Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Pasar saham global melaju naik namun US DOLLAR melemah pada perdagangan hari Senin (19/08/24), menyusul lonjakan equity market minggu lalu didorong ekspektasi bahwa ekonomi AS akan mampu mencapai soft-landing, yaitu: terhindar dari resesi sementara di saat yang sama inflasi melandai akan memuluskan jalan pemotongan suku bunga.
Di Wall Street, ekuitas terus menambah penguatan terbaru mereka.
Dow Jones Industrial Average naik 0,58% menjadi 40.896, S&P 500 menguat 0,97% ke angka 5.608, dan NASDAQ Composite melesat 1,39% ke level 17.876.
Indeks saham dunia terluas MSCI melonjak sekitar 1%. Adapun S&P 500 dan NASDAQ memperpanjang rekor kemenangan mereka menjadi 8 sesi berturut-turut, adalah yang terpanjang di tahun 2024, didukung harga saham yang terus pulih dari aksi sell-off 2 minggu lalu yang dipicu oleh kekhawatiran resesi.
Rally kemarin menyambung kenaikan mingguan terbesar pasar modal AS tahun ini, di mana tiga indeks utama melonjak antara 2,9% dan 5,3%.
MARKET SENTIMENT: Anggota Federal Reserve AS Mary Daly dan Austan Goolsbee pada akhir pekan mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pada bulan September, sementara FOMC Meeting Minutes utk rapat bulan Juli yang akan dirilis minggu ini diharapkan akan menggarisbawahi pandangan dovish. Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan akan berbicara pada rapat tahunan Jackson Hole di hari Jumat dan para investor berasumsi bahwa komentarnya akan semakin confident atas kemungkinan pemotongan suku bunga. Market memperhitungkan sendiri berapa besar suku bunga akan digerakan, di mana rate cut 25bps sepertinya sudah hampir fully priced-in, dan ada peluang 25% utuk pemotongan 50bps. Imbal hasil obligasi pemerintah AS terus turun pada hari Senin; di mana yield US TREASURY tenor 10 tahun turun 1,9 bps menjadi 3,873%, dari 3,892% pada akhir hari Jumat. Walau demikian, prospek biaya pinjaman yang lebih rendah tidak dapat mempertahankan posisi harga Emas ketika mencapai rekor tertinggi; membuat Dollar melemah terhadap Euro, sementara Yen bergerak lebih tinggi. Dollar AS jatuh ke titik terendah dalam 7 bulan dan Yen Jepang mencapai titik tertinggi dalam lebih dari seminggu seiring para trader menunggu keputusan The Fed tentang pemotongan suku bunga.
GOLDMAN SACHS: menurunkan peluang resesi AS perhitungan mereka menjadi 20% (dari 25% sebelumnya) dan dapat menguranginya lebih lanjut jika laporan tenaga kerja AS bulan Agustus yang akan dirilis September nanti terlihat sesuai ekspektasi.
BANK OF AMERICA: percaya bahwa ekuitas AS berada pada posisi yang baik untuk melanjutkan laju kenaikannya, asalkan pertumbuhan ekonomi tetap stabil. BofA menyoroti bahwa sesungguhnya pasar saham tidak memerlukan pemotongan suku bunga yang agresif dari Federal Reserve, tetapi lebih membutuhkan tanda-tanda bank sentral akan mendukung growth. Fokus pasar telah bergeser dari inflasi ke pertumbuhan, di mana S&P 500 bereaksi lebih kuat terhadap data pertumbuhan ekonomi makro & mikro daripada angka inflasi dalam beberapa bulan terakhir, demikian menurut BofA. Mereka memaparkan tiga alasan utama untuk melanjutkan rotasi ke ekuitas: meredakan tekanan suku bunga, mendukung pertumbuhan, dan menebalkan pendapatan perusahaan.
MARKET ASIA & EROPA: Sepertinya hari ini pasar ASIA akan memulai pergerakan dengan solid, di mana selera investor terhadap risiko mulai meningkat akibat Dollar yang lebih rendah, volatilitas yang tenang, dan S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor kemenangan terpanjang mereka tahun ini. Pengecualian utama mungkin adalah pasar JEPANG, yang dapat kembali tertekan berkat kenaikan Yen terhadap Dollar, ditambah wacana Pemerintah Jepang berencana untuk menaikkan estimasi suku bunga jangka panjang yang digunakan untuk menyusun anggaran negara menjadi 2,1% untuk tahun fiskal berikutnya dari 1,9% tahun berjalan, demikian dilaporkan harian bisnis Nikkei pada Senin malam. Rencana tersebut mencerminkan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah karena BANK OF JAPAN menaikkan suku bunga dalam peralihan dari program stimulus selama satu dekade. Sebelumnya, indeks NIKKEI 225 ditutup turun 1,77% pada 37.388,62, menghentikan tren kemenangan 5 hari yang mendorongnya naik 8,7% minggu lalu. Sementara dari negara tetangga Negeri Tirai Bambu, saham blue chip CHINA ditutup sekitar 0,3% lebih tinggi; merangkak naik untuk hari ketiga di hari Senin, menjauh dari level terendah 6 bulan Kamis lalu, karena investor mengalihkan perhatian mereka ke keputusan suku bunga terbaru People’s Bank of China pada hari Selasa ini . Meskipun ekonomi CHINA mungkin masih membutuhkan lebih banyak stimulus, PBOC diperkirakan tidak akan memberi kejutan pemotongan suku bunga lagi seperti yang terjadi bulan Juli lalu dan memilih mempertahankan biaya pinjaman tetap di tempat. Dalam survei Reuters terhadap 37 pengamat pasar, semua responden memperkirakan suku bunga pinjaman pokok 1 tahun dan 5 tahun mereka akan tetap dipertahankan pada masing-masing 3,35% dan 3,85%. Adapun di benua EROPA, pasar saham in general bergerak sekitar 0,6% lebih tinggi, menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 3 minggu dalam kenaikan pasar yang luas, sementara indeks unggulan FTSE 100 naik 0,55%. Para investor menantikan data Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk INGGRIS, PERANCIS, JERMAN, & EUROZONE yang akan dirilis minggu ini.
KOMODITAS: Harga MINYAK turun karena kekhawatiran tentang permintaan dari China terus membebani sentimen. Minyak mentah US WTI turun 2,9% menjadi USD 74,42 / barel dan BRENT turun menjadi USD 77,79 / barel, melemah 2,37%.
IHSG dikerek naik pada menit-menit terakhir perdagangan Senin kemarin, alhasil sukses ditutup menguat 34.74 pts / +0.47% ke level 7466.83, menciptakan level rekor Closing tertinggi yang baru; didukung oleh belanja asing senilai IDR 599.53 miliar, mengumpulkan pundi-pundi Foreign Net Buy YTD sebesar hampir IDR 5 triliun (all market). Posisi nilai tukar RUPIAH semakin ciamik dengan bertengger di angka 15550 / USD.
“Menyikapi kondisi tersebut, kami menilai wajar penguatan market membuat pelaku pasar agak nervous berhubung berada di titik tertinggi sepanjang sejarah IHSG, namun kami juga melihat sektor rotasi masih punya potensi untuk mendukung indeks maju lebih tinggi, ke arah TARGET (akhir tahun) kami berada di angka 7600 (conservative), atau 7800 (bullish scenario). Di sisi amannya, tak lupa kami selalu ingatkan untuk menetapkan TRAILING STOP, in case arah market berbalik pullback dahulu,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Selasa (20/8).