Jakarta, BeritaMu.co.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2021 mencapai US$ 144,8 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2021 yang sebesar US$ 137,3 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dibandingkan cadangan devisa di kawasan ASEAN, cadangan devisa Indonesia adalah yang tertinggi nomer tiga, kalah dari cadangan devisa Singapura dan Thailand.
Di mana pada periode Juli 2021, cadangan devisa Singapura mencapai US$ 407,74 miliar dan Thailand sebesar US$ 231,1 miliar pada posisi Juli 2021.
BI mengungkapkan, peningkatan posisi cadangan devisa pada Agustus 2021 tersebut terutama karena adanya tambahan alokasi umum hak penarikan khusus atau Special Drawing Rights (SDR) sebesar US$ 4,46 miliar SDR atau setara dengan US$ 6,31 miliar yang diterima oleh Indonesia dari International Monetary Fund (IMF).
Lantas, apa itu SDR dan apakah SDR ini sama fungsinya seperti pinjaman saat krisis moneter 1998 silam?
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan menjelaskan SDR adalah aset keuangan yang diterbitkan IMF. Fungsinya mendukung cadangan devisa masing-masing negara anggotanya.
Tujuannya pun, kata Hariyadi berbeda-beda tergantung situasi yang melatarbelakangi keputusan IMF. SDR yang terjadi pada Agustus 2021, berbeda dengan kondisi SDR pada saat krisis moneter 1998.
“Pada tahun 1998 IMF memberikan bantuan atas dasar permintaan pemerintah Indonesia yang sedang menghadapi krisis keuangan,” jelas Hariyadi kepada BeritaMu.co.id, Selasa (7/9/2021).
“Namun untuk bantuan SDR bulan Agustus 201 merupakan inisiatif dari IMF sendiri untuk memberikan bantuan dalam bentuk tambahan SDR kepada seluruh negara anggotanya,” kata Hariyadi melanjutkan.
SDR pada Agustus 2021, kata Hariyadi merupakan alokasi SDR ke negara anggota merupakan kebijakan IMF untuk mendukung likuiditas global menghadapi kebutuhan akan cadangan devisa, memperkuat keyakinan pasar, serta mendorong daya tahan dan stabilitas ekonomi global terhadap pandemi Covid-19.
Artinya SDR pada Agustus tersebut adalah bantuan dari IMF yang sebagian juga dari iuran Indonesia sebagai anggota IMF.
“Ada skim perhitungan cost/revenue, namun relatif tidak memberatkan seperti utang komersial. Makanya namanya hak tarik khusus atau SDR,” ujarnya.
“Khusus untuk alokasi ini (SDR pada Agustus 2021) diinisiasi oleh IMF terhadap anggotanya untuk penguatan cadev dan neraca pembayaran,” ujarnya lagi.
Seperti diketahui, pada krisis moneter 1998, IMF menyetujui pinjaman untuk Indonesia sebesar 17,36 SDR atau setara US$ 23,53 miliar. Namun yang dicairkan hanya sebesar 11,1 miliar SDR atau sekitar US$ 14,99 miliar.
BI mengungkapkan dalam mendukung stabilitas ekonomi global untuk negara anggotanya, IMF mengalokasikan SDR sebesar 456 miliar SDR atau setara dengan US$ 650 miliar. Dalam hal ini, Indonesia mendapat alokasi SDR 4,46 miliar.
Adapun, posisi aset atau kewajiban SDR Indonesia per 6 September 2021 sebesar SDR 5,569 miliar atau setara dengan US$ 7,927 miliar.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan, pada 23 Agustus, IMF mengucurkan SDR sebesar US$ 650 miliar kepada 190 negara anggota sebagai sinyal kerjasama multilateral untuk membantu mengatasi dampak pandemi Covid-19.
“Alokasi ini juga merupakan antisipasi risiko eksternal, kemungkinan terkait dengan tren kenaikan suku bunga global,” ujar Satria dihubungi terpisah.
“Ini adalah keempat kalinya dalam sejarah IMF mengalokasikan SDR ke negara-negara anggota, yakni pada 1970 sampai 1972, 1979 sampai 1981, 2009, dan 2021,” jelas Satria melanjutkan.
[]
(mij/mij)
Demikian berita mengenai Mengenal SDR IMF, Penyebab Cadev RI Loncat ke Rekor Tertinggi, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210907163933-17-274377/mengenal-sdr-imf-penyebab-cadev-ri-loncat-ke-rekor-tertinggi
