Bengaluru (Beritamu.co.id) – Harga emas terjebak dalam kisaran ketat di perdagangan Asia pada Kamis pagi, karena investor menunggu data inflasi AS yang dapat menawarkan petunjuk baru tentang laju pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve.
Emas spot diperdagangkan stabil di 1.833,26 dolar AS per ounce pada pukul 01.13 GMT, melayang mendekati level tertinggi Rabu (9/2/2022) di 1.835,60 dolar AS, sementara emas berjangka AS turun tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.834,30 dolar AS per ounce.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan merosot dari tertinggi November 2019, sementara dolar sedikit lebih tinggi.
Data inflasi diperkirakan menunjukkan kenaikan 0,5 persen secara bulan ke bulan pada Januari, dan 7,3 persen untuk tahun ini, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Para pedagang fed fund berjangka memperkirakan lebih dari lima kenaikan suku bunga 25 basis poin hingga Desember, dan peluang 27 persen bahwa kenaikan pertama pada Maret adalah sebesar 50 basis poin.
Angka inflasi yang kuat diperkirakan akan meningkatkan keberanian emas sebagai lindung nilai inflasi, tetapi setiap kenaikan suku bunga untuk menahan tekanan harga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
The Fed harus bergerak lebih cepat daripada sebelumnya untuk menghapus akomodasi dan menjinakkan inflasi yang jauh di atas target, tetapi mungkin tidak perlu memulai kenaikan suku bunga dengan setengah poin pada Maret, kata Presiden Cleveland Fed Bank, Loretta Mester.
Sementara itu, Rusia telah meningkatkan kemampuan militer di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina dan di Belarus, menurut Pentagon.
Ukraina yakin masih ada peluang untuk menyelesaikan kebuntuan Barat dengan Rusia melalui diplomasi namun sudah ada alasan untuk menjatuhkan sanksi pada Moskow, kata Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/2695157/emas-terjebak-di-kisaran-ketat-investor-bersiap-untuk-data-inflasi-as)