e-commerce terbesar kedua di Indonesia.
Ke depannya, lanjut Sigit, perseroan akan berekspansi untuk masuk sebagai alternatif pengiriman dalam berbagai platform e-commerce lainnya mengingat potensi bisnis yang cukup besar dari segmen tersebut.
https://pasardana.id/news/2021/11/1/masih-terimbas-pandemi-bird-bukukan-pendapatan-9m21-rp1-45-triliun/