Jakarta, CNBCÂ Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali menguat pada perdagangan Jumat (29/7/2021), di tengah pelemahan pasar saham Asia dan dalam negeri serta penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN. Hanya SBN bertenor 10 dan 15 tahun tahun yang yield-nya mengalami penguatan dan cenderung dilepas oleh investor.
Yield SBN bertenor 15 tahun naik sebesar 1,2 basis poin (bp) ke level 6,332%. Sedangkan untuk SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan pemerintah berbalik menguat sebesar 0,1 bp ke level 6,307%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pasar saham Asia kembali ditutup berjatuhan pada hari ini, di tengah aksi jual investor di pasar saham Asia karena pasar masih khawatir dengan aturan dari regulator China yang membatasi perusahaan teknologi yang terdaftar di bursa negara Barat, termasuk AS.
Kekhawatiran investor juga terkait dengan pandemi virus corona (Covid-19) di kawasan Asia yang cenderung belum menurun. Hal ini juga sama di Indonesia.
Dari dalam negeri, tingginya kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia juga membebani pasar aset berisiko RI seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah.
Kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan sebanyak 43.479 kasus. Dengan tingginya kasus tersebut, adan kemungkinan belum akan ada lagi pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Hal tersebut tentunya berisiko menekak perekonomian Indonesia di kuartal III-2021.
Di sisi lain ada sedikit kabar baik, kasus Covid-19 di DKI Jakarta menunjukkan penurunan, kemarin tercatat ada 3.845 kasus baru, turun dari hari sebelumnya 5.525 kasus.
Selain itu, kasus aktif di Jakarta juga turun menjadi 27.477 kasus dari sebelumnya 35.084 kasus. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat (127.345 kasus), Jawa Tengah (58.727 kasus) dan Jawa Timur (57.126 kasus).
Beralih ke AS, imbal hasil surat utang pemerintah AS (Treasury) terpantau kembali turun pada pra-pembukaan (pre-opening) pasar pada hari ini, setelah Negeri Paman Sam tersebut merilis data sementara pertumbuhan ekonominya pada kuartal kedua tahun 2021.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 2,5 bp ke level 1,244% pada pukul 06:58 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Kamis (29/7/2021) kemarin di level 1,269%.
Data sementara Produk Domestik Bruto (PDB) AS dilaporkan tumbuh 6,5% pada kuartal II-2021, atau di bawah estimasi pelaku pasar dalam konsensus Dow Jones yang mengekspektasikan angka pertumbuhan sebesar 8,4%.
Data klaim tunjangan pengangguran juga tidak memuaskan dengan 400.000 pekerja kehilangan pekerjaan sepekan lalu, atau lebih buruk dari ekspektasi dalam konsensus Dow Jones yang mengekspektasian angka 385.000. Rata-rata angka klaim sebelum pandemi berkisar 250.000.
Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell sebelumnya menilai ekonomi AS membaik meski ada varian baru virus Covid-19. Namun itu belum cukup untuk mencapai target inflasi dan lapangan kerja yang dipatok sehingga moneter belum akan diketatkan.
“Menurut saya kita masih beberapa langkah menuju kemajuan substansial lebih jauh mencapai target maksimum pembukaan lapangan kerja. Saya ingin melihat angka lapangan kerja yang lebih kuat,” tutur dia.
Pada hari ini di AS, indeks personal consumption expenditure (PCE) periode Juni 2021 akan dirilis pada pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Investor Masih Buru SBN, Yield Mayoritas SBN Lanjut Menurun, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210730181817-17-265003/investor-masih-buru-sbn-yield-mayoritas-sbn-lanjut-menurun