Home Berita Pilihan Sembilan momen paling dikenang dari Olimpiade Tokyo 2020

Sembilan momen paling dikenang dari Olimpiade Tokyo 2020

69
0

Jakarta (BeritaMu.co.id) – Sejak awal Olimpiade Tokyo 2020 adalah Olimpiade yang akan dikenang selamanya.

Dengan padamnya api Olimpiade pada upacara penutupan Minggu malam kemarin, Olimpiade Tokyo 2020 resmi berakhir.

Begitu banyak teladan mengenai keberanian, keterampilan luar biasa, sportivitas dan emosi, sesuai dengan moto Olimpiade yang baru: Citius, Altius, Fortius – Together, atau “Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat – Bersama”

Dan adalah sembilan momen terbaik Tokyo 2020 pilihan laman Olympics.com.

1. Simone Biles mundur tetapi lalu masuk lagi gelanggang untuk memenangkan perunggu

Salah satu ‘wajah’ besar kompetisi senam Tokyo 2020 adalah Simone Biles, pesenam Amerika Serikat yang paling banyak mendapatkan medali.

Namun, gadis berusia 24 tahun itu mengundurkan diri dari final beregu setelah nomor pertamanya meja lompat, karena tak ingin membahayakan timnya.

Dia kemudian mundur dari tiga final nomor alat perseorangan dalam rangka fokus ke pada kesehatan mentalnya. Keputusan ini mendapat dukungan luas dari para penggemar dan sesama atlet dari seluruh dunia.

Namun lewat penampilan mental yang tabal dan keberanian yang luar biasa, Biles masuk lagi kompetisi untuk ambil bagian dalam final balok keseimbangan guna merebut medali perunggu yang merupakan medali Olimpiade ketujuh selama karirnya.

“(Perunggu ini) lebih berarti dari semua medali emas karena saya telah melalui begitu banyak hal selama lima tahun terakhir dan pekan terakhir saat saya bahkan berada di sini,” kata dia. “Pada akhirnya kita bukan cuma hiburan. Kita juga manusia.”

Pesenam Amerika Serikat Simone Biles akhirnya melanjutkan lomba setelah buka-bukan mengalami masalah mental, untuk menyabet medali perunggu balok keseimbangan putri di Ariake Gymnastics Centre, Tokyo, Jepang, 3 Agustus 2021.
(REUTERS/MIKE BLAKE)

2. Elaine Thompson-Herah mencetak sejarah Olimpiade

Sebelum Tokyo 2020, tidak ada perempuan yang berhasil mempertahankan gelar juara lari 100m dan 200m putri berturut-turut. Namun Elaine Thompson-Herah bukan atlet sembarangan.

Sprinter Jamaika yang memenangkan emas kedua nomor itu dalam Olimpiade Rio 2016 itu menyabet medali emas keduanya dalam nomor 100m pada 31 Juli dengan catatan 10,61 detik sehingga memecahkan rekor Olimpiade 10,62 detik yang dipegang ikon Amerika Serikat Florence Griffith Joyner yang sudah 33 tahun tak terpecahkan yang tercipta di Seoul 1988. Catatan waktu itu juga melesatkan dia ke tempat kedua dalam daftar pelari tercepat kedua sepanjang masa di belakang Griffith Joyner.

Tiga hari kemudian, Thompson-Herah kembali mengguncang Stadion Olimpiade ketika merebut medali emas 200m putri dengan menorehkan waktu 21,53 detik yang hanya 0,19 detik lebih lama dari rekor dunia yang juga rekor Olimpiade yang juga dipegang Florence Grifith Joyner.

Saat menuju ke sana, Thompson-Herah mengukuhkan statusnya sebagai ratu sprint tak tergoyahkan dengan menjadi wanita pertama yang memenangkan dua emas 100 dan 200m putri Olimpiade dua kali berturut-turut.

“Ya tuhan sungguh hebat yang saya alami hari ini. Bahwa saya bisa menuntaskan emas ganda lagi. Saya tak percaya ini,” kata dia.

1. Sprinter Jamaika Elaine Thompson-Herah saat memenangkan lomba 200m putri di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, 3 Agustus 2021.
(REUTERS/DYLAN MARTINEZ)

3. Mutaz Barshim dan Gianmarco Tamberi memutushkan berbagi emas lompat tinggi

Pada akhir final lompat tinggi Olimpiade yang dramatis, atlet Qatar Mutaz Barshim dan atlet Italia Gianmarco Tamberi memilih berbagi medali emas ketimbang melanjutkan dengan lompatan guna menentukan siapa pemenang nomor ini.

Kedua atlet, juga atlet Belarus Maksim Nedasekau, sebelumnya sudah membuat lompatan setinggi 2,37 meter, tetapi saat mistar dinaikkan ke 2,39 meter sehingga menjadi rekor Olimpiade baru jika berhasil dilewati, tak seorang pun dari ketiga pelompat tinggi putra itu yang mampu melewati tinggi lompatan tersebut.

Jadi, alih-alih meneruskan lomba, Barshim bertanya kepada seorang ofisial, ‘Bisakah kita punya dua pemenang emas?’. Ofisial itu setuju, dan Tamberi melompat memeluk Barshim dalam suasana gembira sejati begitu mengetahui bahwa dia dan teman baiknya itu dinobatkan sebagai juara bersama. Nedasekau sendiri dianugerahi medali perunggu.

Juara bersama lompat tinggi putra Olimpiade Tokyo 2020; atlet Qatar Mutaz Essa Barshim (kanan) dan atlet Italia Gianmarco Tamberi memamerkan medali emas nomor ini yang mereka raih bersama di National Stadium, Tokyo, Jepang, 2 Agustus 2021.
(REUTERS/Yohei Osada/AFLO/Yohei Osada)

4. Emas atlet Italia yang luar biasa

Bisa dibilang Italia menikmati Olimpiade yang luar biasa di Tokyo 2020 setelah mengumpulkan 40 medali atau empat medali lebih banyak dari total rekor sebelumnya yang dicapai dalam Olimpiade Los Angeles 1932 dan Roma 1960, termasuk tiga medali emas yang luar biasa dari atletik di Stadion Olimpiade.

Yang pertama dari tiga emas itu adalah emas lompat tinggi yang diraih Tamberi bersama dengan Barshim itu.

Beberapa saat kemudian, Marcell Jacobs menorehkan sejarah dengan tidak hanya menjadi atlet pertama yang mewakili Italia yang lolos ke final sprint 100 meter putra, tetapi juga menjadi yang pertama meraih emas dalam nomor ini.

Salah satu adegan yang akan kekal dikenang dalam Olimpiade ini adalah pemandangan Jacobs menembus garis finis untuk memecahkan rekor nasional dan Eropa 9,80 detik dan dia langsung dirangkul Tamberi yang sudah menunggunya yang sudah menyelimuti tubuhnya dengan triwarna bendera Italia.

Tapi bukan hanya di situ sejarah diciptakan Italia.

Baca Juga :  Rombongan kedua Olimpiade bertolak ke Tokyo

Pada Jumat 6 Agustus, tim estafet 4x100m putra kembali menciptakan sejarah dengan memenangkan emas pertama Italia dari nomor ini di mana salah satu pelari mereka Filippo Tortu menyalip sprinter Britania Nethaneel Mitchell-Blake untuk memenangkan emas dalam selisih seperseratus detik.

Atlet Italia Lamont Marcell Jacobs finis pertama untuk memenangkan medali emas nomor bergengsi sprint 100m putra Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, 1 Agustus 2021.
(REUTERS/FABRIZIO BENSCH)

5. Emma McKeon menyamai rekor medali Olimpiade terbanyak yang diraih atlet putri

Pada Olimpiade Helsinki 1952, Mariya Gorokhovskaya dari bekas Uni Soviet menorehkan rekor dengan memenangkan tujuh medali dalam kompetisi senam artistik (termasuk emas beregu dan semua alat). Perolehan medali Gorokhovskaya adalah yang terbanyak yang bisa diraih seorang atlet putri sepanjang sejarah Olimpiade, bertahan sampai hari ini, hampir 60 tahun kemudian.

Namun kali ini berbeda karena Gorokhovskaya tidak lagi sendirian di buku rekor itu.

Emma McKeon menggenggam Olimpiade untuk dikenang di Tokyo setelah meraih medali emas gaya bebas 50m seraya mencetak rekor Olimpiade baru, gaya bebas 100m, estafet gaya bebas 4x100m, dan estafet gaya ganti 4x100m untuk melengkapi tiga medali perunggu yang diraihnya dari nomor 100m gaya kupu-kupu, estafet 4x200m gaya bebas, dan estafet 4x100m gaya campuran.

Dalam perjalanan mencatat sejarah itu, McKeon menjadi atlet Olimpiade paling sukses di Australia dan membuat sejarah baru dengan menjadi perenang putri pertama yang memenangkan tujuh medali dalam satu Olimpiade bersama dengan Michael Phelps, Mark Spitz dan Matt Biondi yang meraih tujuh atau lebih medali.

Tidak itu saja McKeon juga dengan demikian menjadi atlet yang paling banyak mendapat medali dalam Olimpiade Tokyo 2020.

Perenang Australia Emma McKeon saat berakhir dalam estafet 4x100m putri di Aquatics Centre – Tokyo, Jepang, 1 Agustus 2021. (REUTERS/CLODAGH KILCOYNE)

6. Allyson Felix menjadi atlet atletik AS yang paling banyak mendapatkan medali

Stadion Olimpiade Tokyo adalah panggung di mana tak terhitung momen-momen sejarah Olimpiade tercipta selama Tokyo 2020, termasuk Allyson Felix yang menobatkan diri sebagai atlet atletik AS yang paling banyak mendapatkan medali Olimpiade.

Felix memenangkan medali pertamanya saat berusia 18 tahun pada Olimpiade Athena 2004, memenangkan perak 200 meter 17 tahun kemudian, Felix kembali ke lintasan di Jepang untuk menyabet medali kesepuluh (perunggu lari 400m) dan kesebelas (estafet 4x400m) sehingga melewati pencapaian legenda Carl Lewis sebagai atlet Amerika dengan medali atletik Olimpiade paling banyak.

Pelari Amerika Serikat Allyson Felix saat beraksi dalam estafet 4x400m putri di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, 7 Agustus 2021. (REUTERS/ALEKSANDRA SZMIGIEL)

7. Jessica Fox akhirnya memenangkan medali emasnya

Legenda kano Jessica Fox akhirnya memenangkan medali emas yang sejak lama dia idamkan . Ini adalah simbol dari kisah begitu banyak atlet di Tokyo 2020 yang akhirnya merebut medali setelah bertahun-tahun berjuang, bergulat, dan nyaris naik podium.

Atlet loncat indah Britania Tom Daley memenangkan medali perunggu di London 2012 dan Rio 2016, tetapi baru di Tokyo 2020 dia akhirnya memenangkan emas bersama rekannya Matty Lee dalam nomor papan 10 meter putra.

Flora Duffy memenangkan emas triatlon putri sehingga Bermuda untuk pertama kalinya dalam 84 tahun berkompetisi dalam Olimpiade memperoleh medali emas Olimpiade, sedangkan medali perunggu Hugues Zango dari lompat jangkit putra adalah medali Olimpiade yang pertama yang diraih Burkina Faso.

Atlet Australia Jessica Fox akhirnya naik podium emas Olimpade setelah menjuarai nomor Canoe Slalom di Kasai Canoe Slalom Centre, Tokyo, Jepang, 29 Juli 2021. REUTERS/Stoyan Nenov (REUTERS/STOYAN NENOV)

8. Christine Sinclair akhirnya memenangkan gelar turnamen besar pertamanya ketika Kanada merebut medali emas sepak bola putri.

Dalam kano, Teresa Portela (Spanyol) yang tampil dalam Olimpiade keenamnya akhirnya memenangkan medali pertamanya berupa medali perak sprint kano putria. Dan Fox sang juara dunia 10 kali, yang mungkin percaya medali emas tidak akan pernah bisa dia raih setelah kembali memenangkan perunggu dari slalom kano, tumpah dalam kegembiraan luar biasa setelah akhirnya memenangkan emas Olimpiade dari nomor kano slalom C-1 putri perdananya.

 

Pesepakbola putri Kanada Christine Sinclair (kanan) saat berduel dengan pemain Swedia Stina Blackstenius dalam final sepak bola putri di International Stadium Yokohama, Yokohama, Jepang, 6 Agustus 2021. REUTERS/Edgar Su (REUTERS/EDGAR SU)

9. Naomi Osaka menyalakan kaldron Olimpiade

Menyalakan kaldron Olimpiade sudah menjadi bagian ikonik dari setiap Olimpiade, tal terkecuali Tokyo 2020.

Meskipun Upacara Pembukaan drastis diturunkan skalanya dalam bulan-bulan menjelang Olimpiade karena Tokyo 2020 ditunda selama satu tahun dan kemudian saat diadakan dinyatakan tidak boleh ada penonton yang dibolehkan masuk arena lomba, momen ketika superstar tenis dan pahlawan olahraga Jepang Naomi Osaka yang dipuja puji karena telah membuat perjuangan kesehatan mental menjadi tidak lagi tabu dibicarakan, menerima nyala api Olimpiade dan menyalakan kaldron Olimpiade adalah momen bersejarah. Ini adalah perlambang dari ketangguhan jiwa manusia dalam menghadapi kesulitan.

Dan kemudian setelah itu Olimpiade Tokyo 2020 resmi dibuka.

9. Petenis Jepang Naomi Osaka membawa obor Olimpiade untuk menyalakan kaldron Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, 23 Juli 2021.
(REUTERS/PHIL NOBLE)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here