Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (20/10/2025): Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Diproyeksi Stabil

ANALIS MARKET (20/10/2025): Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Diproyeksi Stabil

4
0

Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak mixed pada sesi perdagangan terakhir pekan lalu.

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 1 basis poin (bp) menjadi 5,29%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 1 bp ke level 5,92%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) bertahan di level 5,96%.

Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp26,1 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp34,5 triliun.

PBS003 dan FR0106 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp3,9 triliun dan Rp2,8 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,7 triliun.

Berdasarkan Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah Bank Indonesia (BI), investor nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp16,61 triliun pada periode transaksi 13-16 Oktober 2025.

Flow tersebut berasal dari jual neto Rp11,90 triliun di pasar SBN, Rp1,09 triliun di pasar saham, dan Rp3,62 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 16 Oktober 2025 (berdasarkan data setelmen), nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp51,24 triliun di pasar saham dan Rp132,75 triliun di SRBI, sementara di pasar SBN tetap membukukan beli neto sebesar Rp17,28 triliun.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tidak banyak berubah, bergerak dari level Rp16.581/US$ di hari Kamis menjadi Rp16.590/US$ di hari Jumat (17/10).

Baca Juga :  Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Optimisme Pelonggaran Kebijakan The Fed

Per posisi Jumat, indikator global cenderung menunjukkan sentimen yang cenderung negatif dibandingkan hari sebelumnya, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST) dan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.

Yield curve UST 5-tahun dan 10-tahun masing-masing meningkat sebesar 4bp dan 3bp menjadi 3,59% dan 4,02%.

Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 1bp menjadi 82bp.

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun masih mencatatkan penurunan sebesar 3bp.

Namun, CDS 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp dan Rupiah sedikit melemah sebesar 0,12%.

Walau indikator-indikator tersebut cenderung menunjukkan sentimen yang negatif, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) masih mencatatkan penurunan mingguan sebesar 16bp.

Kondisi likuiditas yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mendukung penurunan yield SUN.

Para pelaku pasar menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan diselenggarakan tanggal 21-22 Oktober mendatang.

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, BNI Sekuritas mengantisipasi demand terhadap Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi Rupiah akan stabil. BNI Sekuritas memproyeksikan weekly range untuk yield SUN 10-tahun pada periode 20-24 Oktober di kisaran 5,93%-6,17%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0098, FR0079, FR0083,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (20/10).


https://pasardana.id/news/2025/10/20/analis-market-20102025-demand-terhadap-sbn-berdenominasi-rupiah-diproyeksi-stabil/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here