Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Pasar saham AS tutup karena libur nasional Labor Day, namunt tidak menghalangi datangnya sentimen market dari bursa Asia & Eropa.
PMI EUROZONE tetap berada di wilayah kontraksi 45.8 pada August, walau angka ini sedikit lebih baik dari forecast namun sektor manufaktur nyata tertekan oleh masih lemahnya aktivitas di Jerman & Perancis, demikian menurut laporan Hamburg Commercial Bank and S&P Global.
Sebaliknya di Inggris, PMI Manufaktur di sana meningkat ke level tertinggi 26 bulan, pada angka 52.5 di bulan Agustus menandakan ekspansi sehat.
Sementara itu, pasar Asia Pasifik mencerna data aktivitas manufaktur dari CHINA & JEPANG yang semakin menguat.
Caixin Manufacturing PMI akhirnya sukses menyebrang kembali ke wilayah ekspansif pada angka 50.4 di bulan August (dari 49.8 bulan sebelumnya), sementara au JIbun Bank Japan Manufacturing PMI menanjak untuk bulan ketiga berturut-turut, sedikit lagi mungkin dapat menyebrang ke angka ekspansif 50 dari posisi 49.8 bulan August ini.
Pagi ini giliran KOREA SELATAN yang mendapat spotlight dengan data CPI (Aug) mereka yang sepertinya sesuai ekspektasi 2.0% yoy.
Malam harinya, gantian US lah yang akan membeberkan sejumlah data Manufacturing PMI di mana prediksi menempatkan aktivitas sektor tersebut masih akan berkutat di wilayah kontraksi namun dalam laju yang lebih rendah.
Sentimen market in overall juga masih seputar laporan US PCE PRICE INDEX Jumat pekan lalu yang naik 0.2% mom dan 2.5% yoy sesuai ekspektasi para ekonom dan akan sangat pengaruhi pergerakan suku bunga The Fed pada FOMC Meeting 17-18 Sept nanti.
CURRENCY: US DOLLAR alami sedikit penurunan tetapi tetap mendekati level tertingginya dalam hampir 2 minggu, dengan perhatian investor beralih ke laporan tenaga kerja AS sepanjang minggu ini. Laporan yang paling diantisipasi yaitu Nonfarm Payroll, due to release on Friday, dianggap akan memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan moneter Federal Reserve, terutama setelah Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan peralihan dari fokus pada inflasi ke pencegahan hilangnya lapangan pekerjaan. Ekonom Morgan Stanley mengemukakan pemikiran saat ini: angka Payroll yang lebih kuat dari perkiraan dan Tingkat Pengangguran yang lebih rendah kemungkinan akan memberikan pasar keyakinan yang lebih besar bahwa risiko resesi telah mereda, membuka jalan bagi valuasi pasar equity untuk tetap tinggi dan berpotensi membuat para saham laggard mengejar ketinggalan performa mereka.
KOMODITAS: Harga MINYAK mentah dunia kembali catatkan penurunan pada penutupan perdagangan Senin (02/09/24) waktu setempat, seiring para trader semakin khawatir dengan rencana penambahan produksi minyak oleh OPEC+ yang dijadwalkan mulai Okt mendatang, di kala demand global terlebih dari dua konsumen terbesar dunia yaitu China & US masih terlihat lesu. Harga US WTI utk pengiriman Okt turun 0.7% ke angka USD 73.05 / barrel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga BRENT untuk pengiriman Nov melorot 0.7% ke level USD 76.37 / barrel di London ICE Futures Exchange. Adapun penurunan ini melanjutkan trend negatif pekan lalu, di mana Brent turun 0.3% dan US WTI anjlok 1.7%. Delapan anggota OPEC+ dijadwalkan menambah produksi sebesar 180ribu bpd mulai Okt (hingga 2025), sebagai bagian dari rencana mengurangi pemotongan sukarela sebesar 2.2juta bpd, yang sebelumnya diterapkan selama masa pandemi. Laporan lain di akhir pekan lalu menunjukkan bahwa aktifitas manufaktur di China turun ke level terendah 6 bulan on Aug, sementara harga produk pabrik anjlok dan para pemilik pabrik kesulitan dapatkan pesanan; membuat para pembuat kebijakan untuk putar otak meluncurkan stimulus yang lebih menyasar kemampuan spending rumah tangga. Sementara di AS, konsumsi minyak di bulan Juni malah turun ke level terendah untuk summer sejak pandemi COVID 19 di tahun 2020, menurut data dari US Energy Information Administration; padahal summer adalah saat-saat di mana biasanya banyak aktifitas road trip / travelling berkendara jalur darat.
INDONESIA: dari dalam negeri, munculnya laporan Nikkei Manufacturing PMI (Aug) yang kembali drop kali ini ke angka 48.9 (merupakan level terendah sejak Okt 2021) menimbulkan kekuatiran pasar akan fundamental Indonesia, namun ini tak menghalangi IHSG catatkan rekor penutupan terbaru pada 7694.53 setelah menyentuh titik tertinggi sepanjang masa paling anyar pada 7726.19, didukung oleh Foreign Net Buy yang kian nyaman di kisaran IDR 1 triliun something each day. Sentimen pendukung sedikit banyak direpresentasikan oleh angkan Inflasi (Aug) pada level 2.12 yoy sesuai ekspektasi, mendingin 0.01% dari bulan Juli, malah terdata terjadi deflasi 0.03% secara bulanan; namun di sisi lain Core Inflation merangkak naik jadi 2.02% yoy. Apakah pergerakan market hari akan membawa belanja asing di atas IDR 550miliar sehingga membuat beli bersih mereka kembali positif untuk tahun 2024 ini?
Menyikapi kondisi tersebut, analis NH Korindo Sekuritas memperhatikan posisi Rupiah yang mulai turun ke angka 15525 / USD; demi menjaga trajectory IHSG menuju TARGET (akhir tahun) dalam bullish scenario ke angka 7800 maka penting untuk menjaga sentimen positif di market domestik, terutama dari rotasi sektor yang masih tersedia.
“Secara teknikal, IHSG diperkirakan berpotensi pembalikan arah setelah Resistensi ditolak pada level psikologis 7700,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Selasa (03/9).
https://pasardana.id/news/2024/9/3/analis-market-0392024-ihsg-berpotensi-melemah/