
Beritamu.co.id – Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) mengeluarkan kebijakan yang memberikan tambahan kuota impor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 10 persen di atas realisasi penjualan tahun lalu.
Atas kebijakan tersebut, dua pemain besar di bisnis ritel BBM, yakni Shell Indonesia dan BP-AKR mengutarakan keluhannya. Pasalnya, pembatasan impor BBM ini dinilai tidak sebanding dengan peningkatan permintaan sekaligus mengganggu rencana ekspansi keduanya.
Inggrid Siburian, selaku President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia dalam rapat dengan Komisi XII DPR, Rabu (1/10) mengatakan, kelangkaan bensin sudah dialami sejak Agustus 2025 lalu.
Kata dia, dari sekitar 200 SPBU Shell yang tersebar di Jawa, hampir seluruhnya mengalami stock out untuk produk bensin, sehingga hanya solar yang tersedia.
“Saat ini yang ada mungkin tidak ada sampai 10, hanya sekitar 5 SPBU yang kalau kami melihat besok malam mungkin juga sudah habis. Jadi memang kami benar-benar mengalami stock out, kelangkaan untuk BBM jenis bensin,” ungkapnya.
Dirinya pun mengaku sudah mengajukan penambahan kuota impor BBM sejak Juni 2025. Namun, surat jawaban dari Wakil Menteri ESDM pada 17 Juli menyatakan kuota impor dibatasi maksimal 110% dari penjualan tahun 2024.
Ingrid mengatakan Shell memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen dan juga Shell sebagai pemegang Izin Usaha Niaga Umum, juga selalu berkomitmen dalam memenuhi kewajiban. Termasuk juga investasi yang telah Shell keluarkan yang cukup besar.
“Ini bukan hanya dalam bentuk SPBU yang kami bangun di Indonesia. Tapi termasuk juga fasilitas penyimpanan atau terminal yang saat ini kami sedang beroperasikan di Gresik, di Jawa Timur,” kata Ingrid.
Keluhan yang sama disampaikan Presiden Direktur BP-AKP Vanda Laura, yang menyebut bahwa pembatasan kuota impor membuat perusahaan harus menunda rencana ekspansi.
“Sedangkan kalau kita bicara di cap 110 persen Pak, kami ini kan ada rencana untuk buka 10 SPBU baru lagi Pak, sampai dengan akhir tahun. Apakah itu cukup? Tentunya belum. Harapan kami kalau misalnya kami ada peningkatan dari tahun ke tahun itu pastinya di atas 10 persen. Selain itu juga kami sampai tahun 2030, itu kami berniat untuk membuka 250 SPBU total. Namun hal ini harus kami evaluasi ulang nih, kalau misalnya melihat kejadian yang sekarang,” beber Vanda.
Meski begitu, Shell dan BP-AKR tetap memberikan apresiasinya terhadap keputusan pemerintah yang membuka peluang suplai base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Dimana, kedua perusahaan berharap Solusi ini bisa segera berjalan agar kelangkaan tidak terus berlanjut.
“Saat ini kami masih dalam pembahasan B2B, sesuai dengan anjuran dari Bapak Menteri, terkait pasokan import base fuel saat ini sedang berlangsung,” tukas Ingrid.
https://pasardana.id/news/2025/10/2/tambahan-kuota-impor-bbm-hanya-10-persen-shell-dan-bp-akr-ngeluh-bensin-masih-langka/

































