Home Bola Zulkarnain Lubis, ‘Maradona Indonesia’ Asal Binjai

Zulkarnain Lubis, ‘Maradona Indonesia’ Asal Binjai

35
0

BeritaMu.co.id
Foto Source: kekitaan

Para pemain Indonesia pada zaman 70-an punya punya bakat tingkat dunia. Seperti dua tulisan sebelum, Andi Ramang dan Iswadi Idris. Kedua punya skill mumpuni dalam mengolah sikulit bulat. Tapi kali ini, kita “mengenang” seorang Maradona di Indonesia. Iya, dialah Zulkarnain Lubis. 

Zulkarnain pernah mendapat julukan sebagai Maradona-nya Indonesia. Dari berbagai literatur yang dikumpulkan, banyak alasan kenapa lelaki asal Medan ini mendapat julukan macam legenda Argentina; Diego Maradona. 

Menurut data, julukan tersebut untuk Zulkarnain bukan tanpa sebab. Itu karena, pergerakan legenda timnas ini memang dikenal lincah. Bedanya dengan Maradona hanyalah pada posisi. Jika Maradona asli berposisi sebagai penyerang, maka Zulkarnain dulu berposisi sebagai gelandang yang mengatur ritme permainan.

Selama kariernya, pria kelahiran Binjai, Sumatra Utara, 1958 ini pernah membela klub-klub besar Tanah Air. Di antaranya dari PSMS Medan pada tahun 1979, Mercu Buana di tahun 1980 dan Yanita Utama tahun 1983. Ia menjadi salah satu pemain yang kut mengantarkan Krama Yudha menjuarai Galatama 1985 usai mengalahkan Arseto Solo 1-0 di final. Klub selanjutnya yang ia bela adalah Petrokimia Putra tahun 1989 sampai yang terakhir bermain untuk PSM Makassar di tahun 1997.

Namun, kariernya menanjak ketika berkostum Krama Yudha Tiga Berlian. Zulkarnain ikut membawa Krama tim tersebut meraih peringkat tiga di Liga Champions Asia pada tahun 1985. Di turnamen level Asia itu juga Zulkarnain mendapat julukan Maradona Indonesia karena kepiawaiannya mengolah bola bersama tim tersebut.  

Dia juga menjadi andalan Timnas Indonesia sejak 1982-1987. Salah satunya tampil di Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan, dengan membawa Tim Merah Putih ke semifinal. 

Di Asian Games 1986, timnas tergabung dalam Grup C bersama dengan Saudi Arabia, Qatar, dan Malaysia. Di laga perdana tim asuhan Bertje Matulapelwa bermain imbang 1-1 menghadapi Qatar. Timnas sempat kalah 0-2 kontra Arab Saudi 0-2, sebelum mengantungi kemenangan tipis 1-0 versus Malaysia.

Timnas Indonesia melaju ke fase knock-out dengan status runner-up grup.

Baca Juga :  Tambahan Satu Gol Buat Lewandowski Pecahkan Rekor Bundesliga

Saat memasuki fase perempat final Timnas Indonesia menjalani duel sulit melawan Uni Emirat Arab. 

Di waktu normal kedua tim berbagi skor 2-2. Akhirnya, Zulkarnain Lubis cs. menang  adu penalti 3-2. Timnas kemudian bersua Korea Selatan di semifinal. Tanpa ampun Timnas Indonesia tumbang 0-4. Saat perebutan tempat ketiga, Tim Merah-Putih gagal meraih medali perunggu setelah digebuk Kuwait 0-5.

“Kegagalan yang menyakitkan, karena saat itu Timnas Indonesia benar-benar on fire. Om Bertje sukses mengkombinasikan pemain-pemain bintang kompetisi Galatama dan Perserikatan,” cerita Zulkarnain seperti dikutip dari bola.com yang mewawancarainya beberapa tahun lalu di Yogyakarta. 

Zulkarnain yang pernah berkostum PSM Makassar itu juga nyaris meloloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 1986. Sayang, Timnas Indonesia kalah dengan agregat 1-6 dari Korea Selatan di babak kedua kualifikasi zona B AFC, Juli 1985 silam.

Timnas Indonesia saat mengikuti Pra Piala Dunia 1986 diisi pemain-pemain bintang macam Bambang Nurdiansyah, Herry Kiswanto, hingga Marzuki Nyakmad, dengan pelatih Sinyo Aliandoe. 

Sebelum meninggal, Zulkarnain juga menjabat sebagai pelatih kepala Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sejak 2015. “Saya tidak pernah tertarik melatih klub profesional, saya ingin fokus di pembinaan usia muda. Saya ingin mencetak pesepak bola andal. Saya ingin ia nasibnya lebih baik dibanding saya,” papar Zulkarnain

Selama menjadi pelatih, pria 60 tahun ini berhasil membawa nama harum Kabupaten Pali. Ia berhasil mengantarkan klubnya mendapatkan gelar juara pada Pekan Olahraga Nasional Provinsi (Porprov) Sumatera Selatan pada tahun 2015.

Sebagai seorang bintang, Zulkarnain Lubis punya sisi kelam. Ia dikenal sebagai sosok indispliner. Ia sosok kontroversial. “Saat saya muda, saya cepat naik darah. Seringkali terlibat keributan. Terutama jika pemain lawan bermain kasar ke saya,” tuturnya. 

“Kita semua kehilangan seorang legenda sepak bola nasional yang punya dedikasi dan sumbangsih besar untuk sepak bola Indonesia. Semasa menjadi pemain dia dikenal dengan julukan Maradona Indonesia,” tulis PSSI saat Zulkarnain meninggal pada Jumat (11/9/2018) akibat serangan jantung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here