Jakarta, CNBCIndonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (22/10/2021), di tengah kembali menguatnya imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pagi hari waktu setempat, di mana imbal hasilnya menguat ke level 1,68%.
Mayoritas investor di pasar obligasi pemerintah Indonesia ramai memburu kembali SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield), utamanya SBN berjangka menengah hingga panjang. Hanya SBN berjangka pendek yakni bertenor 1 dan 3 tahun yang masih dilepas oleh investor dan mengalami penguatan yield-nya.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun naik 4,3 basis poin (bp) ke level 3,248%. Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun menguat signifikan sebesar 9,8 bp ke level 3,84%. Sementara, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali melemah 2,2 bp ke level 6,183%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor kembali memburu SBN berjangka panjang mencerminkan berkurangnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi global. Hal ini karena tekanan dari meningginya inflasi di beberapa negara yang membuat bank sentral di beberapa negara tersebut terpaksa mengetatkan kebijakan moneternya, disaat perekonomian masih dalam pemulihan bertahap.
Di lain sisi, sentimen jangka pendek yang bersifat positif di dalam negeri membuat investor kembali melepas SBN bertenor pendek hari ini. Sentimen positif tersebut yakni datang dari Bank Indonesia (BI) yang memproyeksikan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus sehingga mengurangi tekanan terhadap mata uang nasional.
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya. BI juga memutuskan melanjutkan kebijakan akomodatif berupa uang muka (down payment/DP) nol persen untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.
Sementara itu, pergerakan yield SBN pada hari ini sebenarnya cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) yang kembali menguat pada pagi hari ini.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun menguat 0,8 bp ke level 1,683% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis (21/10/2021) kemarin di level 1,675%.
Kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran turun ke level terendah pandemi sejumlah 290.000 pada pekan lalu. Angka tersebut lebih rendah dari diperkirakan oleh para ekonom dalam polling Dow Jones sebesar 300.000.
Data ketenagakerjaan adalah salah satu indikator ekonomi yang dipantau oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk membantu memutuskan kapan harus memulai mengurangi pembelian aset atau tapering, meskipun pasar sudah memprediksi bahwa The Fed akan memulainya pada pertengahan bulan depan.
Dalam risalah yang dirilis pekan lalu, pejabat Fed mengindikasikan bahwa bank sentral mendekati tujuan ekonominya dan akan segera mulai menormalkan kebijakan moneternya, dimulai dengan program tapering.
Sementara untuk menaikkan suku bunga adalah bagian lain dari normalisasi ini. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan kepada CNBC International bahwa ia melihat kenaikan suku bunga akan terjadi pada kuartal ketiga hingga keempat tahu 2022, karena inflasi terus berlanjut.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Investor Memburu SBN Jangka Panjang, Yield SBN Melemah, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211022183230-17-285914/investor-memburu-sbn-jangka-panjang-yield-sbn-melemah