
Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan kemarin.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 1 basis poin ke level 6,33%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 2 bp ke level 6,71%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 bp ke level 6,73%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,63%-6,84%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp38,7 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp25,8 triliun.
FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp10,6 triliun dan Rp6,1 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,0 triliun.
Data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang SUN kemarin mencapai Rp81,0 triliun, lebih tinggi dibandingkan lelang SUN sebelumnya tanggal 3 Juni lalu yang mencapai Rp77,2 triliun.
Dari kedelapan seri yang ditawarkan, Pemerintah menetapkan total amount awarded sebesar Rp30 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif Rp26 triliun.
Pada press conference APBNKita, Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa realisasi pendapatan negara selama 5M25 mencapai Rp995,3 triliun atau 33,1% dari target APBN sebesar Rp3.005,1 triliun.
Sementara itu, belanja negara terealisasi Rp1.016,3 triliun atau 28,1% dari pagu belanja Rp3.621,3 triliun.
Defisit APBN tercatat sebesar Rp21,0 triliun atau setara 0,09% terhadap PDB, berbalik menjadi defisit setelah sempat surplus Rp4,3 triliun pada April.
Namun, keseimbangan primer masih mencatatkan surplus sebesar Rp192,1 triliun.
Dari sisi pembiayaan, realisasi hingga Mei mencapai Rp324,8 triliun (52,7% dari target), yang terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp349,3 triliun (45,0%) dan pembiayaan non-utang negatif Rp24,5 triliun (15,3% dari target negatif Rp159,7 triliun).
Mempertimbangkan realisasi defisit dan pembiayaan, SiLPA pada bulan Mei diperkirakan sebesar Rp303,8 triliun, meningkat dibandingkan SiLPA bulan April sebelumnya sebesar Rp283,5 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,15%, bergerak dari level Rp16.265/US$ di hari Senin menjadi Rp16.289/US$ kemarin.
Dari eksternal, Indikator global menunjukkan sinyal yang mixed, di mana yield US Treasury (UST) mengalami penurunan namun terjadi peningkatan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.
Eskalasi konflik antara Iran dan Israel diperkirakan berdampak pada meningkatnya demand terhadap aset safe-haven dan berkurangnya risk appetite investor.
Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 5bp menjadi 3,99%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 7bp menjadi 4,39%.
Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 3bp menjadi 79bp.
Dalam tujuh hari terakhir, CDS 5-tahun Indonesia bergerak di kisaran 73bp hingga 79bp.
Level CDS tersebut masih relatif rendah dibandingkan April dan Mei, mengindikasikan confidence investor global terhadap creditworthiness Indonesia masih terjaga.
Sejak Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) terakhir tanggal 20-21 Mei lalu, nilai tukar Rupiah terhadap US$ berdasar data Bloomberg bergerak di kisaran Rp16.218 – Rp16.328 /US$.
Rentang tersebut relatif lebih sempit dibandingkan periode antara RDG BI April dan RDG BI Mei yang berada di kisaran Rp16.399 – Rp16.873 /US$.
Secara year-to-date, Rupiah masih melemah sebesar 0,98%, kontras dibandingkan DXY Index yang menunjukkan depresiasi sebesar 8,9%.
DXY Index menggambarkan nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia secara tertimbang.
Laju inflasi Indonesia pada bulan Mei masih relatif terjaga rendah, dengan headline inflation sebesar 1,60% dan core inflation di 2,40%.
Menilai dari situasi tersebut, terdapat ruang bagi BI untuk kembali memangkas suku bunga.
Pemangkasan suku bunga yang lebih awal diperkirakan akan berdampak positif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menurunkan yield SBN Rupiah kedepannya.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi meningkatnya volatilitas harga instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0096, FR0100, FR0106,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (18/6).
https://pasardana.id/news/2025/6/18/analis-market-1862025-ada-potensi-meningkatnya-volatilitas-harga-sbn-berdenominasi-rupiah/