Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (14/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand SBN Berdenominasi Rupiah

ANALIS MARKET (14/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand SBN Berdenominasi Rupiah

11
0

Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) cenderung menguat pada perdagangan hari terkhir pekan lalu. 

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 4 basis poin menjadi 6,39%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,65%. 

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,68%. 

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp12,9 triliun di hari Jumat, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,9 triliun. 

FR0086 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp2,0 triliun dan Rp1,5 triliun. 

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,0 triliun.

Di sisi lain, Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp2,84 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 7 – 10 Oktober 2024. 

Jual neto tersebut terdiri dari beli neto sebesar Rp4,37 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp4,47 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp2,73 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). 

Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 10 Oktober 2024, nonresiden telah mencatatkan beli neto Rp41,19 triliun di pasar SBN, beli neto Rp46,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp193,51 triliun di SRBI.

Baca Juga :  SCCO Akan Bagi Dividen Tunai Periode Tahun Buku 2023 Sebesar Rp75 per Saham

Sementara itu, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,64%, bergerak dari level Rp15.678/US$ di hari Kamis menjadi Rp15.578/US$.

Dari eksternal, per posisi Jumat, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung positif bagi pasar obligasi. 

Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 3bp menjadi 3,88%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 1bp menjadi 4,08%. 

Di sisi lain, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di 69bp, mengindikasikan persepsi para investor terhadap creditworthiness Indonesia masih terjaga.

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 10bp, CDS 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp, sementara Rupiah mencatatkan pelemahan mingguan sebesar 0,60%. 

Relatif sejalan dengan indikator-indikator tersebut, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 3bp menjadi 6,68%.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 14 – 18 Oktober 2024, kami memperkirakan yield curve SUN 10-tahun akan berada di kisaran 6,56-6,75%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0084, FR0086, FR0056, FR0037, FR0068, FR0080, FR0072, FR0045, FR0075,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (14/10).


https://pasardana.id/news/2024/10/14/analis-market-14102024-ada-potensi-peningkatan-demand-sbn-berdenominasi-rupiah/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here