Jakarta, BeritaMu.co.id – Layanan keuangan digital menawarkan prospek pertumbuhan tinggi. Namun ongkos menuju ke sana seringkali terlalu besar sehingga mengorbankan laba. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) menawarkan cerita yang berbeda.
Disrupsi perusahaan rintisan (startup) teknologi keuangan (fintech) dalam 5 tahun terakhir memicu lahirnya bank digital murni. Beberapa di antaranya terjadi karena akuisisi bank kecil oleh fintech, kolaborasi keduanya, atau akuisisi bank besar atas bank kecil untuk dikonversi menjadi bank digital murni (tanpa kantor cabang).
Melihat arah perkembangan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya merilis peraturan terbaru yaitu Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 dan 13 tahun 2021, yang memberikan payung hukum jelas bagi pendirian bank digital murni.
Tahun 2021 pun menjadi tonggak sejarah perbankan nasional, menjadi penanda awal bermunculannya bank digital murni-yang berbasis teknologi digital dan tak berkantor cabang, membedakannya dari bank umum yang hanya membangun perbankan digital (digital banking) sebagai layanan tambahan di luar layanan konvensional berbasis kantor.
Bank mini bermodal cekak yang masuk dalam Kelompok Bank Modal Inti (KBMI I) pun diakuisisi dan diubah menjadi bank digital murni. Dari 11 bank digital murni di Indonesia, 82% di antaranya tergolong KBMI I dan mayoritas masih rugi karena “membakar uang” untuk berinvestasi pada teknologi dan membangun kolam ekosistem secepatnya.
Tren demikian tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di negara maju. Di Eropa, mayoritas bank digital juga masih merugi, demikian juga dengan di Amerika Serikat (AS). Kisah yang berbeda justru ditunjukkan bank digital murni di Asia.
Kakao Bank berdiri pada 2017, dan selang 2 tahun kemudian telah beroleh laba berkat peningkatan basis penggunanya yang disumbangkan oleh aplikasi pesan KakaoTalk. Per Juni 2021, pemilik rekening Kakao Bank mencapai 17 juta, atau setara dengan 59% pasar digital economy.
Di China, ada WeBank yang juga telah beroleh laba dan meraih pelanggan dari aplikasi pesan WeChat. Ia besar berkat produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang menyasar sektor ultra-mikro dan informal yang selama ini belum digarap oleh bank-bank besar di China.
Pelajaran inilah yang dipetik oleh BRI Agro. Membangun ekosistem digital sangatlah penting, tapi harus spesifik. Salah satunya adalah sektor ultra-mikro dan informal yang menjadi keahlian Grup BRI. Namun bukan berarti profitabilitas dikorbankan, karena basis bisnisnya yang kuat.
Profitabilitas Paling Unggul
Meski sedang bertansformasi menjadi bank digital murni dan modal intinya masih di bawah Rp 6 triliun (tepatnya di Rp 4,2 triliun), BRI Agro telah membukukan laba bersih. Bank yang melantai di bursa sejak tahun 2003 ini telah konsisten membukukan laba dalam 5 tahun terakhir.
Per Juni 2021, total pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank yang tengah memproses pergantian nama menjadi Bank Raya ini naik 34,21% year on year (yoy) menjadi Rp 434 miliar. Sementara itu, laba bersih tumbuh 30% yoy menjadi Rp 26 miliar.
Jika dibandingkan dengan bank sejenis dari kelompok KBMI I yang bermodal di bawah Rp 6 triliun dan soon to be digital bank, profitabilitas emiten berkode saham AGRO ini menjadi yang terbesar baik dari sisi nilai maupun pertumbuhan laba bersih.
Berdasarkan data Tim Riset BeritaMu.co.id, enam dari 11 bank digital masih memikul net loss. Jika dirata-rata, industri bank digital murni masih merugi Rp 73 miliar, dengan kontraksi laba bersih sebesar minus 143% (yoy) per Juni 2021. Dengan demikian, catatan laba bersih BRI Agro benar-benar menjadi oase di tengah gersangnya profitabilitas di industri bank digital murni.
Tatkala beberapa bank mini ‘mengosongkan’ portofolio kredit, BRI Agro juga masih beroperasi penuh dengan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 84% atau paling dekat dengan batas ideal sebesar 80%. Mereka juga sukses memangkas persentase kredit bermasalah (non performing loan/NPL) secara gross hingga nyaris separuhnya, menjadi 4,59%.
Dengan berbagai keunggulan tersebut,terutamamelihat permodalan yang kuat (CAR > 20%), kinerja intermediasi yang stabil, dan profitabilitas terbaik,BRI Agro terpilih menjadi pemenangBeritaMu.co.id Award 2021 untuk kategori “TheMost Profitable Digital Bank.”
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset BeritaMu.co.id melakukan kajian dan analisis terhadap kinerja keuangan 11 bank digital murni di Indonesia per Juni 2021. Bank semi-digital (bank konvensional penyedia layanan digital banking) dipisahkan dari penilaian.
Meski nominal laba bersih BRI Agro bukan yang terbesar di antara bank digital murni, perseroan unggul dalam rasio profitabilitas return on equity (ROE) yang tumbuh 28,6%, pertumbuhan laba operasi (+65%) dan laba bersih (+35%) sehingga mencetak total skor99 (dari100).
Kami berharap penghargaan ini mendorong perseroan untuk terus menjaga profitabilitasnya sebagai bagian dari upaya menjaga value bagi pemegang saham publik, meski secara bersamaan berekspansi ke platform digital.
BRI Agro membuktikan bahwa going digital, bukan berarti bearing losses.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(rah/rah)
Demikian berita mengenai ‘Bank Ini Sukses Transformasi Digital Tanpa Korbankan Laba’, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211021102522-17-285378/bank-ini-sukses-transformasi-digital-tanpa-korbankan-laba