Jakarta (Beritamu.co.id) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaktifkan sistem surveilans di seluruh pintu masuk ke wilayah Indonesia guna mencegah persebaran penyakit cacar monyet menyusul munculnya kasus penularan penyakit tersebut di sejumlah negara, termasuk negara-negara di kawasan Asia.
“Sejak muncul monkeypox (cacar monyet) di beberapa negara, Kemenkes sudah melakukan surveilans aktif di semua pintu masuk negara, terutama di bandara dan pelabuhan laut,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu saat dimintai konfirmasi di Jakarta, Senin.
Dalam upaya surveilans, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memeriksa setiap pelaku perjalanan yang datang dari negara-negara dengan kasus penularan cacar monyet, penyakit binatang yang dapat menular ke manusia serta menular dari manusia ke manusia.
Petugas KKP melakukan pemeriksaan suhu tubuh serta indikasi gejala cacar monyet pada pelaku perjalanan yang datang dari negara-negara dengan kasus penularan cacar monyet.
“Umumnya gejala monkeypox ditandai warna kemerahan atau ruam, bintik merah, tonjolan kecil pada kulit yang gampang dilihat di bagian wajah juga di telapak tangan,” kata Maxi.
Ia mengatakan bahwa pemerintah juga melakukan surveilans pada kelompok yang tergolong rentan terserang cacar monyet, termasuk kelompok penyuka sesama jenis.
“Kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM),” katanya.
Maxi mengatakan bahwa menurut laporan dari jaringan laboratorium serta fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat sampai saat ini belum ada kasus penularan penyakit cacar monyet di wilayah Indonesia.
“Sampai saat ini belum ada kasus, baik konfirmasi, probable, maupun suspect monkeypox,” ujarnya.
Maxi mengimbau warga menerapkan protokol kesehatan, terutama mencuci tangan usai aktivitas, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang mengalami gejala serupa gejala cacar monyet.
Warga yang mengalami gejala serupa penyakit cacar monyet dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.
“Utamanya gejala panas, kelainan pada kulit, bintik merah, vesikel berisi cairan atau nanah, dan yang paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangkangan,” kata Maxi.
Di samping mengaktifkan surveilans, Kemenkes menyiapkan laboratorium untuk mendukung pemeriksaan kasus infeksi virus penyebab penyakit cacar monyet di semua provinsi di Indonesia.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sudah meminta negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk memperkuat sistem pengawasan guna mencegah penularan penyakit cacar monyet.
Lebih dari 16.000 kasus penularan penyakit cacar monyet dilaporkan telah terjadi di 75 negara, termasuk tiga kasus di India dan satu kasus di Thailand.
Penularan cacar monyet dilaporkan terjadi pada warga India yang baru pulang dari Timur Tengah dan pelaku perjalanan internasional yang tinggal di Thailand.
Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi WHO, penyakit cacar monyet bisa menular dari binatang ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari hewan yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet.
Sedangkan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia bisa terjadi akibat kontak dengan sekresi saluran respirasi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi, atau benda-benda yang terkontaminasi virus.
Masa inkubasi atau interval dari infeksi sampai kemunculan gejala penyakit cacar monyet biasanya dari enam sampai 13 hari, tetapi bisa juga berkisar lima sampai 21 hari.
Menurut WHO, peningkatan kewaspadaan terhadap faktor-faktor risiko penularan penyakit dan edukasi masyarakat mengenai tindakan yang perlu dijalankan guna mengurangi risiko penularan virus merupakan strategi utama dalam pencegahan penularan cacar monyet.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/3016705/kemenkes-aktifkan-surveilans-guna-cegah-persebaran-cacar-monyet)