
Beritamu.co.id – Riset harian fixed income MNC Sekuritas menyebutkan, pola mixed movements pada harga Surat Utang Negara (SUN) kembali berlanjut pada sesi perdagangan terakhir di pekan lalu.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,37%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 1 basis poin ke level 6,64%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) tidak bergerak di level 6,66%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp27,1 triliun di hari Jumat, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp22,3 triliun.
FR0096 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp6,1 triliun dan Rp4,1 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,3 triliun.
Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp1,09 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 14 – 17 Oktober 2024.
Jual neto tersebut terdiri dari beli neto sebesar Rp3,30 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp0,93 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp5,31 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 17 Oktober 2024, nonresiden telah mencatatkan beli neto Rp47,28 triliun di pasar SBN, beli neto Rp43,12 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp193,88 triliun di SRBI.
Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,17%, bergerak dari level Rp15.507/US$ di hari Kamis menjadi Rp15.481/US$.
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
BI memfokuskan kebijakan moneter jangka pendek untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respon terhadap meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Dari eksternal, per posisi Jumat, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung positif.
Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 2bp dari hari sebelumnya menjadi 3,88%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 1bp menjadi 4,08%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 69bp. Level CDS tersebut masih relatif rendah dibandingkan level historikalnya selama 3 tahun terakhir.
Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun dan CDS 5-tahun Indonesia tidak berubah dibandingkan level di akhir minggu sebelumnya.
Sementara itu, Rupiah mencatatkan penguatan sebesar 0,62% terhadap US$.
Sedangkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan penurunan mingguan sebesar 2bp menjadi 6,66%.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 21 – 25 Oktober 2024, kami memperkirakan yield curve SUN 10-tahun akan berada di kisaran 6,53-6,73%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0037, FR0056, FR0054, FR0068, FR0080, FR0072, FR0045, FR0075,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas dalam riset Senin (21/10).
https://pasardana.id/news/2024/10/21/analis-market-21102024-ada-potensi-peningkatan-demand-sbn-berdenominasi-rupiah/