Jakarta, BeritaMu.co.id – Harga saham PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) ditutup menyentuh level batas tertinggi harian, atau auto reject atas (ARA) dengan apresiasi sebesar 34,9% ke level 228/unit pada perdagangan kemarin, Kamis (14/10/2021).
Bahkan hingga penutupan perdagangan kemarin, antrean beli saham GSMF mencapai 173.474 lot di level ARA atau senilai hampir Rp 4 miliar.
Kenaikan harga saham GSMF menyusul rencana perusahaan untuk melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Berdasarkan informasi perseroan dalam prospektus di Bursa Efek Indonesia (BEI), GSMF berencana untuk menerbitkan sebanyak 7,45 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 165/unit. Artinya target pendanaan dalam rights issue ini sebesar Rp 1,23 triliun.
Perusahaan Hong Kong, Equity Global International Limited, selaku pemegang 67,76% saham GSMF, menyatakan akan melaksanakan hak HMETD tersebut dan menjadi pembeli siaga (standby buyer) apabila terdapat sisa saham dalam rights issue, maksimal senilai Rp 1,1 triliun.
Sementara pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya kepemilikannya akan terdilusi 47,21%.
Equity Global International Limited (EGIL) adalah badan hukum asing yang berkedudukan di negara Hong Kong, (sebelumnya berkedudukan di Road Town, Tortola, British Virgin Islands).
Prospektus GSMF itu menyebutkan, perusahaan ini beralamat di Room 1101, 11/F., Shanghai Industrial Investment Building, Nos. 48-62 Hennessy Road, Wanchai, Hong Kong.
Perlu diketahui GSMF merupakan induk perusahaan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG). Berdasarkan keterbukaan BEI per tanggal 30 September 2021, GSMF memegang 3,36 miliar saham BGTG atau setara dengan 29,86%.
Dikutip oleh BeritaMu.co.id Kamis (14/10), manajemen GSMF menyampaikan bahwa dana rights issue tersebut akan digunakan untuk “meningkatkan investasi saham pada Bank Ganesha, entitas anak yang saat ini dimiliki oleh perseroan sebesar 29,86% dalam rangka memenuhi ketentuan modal inti minimum yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik melalui penyetoran saham sekurang-kurangnya sebesar Rp 1 triliun.”
Berdasarkan peraturan OJK yang terbaru, bank-bank domestik didorong untuk meningkatkan permodalannya. Hingga akhir 2021, untuk dapat bertahan di kategori KBMI (kelompok bank modal inti) I, bank harus memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun dan tahun depan modal minimal Rp 3 triliun.
Per 30 Juni 2021, BGTG masih masuk ke dalam kategori KBMI I, dengan modal inti (CET 1) sebesar Rp 1,05 triliun. Artinya untuk memenuhi ketentuan OJK tersebut, BGTG membutuhkan suntikan modal sekitar Rp 1 triliun hingga akhir tahun 2021 ini.
Rights Issue GSMF sendiri memberikan sinyal bahwa BGTG juga siap melaksanakan aksi korporasi yang sama untuk memenuhi aturan modal inti OJK ini.
Pasalnya apabila melakukan aksi korporasi private placement maka akan terhalang oleh regulasi di mana jumlah maksimal maksimal saham baru yang bisa diterbitkan oleh perusahaan maksimal 10% sehingga modal inti yang kurang Rp 1 triliun akan sulit terpenuhi.
Sedangkan apabila ingin konsolidasi dengan bank mini lain, maka GSMF tidak perlu repot-repot untuk menghimpun modal sehingga rights sssue menjadi aksi korporasi lanjutan paling potensial di tubuh BGTG untuk memenuhi aturan modal inti OJK.
Merespon kabar ini, saham BGTG ditutup menguat 3% ke level Rp 171/unit pada perdagangan kemarin, Kamis (14/10/2021). Di sepanjang 2021 saham-saham bank mini cenderung bergerak liar. Untuk kasus BGTG sendiri, secara year to date (ytd) sudah menguat 131,1%.
Kenaikan saham-saham bank mini merespons tren pembentukan bank digital yang diharapkan dapat menyasar segmen pasar yang menjanjikan dan memiliki size besar.
Bank mini memiliki keunggulan ketimbang bank-bank besar untuk dijadikan sebagai digital bank karena jumlah kantor cabang yang terbatas. Seperti yang diketahui bersama bahwa untuk membentuk digital bank, peran kantor cabang menjadi tergeser.
Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang ingin mengembangkan sayapnya ke sektor perbankan digital rela mencaplok perbankan-perbankan mini ini untuk ditransformasikan menjadi bank digital.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(…)
Demikian berita mengenai Induknya Disuntik Bohir Hong Kong Rp 1 T, BGTG Rights Issue?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211015072231-17-284069/induknya-disuntik-bohir-hong-kong-rp-1-t-bgtg-rights-issue