Beritamu.co.id – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) membantah tudingan bahwa program food estate atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah merupakan program yang gagal.
Menurut dia, megaproyek itu telah berkontribusi terhadap peningkatan nilai ekonomi sebanyak Rp 204,76 miliar.
“Jadi, Kalimantan Tengah ada orang bilang tidak berhasil, gak betul,” kata dia dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertanian di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Menurutnya, program pengembangan pangan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi bilamana terjadi krisis pangan lewat ahli fungsi pangan.
“Food estate kita itu adalah antisipasi berkait dengan ahli fungsi lahan,” timpalnya.
Mentan SYL mengaku, pengembangan food estate bukanlah perkara yang gampang.
Sebab, pengembangan food estate bergantung pada jenis tanah serta iklimnya.
“Lahan rawa, rawanya bukan seperti di Jawa, begitu tanam begitu tumbuh. Membutuhkan variasi sedikit asing dan kalau datang hujan langsung banjir itu yang kita hadapi di sana,” jelas Mentan.
Ia kemudian memaparkan alokasi anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 163,75 miliar, yang terdiri dari Rp 27 miliar untuk biaya olah tanah dan sarana produksi sebesar Rp 136,75 miliar.
Adapun Kementan mencatat total luas lahan tanam yang dibuka untuk program food estate pada 2020 mencapai 29,4 ribu hektar.
Luas lahan tanam itu terdiri dari proyek di Kabupaten Kapuas yang mencapai 19.436 hektar dari target tanam 20.000 hektar.
Kemudian luas lahan tanam di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 hektar atau 100 persen dari total target tanam yang ditentukan.
Sementara itu, luas panen di Kabupaten Kapuas, menurut Kementan, pada 2020 seluas 18.764 hektar dengan produktivitas 3,75 ton per hektar.
Sedangkan total luas panen di Kabupaten Pulang Pisau mencapai 9.654 hektar dengan jumlah produktivitas sebanyak 4,2 juta ton.
Dalam kesempatan yang sama, Mentan SYL juga membeberkan perkembangan food estate di Kabupaten Wonosobo dan di Kabupaten Temanggung.
Di kabupaten Wonosobo, lahan food estate di sana seluas 339,96 hektar.
Dengan lahan seluas itu, komoditas pangan yang ditanam, yakni cabai dengan produktivitas 6,43 per ton naik menjadi 7 ton per hektar.
Kemudian ditanami juga bawang putih, yang semula 6,1 ton naik menjadi 6,7 ton, dan kentang, semula 13,25 ton per hektar naik menjadi 16,71 ton per hektar.
Sementara di Kabupaten Temanggung memiliki luas lahan 349 hektar. Komoditas yang ditanam adalah cabai rawit, dimana produktivitasnya sebanyak 7,8 ton per hektar, naik menjadi 8,5 ton per hektar, kemudian bawang merah dari 12,5 ton menjadi 15,7 ton per hektar.
Lalu bawang putih, semula 6,7 ton per hektar menjadi 7,7 ton per hektar, dan kentang, semula 14,1 ton per hektar naik menjadi 27 ton per hektar.
Lebih lanjut Syahrul mengatakan, hasil cabai dari dua daerah itu berhasil menekan harga saat Natal dan Tahun Baru 2023 lalu, terutama untuk memenuhi pasokan di Jabotabek.
“Kemarin, inflasi Nataru, saya dari sini dua-duanya pak, untuk menutup Jabotabek dan ternyata tertutup, harga enggak naik,” tandasnya.
Sebelumnya, Komisi IV DPR RI mengkritik program Kementerian Pertanian (Kementan) terkait program lumbung pangan atau food estate yang sampai saat ini belum mengeluarkan hasil.
Terlebih, Komisi IV DPR mendapatkan laporan bahwa ada mesin-mesin alat pertanian yang mangkrak dan tidak digunakan.
“Masalah food estate ditanya harus ke Dirjen PSP. Saya ingin bertanya alat mesin pertanian mangkrak. Saya punya bukti, foto, saya minta kejujurannya. Saya tidak bicara salah satu benar. Kita mencari solusi jalan terbaik,” ujar Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, dalam rapat di DPR RI, Rabu (23/11/2022).
https://pasardana.id/news/2023/1/26/program-food-estate-di-kalteng-dinilai-gagal-mentan-syl-tidak-betul/