Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, saham-saham AS kembali rally pada perdagangan Kamis (14/09/23) setelah Retail Sales yang muncul lebih kuat dari perkiraan menunjukkan ekonomi AS memang masih resilient, walau di satu sisi menambah tekanan pada Inflasi yang sudah memanas di atas ekspektasi.
US Consumer Price Index tumbuh tertinggi dalam 14 bulan di bulan Agustus berkat membumbungnya harga bensin, tapi kenaikan tahunan pada Core CPI merupakan yang terendah dalam hampir 2 tahun.
Bank sentral AS masih diperkirakan akan menahan suku bunga acuan tetap di range saat ini 5.25% – 5.50% pada FOMC Meeting pekan depan, menurut survey Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com dan CME FedWatch Tool.
Para trader memperkirakan ada peluang sebesar 97% bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tetap di tempat tanggal 20 September nanti dan hampir 67% kemungkinan untuk jeda lebih lanjut pada bulan November.
Menilai Inflasi Inti yang telah mendingin di bawah ekspektasi, ada ketidakpastian apakah Federal Reserve akan memutuskan untuk menaikkan suku bunga sekali lagi entah di bulan November atau Desember.
Citigroup memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan November.
Sementara itu, data Inflasi di tingkat produsen pun telah dirilis dengan naik 1.6% yoy di bulan Agustus, melebihi estimasi 1.2%; dan secara bulanan pun PPI ini naik 0.7% mom, di atas perkiraan 0.4%.
Melengkapi sentimen yang sama, Retail Sales (Agus.) ternyata berhasil tumbuh 0.6%, di atas prediksi 0.2%; sementara klaim pengangguran mingguan juga hanya dirilis pada angka 220 ribu, lebih rendah dari perkiraan 225 ribu.
Data ekonomi AS penutup pekan ini akan dirilis nanti malam yaitu: Industrial & Manufacturing Production (Agus.); serta Michigan Consumer Expectations & Sentiment (Sept.) tentang bagaimana pandangan University of Michigan menilai ekspektasi konsumen saat ini dan outlook iklim usaha 6 bulan ke depan.
Market Eropa: European Central Bank telah menaikkan suku bunga untuk yang ke 10 kalinya berturut-turut, ke tingkat tertinggi sepanjang sejarah setelah para pembuat kebijakan melihat Inflasi yang masih dirasa terlalu tinggi bagi kawasan Eurozone, di tengah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut juga kian melemah.
ECB yang bermarkas di Frankfurt ini menaikkan suku bunga acuan 25 bps ke level 4.5%, dengan marginal lending facility dan deposit facility rate masing-masing di tingkat 4.75% dan 4.0%.
ECB masih fokus untuk menurunkan Inflasi ke level target mereka 2% yang mana sekarang ini Inflasi Eurozone masih 2x lebih tinggi dari target tersebut.
Bicara mengenai Inflasi, nanti siang (waktu Indonesia) akan ada rilis data French CPI (Agus.), ekspektasi Inflasi Inggris, dan pertumbuhan upah di wilayah Eurozone untuk kuartal 2/2023; serta Trade Balance Eurozone (Juli).
Para pelaku pasar juga akan memantau statement apa yang akan dikeluarkan oleh ECB President Christine Lagarde pada sore harinya.
Market Asia: Jepang telah mengumumkan Industrial Production di bulan Juli yang walau masih tumbuh negatif namun penurunan ini sudah mulai melambat dari sebelumnya, bahkan lebih kecil dari ekspektasi.
China meluncurkan gebrakan langkah stimulus di mana bank sentral China mengatakan pada hari Kamis (14/09/23) bahwa pihaknya akan memotong reserve requirement ration (RRR) atau jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan; untuk kedua kalinya tahun ini demi membantu menjaga kecukupan likuiditas sekaligus mendukung pemulihan ekonomi.
The Peoples Bank of China (PBOC) mengatakan akan memangkas RRR untuk semua bank, kecuali bank yang telah menerapkan rasio cadangan 5%, sebesar 25 basis poin mulai 15 September.
Langkah ini dilakukan setelah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengalami kesulitan pemulihan ekonomi pascapandemi.
Untuk mendukung perekonomian, pemerintah telah meluncurkan serangkaian langkah kebijakan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk langkah-langkah untuk memacu permintaan perumahan.
Hari ini (15/9) ada seumlah data ekonomi penting yang juga dinantikan dari China, salah satunya: Industrial Production (Agus.), Retrail Sales (Agus.), dan Chinese Unemployment Rate (Agus.) yang diperkirakan belum akan bergeming dari level 5.3%.
Komoditas: Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) telah memasuki level USD90/barrel dan semakin mantap menghampiri titik tertinggi 10 bulan pada harga USD93.74/barrel di bulan November 2022 lalu.
Harga Crude Oil sudah melonjak 30% sejak akhir Juni, seiring permintaan di AS & China mulai meningkat di tengah pemangkasan produksi dari Saudi Arabia & Russia.
Sementara itu, dari dalam negeri, diperdagangan kemarin (14/9), IHSG melanjutkan kenaikan setelah tertopang Support bullish jangka pendek di sekitar 6930, namun masih perlu langkah yang lebih bold untuk menembus Resistance 6970 dan kembali ke perairan 7000.
Closing di atas 7000 lah yang dinanti-nantikan pelaku pasar sejak lama, yang mana akan mengakhiri trend Sideways sejak awal tahun ini.
Adapun para investor akan perlu memantau data Trade Balance Indonesia untuk bulan August, terutamanya pertumbuhan Eksport & Impor.
Menyikapi kondisi tersebut diatas, analis NH Korindo Sekuritas melihat masih banyak potensi trading terutama terkait sektor yang tengah dilanda sentimen bullish.
Para investor / trader bisa memanfaatkan trading opportunity tersebut dengan rotasi sektor yang tepat.
“IHSG diproyeksi Bullish,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Jumat (15/9).
https://pasardana.id/news/2023/9/15/analis-market-1592023-ihsg-diproyeksi-bullish/