Beritamu.co.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, S&P500 dan Nasdaq Composite jatuh pada hari Jumat dan membukukan kerugian mingguan 2 kali berturut-turut, tertekan oleh rilis data Inflasi di tingkat produsen yang lebih panas dari perkiraan maka mendorong imbal hasil Treasury lebih tinggi dan merosotnya growth stock berkapitalisasi mega di sektor Teknologi yang sensitif terhadap suku bunga.
Pemerintah AS melaporkan bahwa indeks harga produsen (PPI) naik 0.8% yoy di bulan Juli, naik dari kenaikan 0.2% di bulan sebelumnya, karena meningkatnya biaya jasa.
Adapun hasilnya lebih tinggi dari survei ekonom yang dikumpulkan Refinitiv memperkirakan kenaikan 0.7% yoy.
Meskipun para pelaku pasar umumnya mengharapkan Federal Reserve akan menahan suku bunga acuan tetap di tempatnya untuk sisa tahun ini, mereka perhitungkan kemungkinan untuk tidak ada kenaikan suku bunga pada bulan September turun menjadi 88.5% dari 90% sebelum data PPI tersebut dirilis.
Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 2 tahun, yang bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga jangka pendek, naik menjadi 4.88%.
Langkah ini membebani saham-saham teknologi besar, karena suku bunga yang tinggi dapat memperlambat ekonomi dan mengurangi kemampuan perusahaan-perusahaan ini untuk mencapai proyeksi pertumbuhan yang mendorong mereka ke valuasi premium.
Suku bunga yang lebih tinggi juga dapat membuat obligasi menjadi alternatif yang menarik daripada saham, terutama bagi beberapa investor yang menghindari risiko.
Adapun pertumbuhan saham kapitalisasi mega dan saham teknologi raksasa telah memimpin kenaikan besar Nasdaq di tahun ini yang padat teknologi dan demikian pula S&P500.
Akan tetapi setelah rally selama lima bulan, sejauh ini Agustus ditandai dengan pendekatan yang lebih hati-hati dari para investor.
Di antara sektor utama indeks S&P, sektor kesehatan dan energi membukukan penguatan.
Keduanya berada di sektor berkinerja terburuk tahun ini, meskipun energi akhirnya catatkan kinerja terkuatnya tahun ini dengan ditutup lebih tinggi untuk 7 sesi berturut-turut.
Kenaikan 1.6% sektor energi dibantu oleh kenaikan harga minyak mentah di tengah perkiraan pengetatan pasokan dari International Energy Agency (IEA).
Tak lupa membahas benua Eropa, Inggris merilis data GDP Juni bertumbuh 0.8% yoy dan 0.5% mom, lebih tinggi dari perkiraan; serta menegaskan GDP kuartal 2/2023 di level 0.4% yoy & 0.2% mom, keduanya lebih tinggi pula dari forecast dan kuartal sebelumnya.
Tak heran Industrial Production Inggris bulan Juni berhasil merangkak keposisi 1.8% mom, bahkan membalikkan posisi negatif bulan sebelumnya yang negatif 2.1% menjadi 0.7% yoy.
Demikian pula Manufacturing Production berbalik ke wilayah pertumbuhan positif 3.1% yoy di bulan Juni setelah bukukan minus 0.6% di bulan Mei.
Dari benua Asia, China laporkan New Loans (Juli) turun ke angka 345.9 miliar Yuan, jauh lebih rendah dari ekspektasi 800 miliar Yuan dan bulan sebelumnya yang masif di angka 3.05 triliun Yuan.
Last but not least, Jumat (11/8) lalu, University of Michigan merilis pandangan Michigan Consumer Sentiment & Current Conditions di bulan Agustus yang memberikan gambaran situasi ekonomi AS lebih optimis untuk 6 bulan ke depan.
Sementara itu, dari dalam negeri, IHSG menutup pekan lalu (11/8) di posisi merah 6879.98, salah satunya akibat terjadi aksi jual asing sebesar IDR 252.66 miliar, walau posisi mingguan mereka masih relatif cukup aman sebesar IDR 2.06 triliun (RG market).
Di posisi ini, para investor / trader pasar modal Indonesia disarankan untuk menunggu lebih lanjut ke mana arah penembusan Support atau Resistance yang dipilih, sebelum memutuskan langkah investasi lebih lanjut.
“IHSG diproyeksi bergerak Konsolidasi dan cenderung Sideways,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Senin (14/8).
https://pasardana.id/news/2023/8/14/analis-market-1482023-ihsg-diproyeksi-bergerak-konsolidasi-dan-cenderung-sideways/