New York (Beritamu.co.id) – Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena dukungan dari pesan hawkish Federal Reserve mereda dan investor mengalihkan perhatian mereka ke laporan pekerjaan AS yang sangat ditunggu-tunggu.
Dolar memperpanjang kerugian menyusul data AS yang menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pekan lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Kamis bahwa klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat 6.000 menjadi 260.000 dalam pekan yang berakhir 30 Juli, mendekati level tertinggi sejak November.
Sebelumnya pada Kamis (4/8/2022), bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995. Pound Inggris awalnya melemah karena bank sentral memperingatkan bahwa resesi panjang sedang dalam perjalanan dengan inflasi mencapai 13 persen tetapi kemudian menguat karena dolar jatuh.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,76 persen menjadi 105,6940.
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0252 dolar AS dari 1,0157 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2174 dolar AS dari 1,2145 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,6981 dolar AS dari 0,6947 dolar AS.
Dolar AS dibeli 132,91 yen Jepang, lebih rendah dari 134,11 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9546 franc Swiss dari 0,9623 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2851 dolar Kanada dari 1,2842 dolar Kanada.
“Sekarang ada mentalitas di seluruh pasar bahwa kita tahu apa yang akan terjadi dalam hal pengetatan moneter,” kata Direktur Perdagangan Monex USA, Juan Perez, di Washington. Investor mengambil pandangan bahwa “penurunan apa pun yang kita hadapi dalam beberapa bulan ke depan akan berumur pendek.”
Investor akan mendapatkan gambaran penting tentang bagaimana ekonomi AS berjalan pada Jumat, ketika Departemen Tenaga Kerja melaporkan data ketenagakerjaan untuk Juli. Tanda-tanda bahwa pasar kerja AS terus kuat kemungkinan akan meningkatkan ekspektasi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut dari The Fed.
Pejabat Fed terus menolak persepsi bahwa suku bunga AS hampir mencapai puncaknya. Pada Kamis (4/8/2022), Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan The Fed harus menaikkan suku bunga di atas 4,0 persen guna membantu menurunkan inflasi dan bertujuan untuk terus melakukan pengetatan hingga paruh pertama tahun depan.
Komentarnya diikuti oleh Presiden Fed San Francisco, Mary Daly dan Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari yang menyuarakan tekad mereka untuk mengendalikan inflasi yang tinggi.
Kekuatan dolar belum mencapai puncaknya, jajak pendapat Reuters yang dirilis pada Kamis (4/8/2022) menunjukkan. Dari mereka yang disurvei, 70 persen berpikir dolar memiliki ruang untuk naik lebih lanjut dalam siklus ini, bahkan setelah indeks mencapai level tertinggi dalam dua dekade pada Juli.
Pasar uang memperkirakan kenaikan 50 basis poin pada pertemuan Fed September, dan peluang sekitar 44 persen untuk kenaikan besar-besaran 75 basis poin lainnya. The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuannya pada Juni dan Juli.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/3039977/dolar-merosot-dipicu-pesan-hawkish-bank-sentral-as-mereda)