Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (02/11/2023) : IHSG Diproyeksi Bergerak Sideways Cenderung Melemah

ANALIS MARKET (02/11/2023) : IHSG Diproyeksi Bergerak Sideways Cenderung Melemah

14
0

Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Indeks utama Wall Street ditutup menghijau pada awal bulan November dengan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 1.6%, setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tidak berubah di level saat ini 5.25%-5.50% (sesuai ekspektasi pasar) dalam dua meeting berturut-turut, dan komentar dari pejabat tinggi bank sentral memicu optimisme para investor bahwa trend naik suku bunga telah mendekati akhirnya, meskipun bank sentral juga masih membuka kemungkinan untuk kenaikan lebih lanjut apalagi setelah beberapa indikator terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi berkembang dengan kecepatan yang kuat pada kuartal ketiga.

Fed Chairman, Jerome Powell mengatakan, bahwa ke depannya para pembuat kebijakan akan mengambil keputusan dengan sangat hati-hati, meskipun mereka belum yakin kebijakan moneter saat ini cukup ketat untuk mencapai Target Inflasi serendah yang diinginkan bank sentral yaitu di level 2%.

Di antara 11 sektor utama indeks S&P500, hanya dua sektor yang melemah di mana Sektor Energi turun 0.3% sementara Sektor Consumer Staples melemah tipis 0.06%.

Sektor yang membukukan keuntungan tertinggi adalah saham Teknologi Informasi yang sensitif dengan tingkat suku bunga, dimana mereka terdongkrak 2%; serta Layanan Komunikasi yang juga menguat 1.8%.

Pasar saham pun mendapat sentimen positif dari penurunan yield US Treasury setelah Departemen Keuangan AS mengatakan akan memperlambat laju kenaikan lelang utang jangka panjang untuk kuartal November-Januari dan memperkirakan akan memerlukan satu kuartal tambahan lagi setelah ini untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya. Imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun, yang paling sensitif terhadap kebijakan The Fed, turun 12.5 basis poin menjadi 4.93%, merupakan level terendah sejak September. Musim laporan laba perusahaan muncul beragam; 79.7% dari 310 perusahaan S&P 500 merilis hasil di atas ekspektasi para analis (seperti didata oleh LSEG), sementara hanya 16.1% saja yang meleset dari perkiraan.

DATA EKONOMI AS: Data ADP Nonfarm Payroll bulan Oktober menyatakan tercipta lapangan kerja di sektor swasta sebesar 113,000, lebih rendah dari perkiraan 150 ribu meskipun masih lebih banyak dari angka bulan September pada 89 ribu. Namun, sebagai tanda bahwa permintaan tenaga kerja tetap sehat, lowongan pekerjaan JOLTS Job Opening di bulan September melampaui perkiraan para ekonom dengan muncul di angka 9,553 juta, di atas forecast maupun bulan sebelumnya. Dua data tersebut dirilis menjelang laporan Nonfarm Payroll pada hari Jumat yang akan memberikan gambaran rinci baru kepada The Fed dan investor mengenai kondisi pasar tenaga kerja yang masih ketat. Investor juga akan mengawasi rencana refinancing negara tersebut di masa depan, di mana saat ini imbal hasil mendekati rekor tertinggi dalam sejarah, bahkan setelah Departemen Keuangan memperkirakan kebutuhan pinjaman pada kuartal keempat lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan sebelumnya.

Saham ENERGI sedikit menanjak naik didukung oleh kenaikan harga minyak menyusul data resmi dari Energy Information Administration yang menunjukkan stok minyak mentah mingguan AS naik kurang dari perkiraan. Terdata hanya ada 773 ribu barel bertambah pada persediaan Minyak komersial yang disimpan oleh perusahaan Minyak AS, dari estimasi 1.26 juta barrel. Angka aktual ini pun menyusut dari periode minggu sebelumnya pada 1.37 juta barrel.

Baca Juga :  Mirae Asset Sekuritas Dorong Investasi Energi Hijau

Sementara itu, kemarin (01/11), IHSG bergerak anomali dengan rata-rata bursa Asia & Eropa yang sumringah, dengan kejatuhan cukup tajam kemarin sebesar 1.63% ke level terendah terbaru dalam 4 bulanan, diiringi oleh aksi jual asing senilai IDR 1.09 triliun (all market). INDONESIA merilis data Inflasi tahunan bulan Oktober meningkat menjadi 2.56% yoy dari level terendah 19 bulan di bulan September sebesar 2.28%, sedikit lebih rendah dibanding dengan konsensus pasar 2.6%; serta tetap berada dalam target bank sentral sebesar 2-4% selama enam bulan berturut-turut. Secara bulanan, harga konsumen naik 0.17% mom di bulan Oktober, menyusul kenaikan 0.19% di bulan September, meski masih di bawah perkiraan pasar yang memperkirakan pertumbuhan 0.24%. S&P Global Manufacturing PMI Indonesia turun menjadi 51.5 pada bulan Oktober dari 52.3 pada September. Ini merupakan ekspansi aktivitas pabrik selama 26 bulan berturut-turut, namun lajunya paling lambat sejak bulan Februari, di tengah melemahnya pertumbuhan pesanan baru dan penurunan penjualan ekspor, sementara pertumbuhan output termasuk paling rendah dalam 4 bulan. Nilai tukar Rupiah yang tak kunjung menguat dari atas level IDR15,900 sangat tidak membantu mendatangkan katalis positif pada pergerakan pasar ekuitas kemarin.

MARKET ASIA & EROPA: Data menunjukkan peningkatan ekspor Korea Selatan pada bulan Oktober sebesar 5.1% yoy, merupakan pertumbuhan pertama dalam 13 bulan, namun aktivitas pabriknya mengalami kontraksi yang sedikit lebih signifikan. Secara terpisah, Caixin/S&P Global Manufacturing PMI China turun menjadi 49.5 pada bulan Oktober dari 50.6 pada bulan September, menandai kontraksi pertama sejak bulan Juli dan gagal penuhi ekspektasi analis untuk ekspansif pada 50.8. Adapun sentimen di Eropa terdongkrak karena berita pada hari Selasa bahwa Inflasi Zona Euro turun ke level terendah dalam dua tahun pada bulan Oktober. Bicara mengenai Inflasi, pagi ini Korea Selatan telah laporkan CPI (Okt.) di angka 3.8% yoy, menguat dari forecast maupun bulan sebelumnya.

Lebih lanjut hari ini, sejumlah DATA EKONOMI penting dari seluruh penjuru dunia jadi sorotan pelaku pasar: German Manufacturing PMI (Okt.) & Unemployment Change (Okt.), Eurozone Manufacturing PMI (Okt.), Bank of England rate decision, US Initial Jobless Claims, US Nonfarm Productivity (Q3), US Unit Labor Costs (Q3), serta Factory Orders (Sept.).

Menimbang posisi Closing IHSG kemarin (01/11), analis NH Korindo Sekuritas memperkirakan konsolidasi hari ini masih bisa berlanjut menuju level Support mumpuni 6600-6550 yang telah setia menopang Trend Sideways IHSG sejak awal tahun.

Rebound biasanya terjadi pada level tersebut, oleh karena itu RSI positive divergence yang masih konsisten mengawal mungkin bisa mengindikasikan limited downside potential pada area Support tersebut.  

“IHSG diproyeksi bergerak Sideways cenderung melemah,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Kamis (02/11).

 


https://pasardana.id/news/2023/11/2/analis-market-02112023-ihsg-diproyeksi-bergerak-sideways-cenderung-melemah/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here