Jakarta, BeritaMu.co.id – Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) nyaris flat pada perdagangan Rabu (11/8/2021), jelang rilis inflasi yang krusial menentukan kecepatan peralihan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menuju pengetatan.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average naik 10 poin dari nilai wajarnya, dan kontrak serupa indeks S&P 500 melemah tipis sementara Nasdaq tertekan 0,2%.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS Juli diperkirakan naik 0,5% (bulanan) dan 5,3% (tahunan), menurut ekonom dalam survey Dow Jones. Pada Juni, inflasi berada di level 0,9% (bulanan) dan 5,3% (tahunan), yang merupakan laju kenaikan tertinggi sejak Agustus 2008.
Inflasi inti, yang mengecualikan komponen barang yang harganya volatil seperti energi dan makanan, diprediksi tumbuh 0,4% (bulanan), atau lebih moderat ketimbang angka Juni sebesar 0,9%. Secara tahunan, inflasi inti Juni tercatat sebesar 4,5% atau tertinggi sejak September 1991.
Data IHK menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Jika inflasi lebih tinggi ketimbang ekspektasi, bursa saham berpeluang tertekan karena The Fed kemungkinan mempercepat kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder).
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-menguat mengikuti sentimen inflasi tersebut, ke level 1,37%. Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga secara riil harganya tengah tertekan yang mengindikasikan bahwa investor cenderung menjual surat utang tersebut untuk beralih memburu aset spekulatif seperti saham.
“Di satu sisi kita kemungkinan melihat kenaikan tingkat volatilitas pasar terkait varian delta, saya yakin indeks S&P 500 kemungkinan masih akan menguat hingga akhir tahun ini,” tutur Barry Gilbert, perencana alokasi aset LPL Financial, seperti dikutip CNBC International.
Pada Selasa, indeks Dow Jones dan S&P 500 ditutup di level tertinggi baru setelah Senat AS meloloskan paket infrastruktur senilai US$ 1 triliun, yang memasukkan alokasi tambahan sebesar US$ 550 miliar di belanja sektor transportasi dan kelistrikan.
Saham siklikal yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi menyambut kabar tersebut. Indeks saham sektor energi, komoditas, manufaktur, dan keuangan kompak menguat lebih dari 1%. Namun, saham sektor penerbangan tertekan.
Beberapa emiten akan merilis kinerja keuangannya termasuk eBay. Sejauh ini, 87% emiten yang menjadi konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangannya membukukan capaian yang melampaui ekspektasi pasar baik dari sisi laba bersih maupun pendapatan.
Harga minyak turun setelah Gedung Putih menyerukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya untuk menaikkan produksinya guna menopang pemulihan ekonomi dunia.
Harga kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok lebih dari 1% menjadi US$ 67,4 per barel sama seperti Brent yang turun dengan persentase sama ke US$ 69,85/barel. Keduanya pekan lalu sempat bertengger di level US$ 70 per barel.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(ags/ags)
Demikian berita mengenai Jelang Rilis Inflasi, Kontrak Futures Wall Street Variatif, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210811191216-17-267801/jelang-rilis-inflasi-kontrak-futures-wall-street-variatif