Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah sebelumnya beberapa pengembang properti China skala besar, menengah hingga kecil tidak mampu membayarkan kupon pinjaman surat utang kepada para investor. Kini daftar perusahaan properti di China yang mengalami gagal bayar bertambah satu lagi.
Sebelumnya Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings dikabarkan telah melewatkan pembayar kupon, kini giliran Modern Land yang mengalami nasib serupa.
Reuters mengabarkan bahwa perusahaan yang diperdagangkan di bursa Hong Kong dengan kode 1107 telah melewatkan pembayaran obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di China Evergrande dan ikut menyeret saham di sektor properti di Bursa Hong Kong.
Pekan lalu Modern Land sebenarnya telah menyatakan akan membatalkan pembayaran bunga obligasi dan mengatakan akan membayar kembali sebagian dari obligasi senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun (kurs Rp 14.300/US$) yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dengan memperpanjang tenggat waktu hingga tiga bulan.
Otoritas negara China dikabarkan akan bertemu dengan perusahaan-perusahaan properti dengan utang jumbo dalam mata uang dolar untuk melihat kemampuan pembayaran mereka, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang likuiditas.
Modern Land (China) Co Ltd mengatakan dalam sebuah pengajuan pada Selasa (19/10) bahwa mereka belum membayar pokok dan bunga atas obligasi senior 12,85% yang jatuh tempo pada hari Senin karena “masalah likuiditas yang tidak terduga”.
Awal bulan ini, Fantasia Holdings Group 1777.HK gagal membayar obligasi dolar yang jatuh tempo yang meningkatkan kekhawatiran di pasar utang internasional yang sebelumnya juga sudah diguncang oleh kekhawatiran apakah Evergrande akan memenuhi kewajibannya.
Evergrande, yang berhasil menghindari default yang mahal minggu lalu setelah mengamankan US$ 83,5 juta untuk pembayaran bunga pada menit terakhir masa tenggang (grace period) 30 hari setelah melewatkan jadwal pembayaran, masih dihantui dengan kewajiban lain yang sudah ada di depan mata.
Dilansir Reiters, Jumat pekan ini Evergrande kembali harus membayar US$ 47,5 juta dan total pembayaran kupon luar negeri lainnya mencapai US$ 338 juta akan jatuh tempo pada bulan November dan Desember.
Di pasar modal, saham pengembang properti kembali mengalami koreksi pada perdagangan Senin ini (26/10).
Selain akibat krisis properti, kekhawatiran atas rencana China untuk memperkenalkan pajak real estat juga merupakan masalah utama.
China Real Estate Index China turun 2,7%, sedangkan Hang Seng Mainland Properties Index turun hampir 5,1%. Indeks Hang Seng juga ikut terkoreksi tipis 0,6% sementara China indeks CSI300 turun 0,3%.
Prospek penularan dan bertambahnya gagal bayar telah membebani sektor ini dengan banyak investor memilih mundur.
Chinese Estates Holdings Ltd mengatakan akan membukukan kerugian sebesar HK$ 288,37 juta ($2,24 miliar) atau setara dengan Rp 32,48 triliun pada tahun fiskal berjalan dari penjualan obligasi terbaru yang diterbitkan oleh pengembang properti China Kaisa Group Holdings Ltd.
Obligasi Modern Land 11,8% Februari 2022 turun 1,6% dengan diskon lebih dari 80% dari nilai nominalnya, menurut data Duration Finance.
Saham China Evergrande turun 7,1%, sedangkan saham unit kendaraan listrik (EV) milik grup turun 5,5% setelah sebelumnya sempat naik 5,8% karena pengembang properti tersebut mengatakan akan memprioritaskan pertumbuhan bisnis EV-nya.
[Gambas:Video CNBC]
(fsd/fsd)
Demikian berita mengenai Kacau nih! Satu Lagi Properti China Gagal Bayar: Modern Land, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211026154118-17-286691/kacau-nih-satu-lagi-properti-china-gagal-bayar-modern-land