Home Kesehatan Batasan Screen Time Anak Menurut WHO yang Harus Kamu Tahu

Batasan Screen Time Anak Menurut WHO yang Harus Kamu Tahu

127
0

BeritaMu.co.idTahukah kamu bahwa untuk pertama kalinya World Health Organization (WHO) merilis panduan tentang aktivitas fisik untuk anak-anak berusia 5 tahun ke bawah?

Baca Juga :  WHO: Banyak bukti Omicron sebabkan gejala lebih ringan

Panduan tersebut juga terkait dengan batasan duduk diam (pasif), serta durasi tidur yang direkomendasikan dalam 24 jam. Bagi kamu yang memiliki anak balita atau bayi sangat dianjurkan untuk mengetahui informasi tentang ini.

Screen Time Terlalu Lama dan Hubungannya dengan Kesehatan

Perilaku duduk diam dan cenderung pasif pada anak-anak yang dipicu dengan melihat tayangan melalui gadget (tablet, smartphone, TV) menjadi fenomena yang meresahkan sejak berkembangnya teknologi seluler dan internet. Ditambah lagi faktanya bahwa orang tua sengaja melakukan ini agar anak-anak tenang ditemani gadgetnya.

Padahal, menurut WHO ada bahaya mengintai anak-anak dan bayi yang kurang aktif bergerak. Salah satunya adalah berisiko mengalami penyakit yang berkaitan obesitas akibat dari tubuh yang tidak aktif.

Fokus utama WHO adalah membantu memberikan wawasan dan informasi tentang masalah kesehatan. Sejak bayi dan balita, orang tua perlu mengetahui, menyadari serta mencegah kebiasaan buruk yang memicu masalah obesitas dan NCD (non communicable diseases), penyebab risiko kematian global di masa kini. Termasuk soal pembatasan screen time tentunya.

WHO menganjurkan bahwa orang tua bayi dan balita sebaiknya tidak memberikan gadget kepada anak sebelum berusia 2 tahun. Apalagi semata-mata bertujuan agar mereka duduk diam dan tenang. Sementara untuk anak berusia 2 tahun – 4 tahun, screen time dibatasi selama 1 jam atau kurang dalam satu hari. Batasan ini bukan hanya untuk tontonan film, tetapi juga game komputer (mobile game).

Baca Juga :  Tips Kesehatan : Tips Mengatasi Bau Mulut Saat Menjalankan Ibadah Puasa

Alasan Mengapa Anak-anak Perlu Dibatasi Melihat Layar

1. Membentuk kebiasaan buruk sejak anak-anak, remaja, hingga dewasa

Percaya atau tidak, kebiasaan menonton dengan layar hp atau gadget bisa terbawa hingga dewasa nanti. Karena kebiasaan yang dibentuk sejak awal fase kanak-kanak memperbesar peluang untuk mengembangkan pola hidup yang sama ketika beranjak dewasa.

Bukan hanya masalah kebiasaan melihat layar saja, termasuk juga kebiasaan hidup sehat seperti memiliki pola tidur yang cukup, kebiasaan beraktivitas dan berolah raga juga dibentuk sejak kecil.

Baca Juga :  WHO: Dosis penguat vaksin COVID-19 bukan kemewahan

2. Anak-anak yang sering bergerak mengembangkan kemampuan dan milestone yang lebih baik

Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun memiliki indikator kesehatan yang bisa dilihat dari perkembangan di beberapa aspek. Seperti kemampuan motorik yang bagus, ditandai dengan pertumbuhan tulang yang sehat, tidak mengalami kelebihan adipositas (kelebihan timbunan lemak), kesehatan kardiometabolik, serta kemampuan kognitif yang sesuai dengan tahapan milestone anak.

3. Terlalu banyak melihat gadget atau komputer berisiko pada kesehatan

Anak-anak berusia balita harus diawasi ketika menggunakan gadget. Pembatasan lewat durasi screen time perlu diatur oleh orang tua masing-masing. Salah satu dampak buruk melihat hp atau gadget terlalu lama adalah tubuh yang kurang gerak/pasif.

Hal ini meningkatkan risiko penyakit terkait NCD (non communicable disease) seperti diabetes, penyakit jantung, dan kolesterol serta obesitas. Saat ini di beberapa negara seperti USA, Kanada, Australia, dan New Zealand sudah diberlakukan pembatasan screen time untuk anak-anak.

4. Menggunakan gadget sebelum tidur bisa membuat anak tidak mengantuk

Dampak dari kebiasaan melihat gadget tanpa batasan screen time adalah berkurangnya waktu tidur anak. Padahal tidur merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi anak-anak. Terutama berkaitan dengan pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh, kemampuan tumbuh-kembang anak dalam hal kognitif, fisik, dan psikososial.

Baca Juga :  6 Daftar Makanan yang Mengandung Vitamin B12 Beserta Manfaatnya

5. Risiko penyakit kanker otak pada anak-anak

Risiko ini lebih besar terjadi pada anak daripada pada dewasa karena sistem saraf anak masih sedang berkembang. Sehingga bagi anak sangat rentan mengalami paparan berbahaya akibat memakai seluler atau gadget terlalu lama.

Panduan Screen Time dan Aktivitas Fisik untuk Bayi dan Balita ( Usia 5 Tahun ke Bawah) 

Dilansir dari CNN, hasil kongres Eropa Glasgow pada tahun 2019 memberikan anjuran bagi orang tua agar mereka membatasi screen time dan memperbanyak aktivitas fisik untuk bayi dan balita.

Berikut ini adalah panduannya:

Panduan untuk Bayi (0-1 tahun)

Bayi sebaiknya diajak untuk aktif bergerak beberapa kali dalam sehari.Beri kesempatan pada bayi usia 0-6 bulan untuk bermain sambil tengkurap (tummy time). Aktivitas ini baik manfaatnya untuk menguatkan otot-otot leher bayi. Bayi baru lahir butuh waktu sekitar 2 menit untuk berlatih tengkurap (tummy time). Seiring usia bayi bertambah, tummy time perlu ditambah hingga 20 menit – 30 menit sesuai dengan usia bayi.Kurangnya aktivitas fisik juga mempengaruhi perkembangan bayi untuk milestone berikutnya. Seperti kemampuan mengangkat kepala, membalikkan badan setelah tengkurap dan sebaliknya, fase duduk, merangkak, dan berdiri.Bayi tidak boleh sama sekali melihat layar hp, komputer, laptop, atau TV. Hindari memberikan gadget dengan alasan untuk stimulus bayi, karena bahaya melihat layar lebih banyak daripada manfaatnya.Durasi waktu tidur bayi idealnya adalah:Bayi baru lahir: 14 hingga 17 jam dalam sehari.Bayi 4 – 11 bulan: 12 hingga 16 jam. Bayi sebaiknya tidak dibiarkan pasif dalam gendongan, duduk diam di kursi bayi selama lebih dari satu jam dalam satu waktu. Bayi harus selalu dilatih untuk aktif melakukan hal-hal yang bisa merangsang inderanya dan mengembangkan kemampuan motoriknya.

Baca Juga :  Ditanya kapan pandemi berakhir, WHO: "Masih lama"

Panduan untuk Batita (Usia 1 tahun – 2 tahun)

Anak-anak usia batita sebaiknya banyak melakukan aktivitas fisik sedikitnya 3 jam per hari (180 menit). Lebih bagus lagi jika ditambah olahraga sedang hingga olahraga berat selama beberapa waktu. Misalnya, bermain lempar-tangkap bola, merangkak di atas matras, berlari-lari bersama orang tua, dan sebagainya. Anak umur 1 tahun sama sekali tidak boleh terpapar layar gadget. Sementara anak umur 2 tahun memiliki batasan screen time kurang dari 1 jam dalam sehari.Anak-anak usia batita setiap harinya membutuhkan waktu tidur sekitar 11 hingga 14 jam. Angka tersebut sudah termasuk tidur siang.Sebaiknya anak umur 1- 2 tahun lebih banyak bergerak bebas. Jangan biarkan mereka duduk pasif selama 1 jam atau lebih dalam satu waktu.

Panduan untuk Balita (Usia 3 tahun – 4 tahun)

Balita memerlukan waktu untuk bermain dan beraktivitas fisik sedikitnya 3 jam (180, menit) dalam sehari. Termasuk di dalamnya aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 60 menit. Contohnya seperti, lompat tali, bersepeda, atau berlari. Menurut Dr David Moreau, di University of Auckland New Zealand, hasil studi menunjukkan bahwa olah raga sedang hingga olah raga berat (30-40 menit) bermanfaat untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kemampuan memori otak. Batasan maksimal screen time untuk anak dalam cakupan usia balita ini adalah 1 jam. Lebih bagus lagi jika kurang dari 1 jam.Durasi jam tidur dalam sehari adalah 10-13 jam per hari. Termasuk tidur siang.Tidak dibiarkan pasif atau duduk diam selama 1 jam atau lebih dalam satu waktu.

Meskipun saran dari WHO terkait batasan screen time dan peningkatan aktivitas fisik ini secara ilmiah sesuai dengan bukti nyata yang dikumpulkan dari WHO, masalah dampak positif maupun dampak negatif dari penggunaan layar gadget sendiri belum didukung banyak riset yang pasti.

Selain itu penyusunan panduan ini ditujukan untuk mengurangi kebiasaan anak-anak yang banyak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk tenang sambil melihat layar. Kebiasaan melihat layar tanpa batasan screen time membuat anak tidak memiliki waktu berkualitas.

Baca Juga :  Manfaat Minum Jahe Sebelum Tidur Untuk Kesehatan Tubuh

Tentunya hal tersebut berbeda dengan diamnya anak ketika melakukan aktivitas lain yang merangsang otak, semisal, berpikir kreatif, melatih otot anggota badan, menggambar, atau membaca buku. Sehingga anak-anak dianjurkan untuk tidak pasif. Sebaliknya mereka perlu diberi kesempatan untuk lebih mengeksplorasi sekitarnya dan bermain secara aktif.

Jika si kecil sakit, jangan ragu untuk mengonsultasikannya ke dokter menggunakan aplikasi Okadoc ya! Kamu bisa tanya jawab dokter dan konsultasi lewat video call untuk berbagai masalah kesehatan lho!

Baca Juga :  WHO: Omicron lebih cepat menular dan bisa menginfeksi penerima vaksin

Yuk download aplikasi Okadoc sekarang juga di Play Store dan App Store.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here