Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak variatif pada perdagangan di awal pekan ini.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,36%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 4 basis poin ke level 6,60%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 basis poin ke level 6,64%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di kisaran 6,53%-6,73%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp13,6 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi Jumat lalu yang tercatat sebesar Rp27,1 triliun.
FR0103 dan FR0059 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp1,9 triliun dan Rp1,8 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,9 triliun.
Adapun data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,15%, bergerak dari level Rp15.481/US$ di hari Jumat menjadi Rp15.504/US$.
Dari eksternal, CME FedWatch Tools per Selasa (22/10) pagi ini, mengindikasikan para pelaku pasar melakukan penyesuaian terhadap estimasi mereka untuk trajectory pemangkasan suku bunga FFR.
Dibandingkan penutupan Jumat lalu, conditional meeting probabilities untuk pemangkasan FFR sebesar 25bp pada FOMC Meeting tanggal 7 November 2024 mengalami penurunan dari 99,4% menjadi 86,8%.
Sementara itu, conditional meeting probability untuk the Fed menahan suku bunga FFR pada meeting tersebut meningkat dari 0% menjadi 13,2%.
Pelaku pasar kini cenderung menilai US Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga secara lebih gradual, mengingat perkembangan data ekonomi AS terkini yang cenderung menunjukkan kondisi ekonomi dan pasar tenaga kerja yang masih cukup kuat.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif, tergambar dari lonjakan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 10bp menjadi 3,98%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 11bp menjadi 4,19%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 69bp.
Level CDS tersebut masih relatif rendah dibandingkan level historikalnya selama 3 tahun terakhir.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0037, FR0056, FR0054, FR0068, FR0045, FR0075, FR0098,” sebut Head of Fixed Income BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Selasa (22/10).
https://pasardana.id/news/2024/10/22/analis-market-22102024-ada-potensi-peningkatan-volatilitas-harga-dan-yield-sbn-berdenominasi-rupiah/