Jakarta, BeritaMu.co.id – Saham emiten data center milik pengusaha Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) berhasil menguat ke zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Rabu (1/9/2021), melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.19 WIB, saham DCII naik tipis 0,59% ke Rp 51.000/saham. Dengan ini, dalam sepekan saham DCII melesat 18,60%, sementara dalam sebulan ambles 13,56%.
Nilai transaksi DCII tercatat masih mini, yakni Rp 127,49 juta dan volume perdagangan hanya 2.500 saham.
Pasca-pembukaan suspensi (penghentian perdagangan sementara) oleh bursa pada 12 Agustus 2021, nilai transaksi dan volume perdagangan DCII lebih kecil dari perdagangan sepanjang Juni lalu ketika saham ini mencatatkan reli yang ‘gila-gilaan’. Gambaran saja, volume perdagangan saham DCII pada Juni berada di rentang belasan hingga ratusan ribu saham.
Sebagai informasi, BEI sempat ‘menggembok’ saham DCII sejak 17 Juni hingga 10 Agustus atau hampir 2 bulan seiring dengan kenaikan harga saham yang signifikan.
Setelah kembali beraktivitas, bursa memasukkan saham ini ke dalam kategori efek bersifat ekuitas dalam pemantauan khusus atau mendapat notasi X besar pada 12 Agustus lalu.
Dalam penjelasan bursa, saham DCII masuk ke dalam kriteria nomor 10 dalam pemantauan khusus. Adapun poin nomor 10 menandakan suatu saham dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 hari bursa ursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.
Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus yang dikeluarkan pada 16 Juli 2021 menyebutkan, saham yang masuk ke dalam pemantauan khusus akan dikenakan batasan persentase auto rejection saham sebesar 10%.
Jadi, suatu saham dengan notasi X diperbolehkan naik hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) atau auto rejection bawah (ARB) masing 10%. Namun, khusus untuk aturan ARB, selama pandemi bursa telah memutuskan batas ARB maksimal untuk papan utama dan pengembangan adalah 7%.
Mengacu pada aturan ini, tidak mengherankan ketika saham DCII hanya bisa naik 10% pada Selasa sampai Kamis pekan lalu.
Selain itu, seiring dengan adanya notasi khusus X ini tampaknya membuat transaksi saham DCII menjadi sepi. Contoh saja, pagi ini, antrean beli tertinggi ada di harga Rp 47.875/saham yakni sebanyak 15 lot, sementara antrean jual tertinggi sebanyak 32 lot di harga Rp 53.000/saham.
Sebelum disuspensi, saham DCII terakhir kali diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang masa Rp 59.000 per saham pada Rabu (16/6/2021).
Perseroan baru melantai di pasar modal pada 6 Januari 2021 dengan harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Rp 420 per saham. Saham DCII sempat tercatat meroket 14.000% dari harga IPO.
Mengacu pemegang saham efektif DCII sampai 31 Juli 2021, saham ini dimiliki oleh Otto Toto Sugiri sebesar 29,90%, Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11%, ketiganya merupakan pemegang saham pengendali.
Sedangkan, Anthoni Salim tercatat menggenggam kepemilikan 11,12%. Sisanya, pemegang saham publik 22,36%.
Sebelumnya, manajemen DCII sebelumnya memberikan penjelasan mengenai konversi saham DCII yang dilakukan Presiden Direktur Toto Sugiri dan Presiden Komisaris perusahaan Marina Budiman dari tanpa warkat (scriptless) menjadi warkat, pada Rabu (4/8/2021).
Dalam keterbukaan informasi di BEI, Corporate Secretary DCI Indonesia Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, konversi saham yang dilakukan oleh kedua petinggi DCII tersebut dilakukan demi efisiensi.
“Pemegang saham utama menilai bahwa penyimpanan dalam bentuk warkat merupakan hal yang lebih efisien,” ujar Gregorius.
Gregorius menegaskan saat ini pengendali dan pemegang saham utama perseroan tidak memiliki rencana untuk mengubah kepemilikan saham perseroan.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Saham DCII Dikerek Terus! Awas Jebakan, Volume & Nilai Kecil, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210901094039-17-272788/saham-dcii-dikerek-terus-awas-jebakan-volume-nilai-kecil