Beritamu.co.id – Peredaran rokok ilegal yang semakin marak di Indonesia mendapat reaksi bagi kalangan industri, salah satunya Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo).
Ketua Umum Gaprindo, Benny Wachjudi mengungkapkan, peredaran rokok ilegal ini harus segera diatasi.
Dia bilang, rokok ilegal akan menurunkan penjualan yang berdampak pada penurunan produksi, sehingga akan berdampak pula pada seluruh pekerja dan petani.
Karena itu, industri hasil tembakau (IHT) harus bisa terlindungi dari serangan rokok ilegal yang dapat mematikan industri.
“Jelas sekali maraknya rokok ilegal ini merugikan semua pihak. Produksi, peredaran, dan penjualan rokok ilegal harus dipandang sebagai sebuah kejahatan yang luar biasa atau extraordinary crime, sehingga pemberantasannya tidak bisa dilakukan secara biasa. Pemerintah sudah bekerja, tapi menurut saya belum optimal. Sepanjang pengetahuan saya, belum ada pelaku utama yang ditangkap,” ujar Benny, dalam keterangan resmi yang dikutip pada Jumat, (22/11).
Untuk diketahui, saat ini aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah pun cenderung membuat industri berada dalam situasi sulit.
Sebut saja seperti, pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan (PP Kesehatan) yang salah satunya mengatur pelarangan penjualan produk tembakau dalam radius 200 meter dari satuan pendidikan dan tempat bermain anak, disusun tanpa melibatkan pihak yang terdampak.
Bahkan perumusan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengamanan Produk Tembakau dan Rokok Elektronik (RPMK Tembakau) yang salah satunya mengatur mengenai penyeragaman kemasan, sangat berpotensi membuat rokok ilegal semakin sulit dibedakan dengan produk legal bila benar-benar dilanjutkan.
Karena itu, Benny meminta pemerintah benar-benar berupaya mengatasi persoalan rokok ilegal yang semakin menjamur di Indonesia.
“Pemerintah perlu lakukan pemberantasan rokok ilegal secara terkoordinasi. Pemerintah jangan membuat kebijakan yang justru mendorong berkembangnya rokok ilegal seperti kenaikan tarif cukai yang terlalu tinggi, terlalu jauh dari kemampuan daya beli masyarakat. Kebijakan yang mengarah pada penyeragaman kemasan baik warna maupun tulisan dan kebijakan yang terlalu restriktif pada penjualan dan iklan rokok, kombinasi itu semua akan sangat menguntungkan rokok ilegal,” tegas Benny.
Sebagai tambahan informasi, dari survei yang dilakukan oleh Indodata menunjukkan, peredaran rokok ilegal mencapai 46,95 persen.
Direktur Eksekutif Indodata, Danis T.S Wahidin, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/11) mengungkapkan tiga variabel utama yakni, persepsi produk, harga, dan aksesibilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk mengonsumsi rokok ilegal, yang ditunjukkan dengan peningkatan perokok ilegal di Indonesia.
Dia merinci, bahwa perkembangan perokok ilegal tahun ini mencapai 46,95 persen.
Padahal, pada 2021 jumlahnya hanya 28,12 persen.
“Dan naik sedikit pada 2022 dengan 30,96 persen. Tahun ini, jumlahnya meningkat jauh,” sebut Danis.
Tingginya peredaran rokok ilegal tentu saja menimbulkan kerugian bagi industri hasil tembakau (IHT).
Sebagai industri dengan enam juta pekerja yang menggantungkan sumber mata pencahariannya, keterlibatan pihak terkait dalam perumusan kebijakan (meaningful participation) menjadi sebuah keharusan agar dapat memperoleh perspektif seluas mungkin sebagai dasar pengambilan keputusan yang efektif.
https://pasardana.id/news/2024/11/22/pemerintah-diminta-serius-tangani-peredaran-rokok-ilegal/