Yang pertama, Nicke menyebut karena faktor lightening atau petir. Oleh karena itu, Pertamina melengkapi kilang-kilangnya dengan lightening protection systems sebanyak dua lapis. Kedua, penyebabnya adalah overflow (meluber), itu salah satu penyebab kebakaran.
“Faktor pemicu ketiga adalah kebocoran hidrogen,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Selasa (4/4/2023).
Dia menyebut, pemetaan ini diambil dari kasus kebakaran kilang Balikpapan pada 4 Maret 2022. Dugaan yang sama terjadi di kilang Dumai.
“Kita ambil dari case Balikpapan, yaitu high temperature hidrogen attack, ini juga masuk di program kita. Dengan sudah dijalankannya high temperature hidrogen attack ini, kebocoran hidrogen di Dumai, case kemarin itu bisa kita padamkan dalam waktu 9 menit. Ini salah satu bukti bahwa program kita jalankan bisa meminimalkan risiko,” ujar Nicke.
Faktor keempat adalah sulfidasi atau endapan sulfur. Ini diatasi dengan merevitalisasi kilang-kilang minyak agar bisa memproses sulfur tinggi.
“Kita sama-sama tahu kilang-kilang kita dengan teknologi lama hanya bisa proses yang sulfurnya rendah,” katanya.
https://pasardana.id/news/2023/4/5/bos-pertamina-ungkap-indikasi-penyebab-kebakaran-kilang-pertamina/