
Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan kemarin (20/8).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 9 basis poin (bps) menjadi 5,80%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 2 bp menjadi 6,37%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 bp menjadi 6,39%.
Level yield curve 10-tahun masih berada di dalam weekly estimated range kami di kisaran 6,33-6,52%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp35,0 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp32,1 triliun.
FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp7,4 triliun dan Rp3,7 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp5,7 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,16%, bergerak dari level Rp16.246/US$ di hari Selasa menjadi Rp16.272/US$ kemarin.
Dalam RDG BI bulan Agustus, Bank Indonesia kembali memangkas BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00%, sehingga secara kumulatif telah terjadi pemangkasan sebesar 100 bps sepanjang tahun 2025.
BI menegaskan bahwa keputusan ini sejalan dengan ekspektasi inflasi yang tetap rendah, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah masih adanya kesenjangan output domestik.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa PDB Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kuartal I sebesar 4,87%, didorong oleh peningkatan investasi, konsumsi rumah tangga, serta ekspor yang dipercepat menjelang penerapan tarif Amerika Serikat.
BI kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun akan melampaui titik tengah kisaran 4,6–5,4%, bahkan berpotensi mencapai 5,1% atau lebih tinggi.
Sementara itu, data BI menunjukkan nilai tukar Rupiah menguat sebesar 1,29% (ptp) sepanjang Agustus, didukung aliran masuk portofolio dan konversi devisa ekspor.
Inflasi tetap terkendali pada bulan Juli, dengan inflasi IHK tercatat sebesar 2,37% (yoy) dan inflasi inti sebesar 2,32%, masih dalam koridor target BI sebesar 2,5±1%.
BI melaporkan, bahwa pertumbuhan kredit melambat menjadi 7,03% (yoy) pada Juli dari 7,77% pada Juni, meskipun likuiditas perbankan masih memadai, tercermin dari peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 7,00% (yoy).
Namun demikian, transmisi penurunan suku bunga ke kredit masih berjalan lambat, sehingga mendorong BI untuk kembali menekankan pentingnya percepatan penyesuaian suku bunga kredit perbankan.
Di pasar uang, imbal hasil SRBI tenor 12 bulan turun menjadi 5,34% (dari 5,87% pada bulan sebelumnya), sementara di pasar SBN, BI mencatat penurunan signifikan pada imbal hasil SUN tenor 10 tahun dibandingkan bulan sebelumnya, mencerminkan berlanjutnya transmisi kebijakan.
Ke depan, BI akan tetap mempertahankan sikap akomodatif yang terukur, dengan ruang untuk pelonggaran lanjutan masih terbuka sepanjang stabilitas inflasi dan nilai tukar tetap terjaga.
Dari eksternal, Indikator global menunjukkan sentimen yang mixed.
Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun dan 10-tahun masing-masing turun sebesar 1bp menjadi 3,81% dan 4,29%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia melanjutkan peningkatan sebesar 1bp menjadi 68bp.
Walau meningkat dalam beberapa hari terakhir, level CDS 5-tahun Indonesia masih 11bp lebih rendah dibandingkan levelnya di akhir 2024 lalu.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah akan stabil. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0074, FR0045, FR0106,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Kamis (21/8).
https://pasardana.id/news/2025/8/21/analis-market-2182025-demand-terhadap-sbn-berdenominasi-rupiah-diperkirakan-stabil/