Jakarta, BeritaMu.co.id – Setelah sempat beberapa kali terkoreksi, harga minyak dunia menguat dalam sepekan terakhir. Hal ini terjadi di tengah isu pengetatan pasokan minyak yang dibarengi dengan masih tingginya optimisme di pasar terhadap prospek kebangkitan ekonomi dunia.
Pada Jumat (30/7/2021) lalu harga minyak jenis Brent berada di level US$ 76,33/barel, naik 0,37% dari hari sebelumnya. Sejak Kamis (29/7/2021), minyak Brent bertahan di atas US$ 75/barel. Dalam sepekan, minyak Brent menguat 3,01% setelah menguat sebanyak empat kali.
Sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,45% ke US$ 73,95/barel pada perdagangan Jumat (30/7/2021). Adapun dalam sepekan minyak WTI ini naik 2,61%.
Tampaknya, investor terhadap aset-aset berisiko kembali muncul. Harga minyak pun kembali stabil setelah beberapa waktu lalu sempat tertekan.
“Pemulihan ekonomi dunia pada kuartal II-2021 adalah hal yang nyata. Gelombang serangan virus corona tentu akan membawa risiko, tetapi mungkin tidak akan separah gelombang sebelumnya. Optimisme masih kuat, dan itu bukan tanpa alasan,” papar Craig Erlam, Senior Market Analyst OANDA, seperti dikutip dari Reuters.
Ambil contoh di Korea Selatan. Bank sentral Korea Selatan mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng pada kuartal II-2021 mencapai 5,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah yang pencapaian terbaik sejak 2010.
“Kami tetap optimistis dengan laju pemulihan ekonomi. Ekspor dan investasi akan menjadi pilar yang kuat. Implementasi stimulus fiskal akan menjadi bantalan dalam meredam dampak negatif dari pandemi virus corona,” sebut Lloyd Chan, Ekonom Oxford Economics, seperti dikutip dari Reuters.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, rata-rata harga minyak jenis Brent sepanjang 2021 akan sebesar US$ 69/barel. Sementara rata-rata harga light sweet tahun ini diperkirakan US$ 66/barel.
Harga rata-rata 2021 jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang 2020, rata-rata harga Brent adalah US$ 43,29/barel dan light sweet US$ 39,56/barel.
Selain terkait pemulihan ekonomi, Kenaikan harga si emas hitam juga merupakan respons dari rilis data stok minyak Amerika Serikat (AS). Pada pekan yang berakhir 23 Juli 2021, US Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok minyak Negeri Adikuasa anjlok 4,1 juta barel menjadi 435,6 juta barel. Ini adalah stok terendah sejak Januari tahun lalu.
Penurunan ini jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan stok minyak AS berkurang 2,9 juta barel.
Pasokan minyak AS yang semakin berkurang membuat harga terkatrol. Maklum, AS adalah produsen minyak terbesar di dunia. Jika pasokan dari Negeri Paman Sam berkurang, maka dampaknya akan dirasakan di pasar global.
Lebih lanjut, pelaku pasar menilai pandemi virus corona yang kembali mengganas di berbagai negara belum menurunkan permintaan minyak. Dibandingkan dengan tahun lalu, permintaan masih tumbuh.
“Memang ada risiko dari sisi permintaan karena pemerintah di berbagai negara mulai membatasi aktivitas warga di luar rumah. Pasar melihat dunia sudah beberapa kali melalui fase pembatasan seperti ini. Ternyata pemulihan ekonomi masih berjalan di jalur yang tepat, tidak melenceng terlalu jauh,” sebut riset Citi.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook edisi Juli 2021 memperkirakan ekonomi dunia tahun ini akan tumbuh 6%. Tidak berubah dibandingkan proyeksi April 2021. Artinya, kebangkitan ekonomi dunia masih on the right track.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Joss! Harga Minyak Dunia Naik sampai 3% Pekan Ini, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210801134155-17-265195/joss-harga-minyak-dunia-naik-sampai-3-pekan-ini