Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (25/10/2023) : IHSG Diproyeksi Sideways Cenderung Bearish

ANALIS MARKET (25/10/2023) : IHSG Diproyeksi Sideways Cenderung Bearish

29
0

Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0.6%/204 points pada perdagangan Selasa (24/10/23), sementara Nasdaq melonjak 0.9% dan S&P500 naik 0.7%, didukung oleh laporan keuangan yang ternyata lebih baik dari perkiraan serta stabilnya yield US Treasury yang mengangkat sentimen positif saham menjelang rilis kinerja perusahaan teknologi besar seperti Microsoft and Google.

Imbal hasil obligasi negara AS berhasil stabil setelah mengalami penjualan besar-besaran sehari sebelumnya, namun penurunan ini belum mencerminkan perubahan alokasi aset yang fundamental terlebih karena banyaknya pelaku pasar yang mengubah posisi aset.

Yield US Treasury tenor 10 tahun turun tajam setelah investor terkenal Bill Ackman mengumumkan bahwa ia telah menutup posisi short pada harga obligasi dengan alasan “terlalu banyak risiko yang beredar di pasar saat ini”.

Federal Open Market Committee akan segera memulai rapat dua harinya pada tanggal 31 Oktober dan diperkirakan akan menahan suku bunga tetap di posisi saat ini 5.25%-5.50% dengan peluang 99.2% menurut Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com.

Data ekonomi yang mungkin akan menjadi komplikasi bagi The Fed adalah telah diumumkannya S&P Global Composite PMI (Okt.) di mana baik sektor Manufacture maupun Services akhirnya sukses menyebrang ke wilayah ekspansif (di atas angka 50), setelah 5 bulan terbenam di wilayah kontraksi.

Mendekati FOMC Meeting ini akan lebih banyak lagi data ekonomi yang datang dalam beberapa hari ke depan seperti: Building Permits & New Home Sales untuk menilai kekuatan sektor perumahan dan daya beli masyarakat.

MARKET EROPA: Inggris melaporkan sejumlah data ketenagakerjaan yang menjadi masukan penting dalam menentukan prospek tingkat Inflasi mereka, seperti: Claimant Count Change (Sept.) yang menjelaskan tingkat pengangguran di sana meningkat signifikan hampir 10x di atas estimasi 2,300 dan ternyata actual numbers adalah 20,400. Labour Productivity pada kuartal 2 tahun ini juga drop lebih rendah dari perkiraan. Inggris juga mempublikasikan revisi S&P Global UK Composite PMI yang memang masih struggling di area kontraksi, baik sektor Manufacture maupun Services. Hasil PMI yang masih bergumul di wilayah kontraksi ini juga sama terjadi di Jerman dan Eurozone. Nanti siang menjelang sore, Jerman sebagai negara ekonomi terbesar Eropa akan kembali me-review iklim usaha di bulan Oktober dan segera merilis data German Ifo Business Climate Index (Okt.).

KOMODITAS: Pembacaan data PMI yang lemah di Jerman, Eurozone, dan Inggris membawa sentimen kurang kondusif pada harga Energi. Harga Minyak Mentah Brent (London) jatuh 2% ke level USD88.07/barrel, sementara WTI juga merosot 2.1% dan ditutup di level USD83.74/barrel. Di sisi lain, anjloknya harga berhasil ditopang oleh laporan mingguan storage American Petroleum Institute yang menunjukkan penurunan tajam dalam persediaan Minyak mentah dan BBM pekan lalu, mengindikasikan permintaan yang kuat di dalam negeri AS. Sementara itu, pembebasan sandera dari Gaza dan semakin intensifnya perundingan diplomatik untuk menyelesaikan Konflik Timur Tengah juga tambah mengeliminasi resiko premium yang awalnya telah mendongkrak harga Brent ke titik tertinggi dalam sebulan pada pekan lalu. Adanya sedikit prospek berakhirnya Perang Israel-Hamas juga mengirim harga EMAS turun setelah menyentuh level tertinggi 3 bulan pada pekan lalu yang sempat berada pada angka USD2,000/ounce lagi. Walau sesudahnya terdeteksi konsolidasi minor namun tak dapat dipungkiri bahwa Emas berada pada fase bullish.

MARKET ASIA: Situasi PMI yang lesu juga terasa di Jepang, di mana data au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI (Okt.) tak juga bergeming dari wilayah kontraksi, dan Services sector mulai kehilangan pegangan di wilayah ekspansi. Ancaman Inflasi di Jepang masih nyata dengan BoJ Core CPI dilaporkan meningkat menjadi 3.4% yoy, sedikit di atas proyeksi 3.3%. Sementara itu, Indonesia melaporkan peningkatan uang beredar terutama menjelang musim kampanye PEMILU, di mana posisi M2 (Sept.) terdeteksi naik 6.0% dibanding bulan lalu 5.90%. Perkembangan situasi global saat ini turut membuat Korea Selatan memandang pesimis outlook ekonomi ke depannya, di mana tergambar pada tingkat Keyakinan Konsumen (Okt.) melemah ke angka 98.1, dari 99.7 pada bulan September.

Baca Juga :  Wall Street “Mixed”, Bursa Eropa Menguat

IHSG berhasil rebound di Support trend line jangka menengah namun masih dibayangi oleh aksi jual asing sebesar IDR302 miliar. Dalam beberapa hari ke depan IHSG harus menambah tenaga bullish agar mampu menembus wilayah Resistance terdekat di sekitar 6880-6930, agar supaya trend turun jangka pendek ini setidaknya bisa dikembalikan menjadi Sideways trend.

Walau demikian, analis NH Korindo Sekuritas menilai banyak trading opportunities terbuka menimbang cukup banyak saham berada di area Support saat ini. Gunakan momentum bullish sejenak ini untuk trading cepat sambil tetap perhatikan animo market.

Ada baiknya fokus pada sektor yang mendapatkan sentimen positif (news-driven), seperti contohnya: sektor Property yang mendapat angin bagus dari pengumuman Presiden Jokowi kemarin terkait insentif PPN Property dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

“IHSG diproyeksi bergerak Sideways cenderung Bearish,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Rabu (25/10).


https://pasardana.id/news/2023/10/25/analis-market-25102023-ihsg-diproyeksi-sideways-cenderung-bearish/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here