Chicago (Beritamu.co.id) – Emas menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), memperpanjang keuntungan di atas level psikologis 1.800 dolar AS untuk hari kedua berturut-turut, ditopang dolar AS yang lebih lemah menjelang laporan data inflasi penting Amerika Serikat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 7,1 dolar AS atau 0,39 persen, menjadi ditutup pada 1.812,30 dolar AS per ounce. Ini adalah harga penyelesaian tertinggi untuk emas sejak 29 Juni.
Emas berjangka bertambah 14 dolar AS atau 0,78 persen menjadi 1.805,20 dolar AS pada Senin (8/8/2022), setelah anjlok 15,7 dolar AS atau 0,87 persen menjadi 1.791,20 dolar AS pada Jumat (5/8/2022), dan melonjak 30,5 dolar AS atau 1,72 persen menjadi 1.806,90 dolar AS pada Kamis (4/8/2022).
Harga emas bergerak di atas level kunci 1.800 dolar untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (9/8/2022) karena para analis memperkirakan inflasi Juli akan melemah sehingga kenaikan suku bunga Federal Reserve tidak akan seagresif yang diperkirakan sebelumnya dan memberikan tekan terhadap dolar.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, terakhir turun 0,06 persen pada 106,3750.
“Harga emas menguat menjelang laporan inflasi penting yang dapat memiringkan skala ekspektasi kenaikan suku bunga Fed,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA, dikutip dari Xinhua.
Menurut Moya, emas mendapat dorongan hari ini dari aliran safe-haven karena saham melemah dan dolar melemah. “Jika inflasi mereda sedikit lebih dari yang diperkirakan, emas dapat bergerak menuju wilayah 1.850 dolar AS. Risiko geopolitik tetap tinggi dan itu bisa membuat emas tetap didukung di atas 1.800 dolar AS hingga akhir tahun.”
Emas mendapat dukungan tambahan karena Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (9/8/2022) bahwa produktivitas pekerja nonpertanian AS turun 4,6 persen setiap tahun pada kuartal kedua, penurunan paling tajam secara tahunan sejak 1948.
Sementara itu, laporan produktivitas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja per unit AS meningkat 10,6 persen pada kuartal kedua, lebih buruk dari yang diperkirakan.
Namun demikian, Federasi Nasional Bisnis Independen melaporkan pada Selasa (9/8/2022) bahwa Indeks Optimisme Bisnis Kecil naik ke 89,9 pada Juli dari 89,5 di bulan sebelumnya, sedikit membatasi pertumbuhan emas.
Investor juga menunggu rilis indeks harga konsumen (IHK), pengukuran utama inflasi lainnya, pada Rabu waktu setempat.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September merosot 13,2 sen atau 0,64 persen, menjadi ditutup pada 20,482 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober tergelincir 5,4 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada 933 dolar AS per ounce.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/3048629/emas-terdongkrak-71-dolar-jelang-laporan-data-inflasi-penting-as)