Jakarta, BeritaMu.co.id – Harga mayoritas aset kripto berkapitalisasi pasar (market cap) besar cenderung turun pada perdagangan hari ini, Sabtu (18/9/2021). Namun, dalam sepekan cenderung menguat.
Menurut data Coinmarketcap.com, Sabtu (18/9) pukul 15.13 WIB, harga koin dengan market cap paling jumbo Bitcoin naik 1,74% ke posisi US$ 48.704,16/koin dalam 24 jam terakhir. Sementara dalam sepekan Bitcoin melesat 8,23%.
Kemudian, koin terbesar kedua, Ethereum, turun 0,34% dalam 24 jam terakhir menjadi US$ 3.520,03. Dalam seminggu belakangan koin ini melejit 8,57%.
Berikut tabel kinerja 10 koin kripto dengan market cap terbesar selama 24 jam terakhir dan sepekan.
Koin Kripto
Harga (US$)
24 jam (%)
7 Hari (%)
Bitcoin
48,704.16
1.74
8.23
Ethereum
3,520.03
-0.34
8.57
Cardano
2.41
-0.39
-0.67
Binance Coin
419.02
-0.36
2.96
Tether
1.00
-0.02
-0.05
XRP
1.09
-0.15
1.79
Solana
158.95
9.7
-10.58
Polkadot
35.13
-2.11
22.17
Dogecoin
0.2449
-2.49
2.21
USD Coin
1.00
-0.01
-0.04
Sumber: Coinmarketcap.com
Mengacu pada tabel di atas, dari 10 koin kripto, 8 koin melemah hari ini, dengan Dogecoin menjadi yang paling ambles (minus 2,49%). Sementara, dalam sepekan 6 koin kripto berhasil melesat, dipimpin polkadot yang terkerek 22,17%.
Sementara, top gainers dalam 24 jam terakhir disematkan pada koin Avalanche yang melonjak 14,61% ke US$ 73,12/koin. Adapun pucuk top losers hari ini ditempati oleh koin SHIBA INU yang ambles 7,90%, di tengah aksi ambil untung (profit taking) lantaran sudah menanjak 20,14% dalam sepekan.
Lebih lanjut, dalam sepekan, top gainers koin kripto dikuasai oleh koin REN yang ‘terbang’ 50,82% ke posisi US$ 1,06/koin, di atas koin Avalanche (45,95%).
Kemudian, top losers sepekan dipegang oleh koin Arwearve yang anjlok 15,27% ke level US$ 52,07/koin, sedikit di atas koin Quant yang merosot 15,23%.
Bitcoin masih bertahan di kisaran level US$ 48.000 pada pagi hari ini karena sinyal jenuh beli (overbought) jangka pendek mulai muncul. Adapun level support Bitcoin di US$ 45.850.
Pembeli tampaknya sedang mengambil nafas ketika Bitcoin sedang mencoba menembus level resistance US$ 50.000 dan beberapa analis memperkirakan Bitcoin akan berkonsolidasi sebelum masa jatuh tempo option berikutnya pada 24 September mendatang.
Data Blockchain menunjukkan adanya volume transaksi besar dalam Bitcoin yang menunjukkan pembeli dapat tetap aktif pada level support yang lebih rendah.
Beberapa analis juga memantau perkembangan inflasi Amerika Serikat (AS), yang dapat mendorong bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memperketat kebijakan moneternya yang dapat menyebabkan mundurnya aset berisiko, termasuk cryptocurrency.
Pada Selasa (14/9/2021) lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Angka ini melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.
Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi inti adalah 4%. Raihan ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.
Hal ini dapat mengkonfirmasi pandangan pasar terhadap The Fed bahwa kenaikan harga bersifat sementara, dibandingkan dengan basis rendah dari tahun lalu ketika pandemi virus corona (Covid-19) dimulai.
Beberapa investor melihat Bitcoin belum dapat dijadikan sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap kenaikan inflasi karena pasokannya yang terbatas.
Gubernur Bank Sentral Swedia Stefan Ingves salah satu yang pesimistis terhadap masa depan kripto. Menurutnya, perdagangan Bitcoin seperti berurusan dengan perangko dan menyebut uang kripto itu akan gagal dengan satu atau cara lainnya.
Uang privat biasanya ambruk cepat atau lambat,” ujar Stefan Ingves.
“Tentu saja Anda bisa menjadi kaya dengan berdagang Bitcoin, tetapi itu setara dengan perdagangan prangko,” imbuhnya.
Pandangan lainnya datang dari Gubernur Bank Sentral Meksiko Alejandro Diaz. Menurutnya Bitcoin sebagai alat barter alih-alih uang resmi. Alasannya fluktuasi harga yang tinggi dan kemampuan penyimpan nilai (store of value) yang rendah.
Store of value adalah kemampuan uang untuk memiliki nilai dari waktu ke waktu. Uang harus bisa mentransfer daya beli saat ini ke masa depan dan untuk mengumpulkan kekayaan.
“Orang tentu tidak ingin daya beli mereka, gaji mereka naik atau turun 10% dari hari ke hari. Anda tidak ingin volatilitas daya beli itu. Dalam hal ini, Bitcoin dan sejenisnya bukan perlindungan nilai yang baik,” ungkapnya seperti dikutip dari Reuters.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Kripto Bergairah Sepekan, Koin ‘Receh’ Ini Terbang 50%, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210918153821-17-277342/kripto-bergairah-sepekan-koin-receh-ini-terbang-50