Jakarta, BeritaMu.co.id – Lama tertahan di zona merah, rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (29/7/2021).
Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter di hari tadi membuat dolar AS lesu, sementara rupiah terbebani kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,03% di Rp 14.480/US$. Tetapi setelahnya berbalik melemah 0,07%, sebelum tertahan di zona merah nyaris sepanjang hari.
Rupiah baru bangkit beberapa saat sebelum penutupan perdagangan, dan berakhir di Rp 14.480/US$ menguat 0,03%.
Penguatan tipis rupiah bisa dikatakan mengecewakan sebab dolar AS sedang terpuruk. Indeks dolar AS sore ini kembali jeblok 0,27% ke 92,077. Pada perdagangan Rabu, indeks dolar AS sebelumnya menguat 0,34% langsung berbalik arah dan melemah 0,12% setelah The Fed mengumumkan kebijakan moneter.
Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut sore ini kembali jeblok 0,27% ke 92,077.
Sesuai dengan perkiraan pasar, The Fed mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar, dengan rincian US$ 80 miliar pembelian obligasi pemerintah (Treasury) dan US$ 40 miliar untuk efek beragun aset.
Dengan inflasi di AS yang sangat tinggi, banyak yang memperkirakan The Fed akan segera melakukan tapering atau pengurangan nilai QE. Tetapi, kapan tapering akan dilakukan tetap menjadi “misteri” hingga saat ini. Tidak ada kejelasan dari The Fed, dolar AS pun terpuruk.
The Fed melihat perekonomian AS semakin kuat, tapi masih perlu melihat kemajuan substansial lebih lanjut, khususnya untuk pasar tenaga kerja dan inflasi, sebelum memulai tapering.
“Kami menggunakan pendekatan yang setransparan mungkin. Kita belum mencapai kemajuan substansial lebih lanjut,” kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (29/7/2021).
Sementara itu untuk pasar tenaga kerja, Powell mengatakan masih perlu lebih kuat lagi, sebelum memulai tapering.
“Saya ingin melihat pasar tenaga kerja lebih kuat lagi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memulai mengurangi QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan,” kata Powell.
Pernyataan ‘beberapa bulan ke depan’ tersebut yang menimbulkan lebih banyak “misteri”.
Sebelumnya, banyak analis dan ekonom yakin The Fed akan mengumumkan lebih banyak mengenai tapering pada pertemuan tahunan Jackson Hole Agustus mendatang. Sebab pada pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, ekonom, hingga praktisi dari seluruh dunia.
Tetapi dengan menyatakan ‘beberapa bulan ke depan’ artinya kemungkinan tidak akan dilakukan pada bulan depan. The Fed dalam pernyataannya juga menyatakan akan melakukan penilaian dalam beberapa pertemuan ke depan.
“Saya pikir Powell membuat proyeksi pelaku pasar bergeser lagi. Jika anda melihat The Fed akan mengumumkan tapering pada pertemuan Jackson Hole, pernyataan The Fed hari ini menunjukkan kemungkinan tersebut sangat kecil,” kata Michelle Meyer, kepala ekonom Bank of America, sebagaimana dilansir CNBC International.
“Dan dengan mengatakan ‘pada pertemuan-pertemuan’ mendatang, The Fed jadi memiliki banyak pilihan kapan mereka akan memberikan sinyal atau mengumumkan tapering,” tambahnya.
Meyer sendiri memprediksi The Fed akan mengumumkan rencana tapering di akhir tahun ini, tetapi tidak menutup kemungkinan di bulan September. Dan tapering resmi dimulai di awal tahun depan.
“Saya pikir The Fed masih mungkin mengumumkan rencana tapering di bulan September, tergantung dari data tenaga kerja. Jika sangat kuat, maka saya pikir Powell akan memberikan lebih banyak detail pada bulan September,” kata Meyer.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perekonomian Indonesia Berisiko Terkontraksi di Kuartal III
Demikian berita mengenai Dolar AS Terpuruk! Tapi Rupiah Cuma Bisa Menguat Tipis , ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210729152031-17-264646/dolar-as-terpuruk-tapi-rupiah-cuma-bisa-menguat-tipis