Beritamu.co.id – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman kembali menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi market yang cukup besar dalam perdagangan karbon (bursa karbon).
Hal ini dibuktikan dengan data statistik IDXCarbon Trading Resume per 15 November 2023 yang dinilai berkinerja cukup positif.
“Meski baru berjalan selama 36 hari (periode 06 September – 15 November 2023), total Trading Value di IDXCarbon mencapai Rp29,63 miliar, total Trading Volume sebesar 468.124 tCo2e, dengan harga tertinggi mencapai Rp77 ribu,” jelas Iman di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (17/11) lalu.
Lebih lanjut Iman membandingkan dengan negara tetangga, yang dengan kehadiran yang lebih lama namun total trading volume-nya belum sebesar IDXCarbon.
“Kita lebih berhasil dari banyak negara, terutama dari negara jiran (Malaysia – Red). Kita sudah ada transaksi, meski transaksi kita masih belum begitu besar sedangkan potensi kita sangat besar. Lihat saja, total trading volume kita adalah 468 ribuan, di Malaysia itu adalah 167 ribu. Jadi sepertiga dari kita saat ini,” beber Iman.
Bursa Efek Indonesia sendiri, melalui IDXCarbon, kata Iman, bertekad menjadikan perdagangan karbon sebagai salah satu mekanisme mencapai Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia menetapkan target NDC sebesar 29% – 41% pada tahun 2030.
Sebelumnya, di kesempatan terpisah, Julian Smith, ESG, Government & Infrastructure Leader di PwC Indonesia sekaligus merupakan seorang ICAEW Chartered Accountant juga mengungkapkan besarnya potensi market Indonesia dalam hal perdagangan karbon.
“Dari sisi pasokan, sektor kehutanan merupakan kontributor penting dalam menyumbang Unit Karbon, karena memiliki potensi besar untuk menghasilkan kredit karbon melalui berbagai inisiatif mitigasi. Kredit-kredit ini kemudian dapat diperdagangkan sebagai kompensasi emisi di Bursa Karbon. Di sisi permintaan, produsen listrik yang menggunakan bakar batu bara kini diwajibkan untuk mengurangi emisi sebesar 25 persen pada tahun 2030 dari emisi awal mereka. Hal ini mendorong mereka untuk mengevaluasi strategi paling efektif secara biaya, baik melalui pembelian kredit karbon dari Bursa Karbon atau dengan mengubah cara operasional mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” terang Julian Smith, baru-baru ini.
Untuk diketahui, perdagangan karbon adalah pembelian dan penjualan kredit atas pengeluaran karbon dioksida atau gas rumah kaca.
Sementara kredit karbon adalah representasi dari ‘hak’ bagi sebuah perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah emisi karbon atau gas rumah kaca lainnya dalam proses industrinya.
Satu unit kredit karbon setara dengan penurunan emisi satu ton karbondioksida (CO2).
Sedangkan Bursa Karbon adalah sistem yang mengatur perdagangan atau catatan kepemilikan unit karbon dengan tujuan utama menciptakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cara menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
https://pasardana.id/news/2023/11/18/bos-bursa-sebut-total-trading-volume-perdagangan-karbon-di-indonesia-lebih-besar-dari-malaysia/