Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (11/10/2024) : IHSG Berpotensi Lanjut Melemah

ANALIS MARKET (11/10/2024) : IHSG Berpotensi Lanjut Melemah

11
0

Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Saham global bergerak cenderung flat, sementara imbal hasil US Treasury jangka panjang naik tipis dalam perdagangan yang kurang berarah pada hari Kamis (10/10/24) seiring para investor mempertimbangkan jalur suku bunga dari Federal Reserve setelah angka Inflasi AS dan komentar dari pejabat bank sentral dirilis. 

Di Wall Street, saham berakhir di teritori negatif tetapi tidak stay di level terendahnya pada sesi tersebut, dengan indeks real estat yang sensitif terhadap suku bunga menjadi yang berkinerja terburuk dari 11 sektor utama S&P. 

Dow Jones Industrial Average tergerus 57,88 poin, atau 0,14%, menjadi 42.454,12, S&P 500 tergelincir 0,21%, menjadi 5.780,05, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,05%. 

Indeks saham MSCI global turun 0,18 poin, atau 0,02%, menjadi 848,46 ; sedangkan di Eropa indeks STOXX 600 ditutup terpangkas 0,18% menjelang pengumuman anggaran Prancis tahun 2025.

MARKET SENTIMENT :

– Harga konsumen AS naik sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan September karena biaya makanan naik, tetapi kenaikan inflasi tahunan adalah yang terkecil dalam lebih dari 3,5 tahun. Departemen Tenaga Kerja mengatakan IHK AS naik 0,2% mom setelah naik 0,2% pada bulan Agustus, sedikit di atas ekspektasi ekonom yang disurvei oleh Reuters untuk kenaikan 0,1%. Secara tahunan, US CPI naik 2,4% yoy dibandingkan estimasi 2,3%, walau melandai dari bulan sebelumnya 2.5%. Analis pasar seperti Morgan Stanley menterjemahkan data ini bahwa meskipun Inflasi belum sepenuhnya terkendali, namun mungkin tidak membahayakan antisipasi penurunan suku bunga pada bulan November dan Desember. US CPI masih terlihat melaju dengan kecepatan ringan tetapi biaya tempat tinggal, khususnya sewa, turun secara signifikan. Meskipun ada sedikit kenaikan harga barang inti, para analis mempertahankan perkiraan mereka untuk penurunan 25 basis poin yang konsisten sampai Q1 2025. Menyusul data CPI, nanti malam akan dirilis US PPI (Sept) yang diharapkan masih dalam laju melandai ke posisi 1.6% dari posisi 1.7% secara tahunan ; dilengkapi dengan outlook Inflasi & Konsumen 6 bulan ke depan dari Univ. of Michigan yang terpandang.

– Data lain menunjukkan INITIAL JOBLESS CLAIMS mingguan melonjak 33.000 minggu lalu menjadi 258.000, cukup material di atas estimasi 230.000, meskipun kenaikan tersebut sebagian disebabkan oleh distorsi dari Badai Helene.

– Data klaim pengangguran di atas awalnya membantu memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan, tetapi ekspektasi sedikit mundur ke peluang hampir 80% untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) setelah komentar dari beberapa pejabat Federal Reserve, dari hampir 90% segera setelah angka tersebut dirilis, menurut FedWatch Tool milik CME. Ekspektasi untuk pemangkasan sebesar 25 bp kemudian meningkat lagi dan terakhir berada di angka 86,3%. Presiden Bank Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic  mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal bahwa ia akan “benar-benar merasa nyaman” untuk tidak memangkas suku bunga pada pertemuan bank sentral AS mendatang, seraya menambahkan bahwa “ketidakstabilan” dalam data terkini tentang inflasi dan ketenagakerjaan mungkin bisa menjustifikasi untuk menahan suku bunga tetap di tempat pada FOMC MEETING bulan November. Adapun pasar sempat memperkirakan peluang 32,1% untuk pemangkasan agresif sebesar 50 bps seminggu yang lalu.

– Fokus minggu ini juga tertuju pada MUSIM LAPORAN KEUANGAN KUARTAL 3 , dengan serangkaian bank besar yang akan melaporkan pada hari Jumat, seperti : JPMorgan Chase, Wells Fargo, dan Bank of New York Mellon akan  melaporkan pada hari Jumat, sementara Goldman Sachs , Bank of America, dan Citigroup akan melaporkan pendapatan minggu depan. Pelaku pasar juga akan mencari bukti bahwa investasi pada kecerdasan buatan (AI) di perusahaan perusahaan S&P 500 mulai membuahkan hasil seiring berjalannya musim pelaporan, meskipun para analis memperkirakan pertumbuhan laba akan melambat dari kuartal sebelumnya. Pendapatan S&P 500 diperkirakan meningkat 5,3% dibandingkan Q3 tahun lalu, namun turun dari kenaikan Q2 / 2024 sebesar 13,2%, tetapi sektor Teknologi dan Layanan Komunikasi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tahunan terkuat, menurut data LSEG.

Baca Juga :  ANALIS MARKET (05/12/2022) : IHSG Berpotensi Kembali Melemah

CURRENCY & FIXED INCOME : YIELD US TREASURY tenor 10 tahun naik tipis 0,4 basis poin menjadi 4,071% setelah mencapai 4,12%, sementara imbal hasil obligasi 2 tahun, yang biasanya bergerak sesuai dengan ekspektasi suku bunga, turun 5,6 basis poin menjadi 3,962%. DOLLAR INDEX (DXY) turun 0,03% menjadi 102,85 setelah sebelumnya naik sebanyak 0,27%, dengan EURO turun 0,03% pada USD 1,0936. Terhadap YEN JEPANG , Dollar melemah 0,51% menjadi 148,53. Deputi Gubernur Bank Jepang Ryozo Himino mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga jika dewan memiliki “keyakinan yang lebih besar” bahwa prakiraan ekonomi dan harga akan terwujud. Di sisi lain, POUNDSTERLING 0,07% menjadi USD 1,3061.

KOMODITAS : Harga MINYAK kembali mendidih setelah 2 sesi penurunan, didorong oleh lonjakan permintaan bahan bakar saat Badai Milton menghantam Florida, di saat risiko pasokan Timur Tengah mengintai dan tanda-tanda bahwa permintaan dari AS dan China dapat membaik. Minyak mentah US WTI ditutup melonjak 3,56% menjadi USD 75,85 / barel dan harga BRENT terangkat ke level USD 79,40 / barel, naik 3,68% pada hari itu.

MARKET ASIA & EROPA : – BANK OF KOREA : diperkirakan akan memangkas bunga pertamanya sejak pandemi, memulai siklus pelonggaran dengan pemotongan 25 basis poin ke level 3,25% , seperti diramalkan oleh 34 dari total 37 ekonom dalam polling Reuters, dan sisanya mengatakan mereka tidak memperkirakan perubahan. Analis umumnya memperkirakan BOK akan bergerak lebih lambat daripada rekan-rekannya di kawasan ASIA dalam beberapa bulan mendatang. Adapun Inflasi SOUTH KOREA mereda dengan cepat menjadi 1,6% pada bulan September dari 2% pada bulan Agustus, terendah sejak awal tahun 2021 dan di bawah target BOK sebesar 2%, tetapi utang rumah tangga dan harga properti tinggi. – Menjelang hari Sabtu, semua mata akan tertuju pada Beijing, di mana Menteri Keuangan CHINA akan merinci rencana stimulus fiskal untuk meningkatkan ekonomi. Tidak jelas apakah ini berarti langkah-langkah fiskal baru untuk menghidupkan kembali pertumbuhan akan diambil (pilihan yang lebih disukai pasar), atau bahwa paket stimulus yang diumumkan baru-baru ini akan dijelaskan secara lebih rinci. Rally saham China yang mencengangkan selama 2 pekan terakhir bisa saja bereaksi sangat sensitif dan berbalik arah secara signifikan di awal pekan depan.

– Di benua EROPA, GERMAN Retail Sales bulan Aug melejit naik ke level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun , di level 2.1% yoy. Nanti siang akan dinantikan data GERMAN CPI (Sep) serta dari INGGRIS : GDP (Aug), Industrial & Manufacturing Production (Aug).

Posisi IHSG semakin genting dengan Closing terendah di bawah level 7500 dalam sekitar 2,5 bulan terakhir, di tengah gempuran outflow asing yang masih konsisten, kemarin sebesar IDR 766.93 milyar di RG market (YTD : Foreign Net Sell IDR 2.54 triliun).

“Secara teknikal, IHSG diprediksi tembus MA50, ada potensi pergerakan bearish berlanjut,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Jumat (11/10).


https://pasardana.id/news/2024/10/11/analis-market-11102024-ihsg-berpotensi-lanjut-melemah/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here