Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami penurunan meskipun masih dalam rentang sangat terbatas kemarin.
Aksi wait and see masih menjadi pilihan pelaku pasar tatkala ingin menunggu Informasi lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa.
Fokus utamanya adalah, seberapa besar langkah langkah Bank Sentral di seluruh dunia untuk melakukan Taper Tantrum. Bukannya apa, tentu kita sebagai negara Emerging Market harus tahu situasi dan kondisi yang terjadi dengan Bank Sentral karena akan mempengaruhi imbal hasil obligasi pemerintah kita.
Nah alhasil, Lagarde kemarin (09/9) mengatakan, bahwa mereka siap untuk melakukan Taper Tantrum akhir tahun ini.
Wow, tampaknya akan mendahului The Fed terkait dengan pelaksanaan Taper Tantrum, bedanya adalah perekonomian Amerika lebih solid ketimbang Eropa.
Nah sejauh mata memandang, pidato Lagarde cukup baik, sehingga tidak memberikan dampak yang terlalu besar kepada pasar. Mungkin karena pelaku pasar dan investor sudah terbiasa mendengar Taper Tantrum, sehingga hal mulai dianggap umum, dan ini baik untuk tidak menyebabkan kepanikan di pasar.
“Namun hal ini, kami lihat tidak mempengaruhi pergerakan obligasi di pasar. Kami melihat masih akan terbatas. Oleh sebab itu, kami melihat pasar obligasi hari ini akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Kalaupun ada kenaikkan, harus dilihat kekuatan dari kenaikkan tersebut ya. Kami merekomendasikan jual,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (10/9/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.BALADA CINTA DARI EROPA
Kali ini bukan cerita percintaan dari Eropa pemirsa. Kali ini sebuah cerita drama dari Bank Sentral Eropa yang membuat perhatian pelaku pasar dan investor tertuju kepadanya. Bagaimana tidak, pada akhirnya Bank Sentral Eropa mengatakan akan memperlambat program pembelian obligasinya pada kuartal terakhir tahun 2021. Sebuah langkah awal bahwa akan adanya pergeseran sebuah kebijakan untuk pengurangan stimulus tatkala perekonomian Eropa masih sangat rentan terkait dengan pemulihan. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa Bank Sentral Eropa akan melakukan kalibrasi ulang kebijakannya untuk program pembelian obligasi di pasar dalam kurun waktu 3 bulan ke depan. Lagarde pada kesempatan kemarin berbicara kepada Dewan dan memutuskan untuk melakukan pembelian obligasi dengan tingkat kecepatan yang rendah dari sekitar 80 miliar euro atau $95 miliar dari nilai pembelian bulanan 2 kuartal terakhir. Lagarde mengatakan bahwa pemulihan perekonomian mulai mengalami kemajuan sehingga kebijakan moneter dapat di berikan lebih sedikit. Lagarde juga memperingatkan bahwa penyebaran Covid 19 varian delta masih dapat memberikan tekanan terkait dengan pembukaan perekonomian secara penuh. Beberapa pejabat mengatakan bahwa inflasi masih akan berada di bawah target, sehingga diperlukan untuk tetap melakukan pembelian obligasi untuk menjaga kebijakan moneter tersebut senilai 1.85 triliun euro hingga Maret 2022 atau dimungkinkan untuk dapat diperpanjang apabila diperlukan. Hal ini justru menjadi sebuah indikasi lagi nih pemirsa, bahwa tampaknya justru mereka belum siap untuk mengakhiri kebijakan tersebut. Langkah langkah Bank Sentral Eropa untuk mempertahankan stimulus agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bank Sentral di tempat lain. Sejauh mata memandang, The Fed dan Bank of England telah mengatakan mereka akan secara bertahap untuk mengurangi stimulus atau kebijakan moneter yang ada saat ini karena perekonomian mulai kembali pulih dengan tingkat kekuatan yang solid. Tapi bagi Bank Sentral Eropa, mereka akan mulai melakukan pengurangan secara bertahap, tapi tidak menutup kemungkinan akan meningkatkan kembali program pembelian obligasinya untuk menjaga perekonomian. Saat ini tolok ukur pertemuan selanjutnya akan terjadi pada tanggal 16 December mendatang, dimana hal tersebut menjadi penting untuk masa depan program stimulus Bank Sentral. Lagarde sendiri mengatakan bahwa penurunan program pembelian obligasi tersebut sudah bulat, bukan tahu bulat di goreng dadakan lho pemirsa :D. Sejauh ini prospek jangka pendek perekonomian di Eropa mengalami penguatan dari sisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi, tapi tampaknya masih belum cukup untuk memenuhi tujuan dari Bank Sentral Eropa itu sendiri. Inflasi diperkirakan akan mencapai 1.5% pada tahun 2023 mendatang, dibawah target 2%. Sejauh mata memandang, kami melihat apa yang dikatakan Lagarde mulai menunjukkan bahwa Taper Tantrum akan terjadi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam prosesnya, Bank Sentral Eropa akan melakukan penyesuaian untuk menjaga perekonomian untuk tetap berada pada posisi yang cukup kuat, sehingga Bank Sentral Eropa dapat kembali melepas stimulus kebijakan moneternya. Meskipun memang sebenarnya menurut kami, Bank Sentral Eropa sebetulnya belum terlalu siap untuk melakukan Taper Tantrum karena penguatan ekonomi Eropa baru terjadi dalam kurun 2 bulan terakhir atau kurang dari itu. Sehingga rasanya terlihat seperti dipaksakan yang dimana ketika perekonomian masih rapuh, dan stimulus di hentikan, hal ini akan menjadi perekonomian menjadi sangat rentan akan goncangan. Sama seperti yang dikatakan oleh beberapa analis lainnya, bahwa jangan sampai Bank Sentral menghentikan kebijakan moneternya tatkala perekonomian mereka belum siap. Beberapa pejabat bahkan mengatakan bahwa perekonomian Eropa dan Amerika itu berbeda, sehingga perekonomian Eropa masih membutuhkan dukungan dari Bank Sentral. Bank Sentral Eropa sendiri dikabarkan telah menetapkan pengurangan pembelian obligasi mereka sehingga akan berada di kisaran 60 miliar euro atau 70 miliar euro, yang dimana nilai tersebut masih memberikan fleksibilitas terhadap situasi dan kondisi di pasar keuangan. Sejauh ini gangguan pasokan global dan meningkatnya Covid 19 masih dapat mengancam pemulihan perekonomian, dan inflasi dalam jangka waktu menengah masih akan berada di bawah targetnya. Beberapa pejabat lainnya juga mengatakan bahwa kebijakan yang ultra akomodatif yang terlalu lama juga membawa risiko. Oleh sebab itu menurut Gubernur Bank Sentral Austria, dan Belanda, Robert Holzmann dan Klaas Knot mengatakan bahwa program pembelian obligasi di pasar harus diakhir pada bulan Maret mendatang. Beberapa hal memang berbeda antara Bank Sentral Eropa dengan The Fed, namun secara garis besar mereka memiliki nilai yang sama, konsep yang sama, terkait dengan pengurangan program pembelian obligasi. Bank Sentral Eropa juga mengatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan tingkat suku bunga hingga inflasi berada di atas 2% sesuai dengan target mereka. Untuk program pembelian obligasi jangka panjang, apabila masih diperlukan, maka program pembelian obligasi akan terus dilanjutkan dengan biaya 20 miliar euro per bulan. Well, target sudah diberikan, sehingga tentu kita tahu akan kemana arah kaki Bank Sentral Eropa. Cermati setiap situasi dan kondisi yang terjadi, karena akan menjadi panduan bagi kita terkait dengan pergerakan Bank Sentral di seluruh dunia.
2.OJO NGOYO TO MAS
Pengetatan akitivitas sebagai dampak dari pandemic virus corona pada bulan Juli dan Agustus menurunkan ekspektasi dari pelaku pasar yang saat ini mulai tercermin pada pergerakan pasar saham. Berdasarkan survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang turun dari 80.2 pada bulan Juli menjadi 77.3 pada bulan Agustus 2021. Penurunan IKK Agustus 2021 terutama disebabkan oleh melemahnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Penurunan IKK terjadi pada mayoritas kelompok pengeluaran, utamanya kelompok pengeluaran Rp3 juta dan Rp1 juta – Rp3 juta per bulan. Walaupun pemerintah secara bertahap telah melonggarkan PPKM di berbagai daerah, hal itu belum bisa menjadi optimisme bagi pelbagai kelompok masyarakat. Optimisme masyarakat juga belum pulih jika dilihat dari aktivitas manufaktur yang masih terkontraksi pada Agustus 2021. Pasalnya, PMI Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 43,7 poin pada Agustus 2021, atau berada di level kontraktif yaitu di bawah 50. Kami menilai IKK dan PMI pada Agustus 2021 semakin bisa menggambarkan kondisi perekonomian khususnya di kuartal III mendatang. Pelemahan indeks PMI dan juga penurunan IKK mengindikasikan perekonomian di kuartal III/2021 berpotensi melambat, sehingga dengan indeks PMI yang melemah dan juga kemudian IKK yang menurun, indicator perekonomian di kuartal III besar kemungkinan akan melambat jika dibandingkan dengan kuartal II. Seperti diketahui, konsumsi masyarakat atau rumah tangga memiliki porsi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Penurunan IKK ke level pesimis menandakan potensi pertumbuhan konsumsi yang melemah dan dinilai akan berdampak pada ikut melambatnya pertumbuhan ekonomi. Guna menopang pertumbuhan dari konsumsi masyarakat yang berpotensi kembali melemah pemerintah pusat dan daerah perlu memastikan penyaluran bantuan secara lebih cepat untuk membantu kegiatan konsumsi masyarakat dan subsidi tepat pada sasaran.
https://pasardana.id/news/2021/9/10/analis-market-1092021-pasar-obligasi-berpotensi-melemah-terbatas/