New York (Beritamu.co.id) – Dolar turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena para pedagang mengirim imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS jangka menengah lebih rendah menyusul pukulan terhadap prospek persetujuan iklim Demokrat dan undang-undang pengeluaran sosial di Washington.
Greenback juga melemah di tengah kekhawatiran tentang penyebaran varian virus corona Omicron yang berkelanjutan.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,1 persen menjadi 96,532. Indeks telah naik sekitar 7,0 persen untuk tahun ini, dan telah menguat dalam beberapa pekan terakhir.
“Saya pikir banyak aliran akhir tahun sekarang,” kata Kathy Lien, direktur pelaksana di BK Asset Management. “Dengan ketakutan Omicron, dengan saham jatuh sedikit, orang-orang hanya melikuidasi dan mengambil ancang-ancang untuk tahun ini.”
Senator AS Joe Manchin, seorang Demokrat konservatif yang merupakan kunci harapan Presiden Joe Biden untuk meloloskan RUU investasi domestik senilai 1,75 triliun dolar AS, mengatakan pada Minggu (19/12) bahwa dia tidak akan mendukung paket tersebut, yang mendapat teguran tajam dari Gedung Putih.
Manchin tampaknya memberikan pukulan fatal terhadap RUU kebijakan domestik khas Biden, yang dikenal sebagai Build Back Better, yang bertujuan untuk memperluas jaring pengaman sosial dan mengatasi perubahan iklim.
Bagi investor obligasi pemerintah, perkembangan tersebut kemungkinan berarti penerbitan lebih sedikit utang pemerintah dan kemungkinan lebih sedikit tekanan pada Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga. Imbal hasil pada surat utang pemerintah tiga tahun berada di 0,8936 persen, turun 3,2 basis poin pada perdagangan sore hari.
Goldman Sachs memangkas perkiraan PDB triwulan untuk 2022, menurunkan perkiraan PDB AS untuk kuartal pertama 2022 menjadi 2,0 persen dari 3,0 persen, tidak memperhitungkan Build Back Better yang akan menjadi undang-undang dan memangkas prospek kuartal kedua menjadi 3,0 persen dari 3,5 persen, serta perkiraan kuartal ketiga menjadi 2,75 persen dari 3,0 persen.
Dengan banyaknya pertemuan bank-bank sentral utama minggu lalu, investor mengalihkan fokus mereka ke penyebaran varian Omicron yang cepat.
Belanda melakukan penguncian pada Minggu (19/12) dan surat kabar lokal di Italia melaporkan bahwa pembatasan baru juga dipertimbangkan di sana.
“Sentimen risiko investor telah dirusak oleh bukti lebih lanjut selama akhir pekan dari dampak mengganggu varian baru virus corona Omicron,” tulis analis mata uang MUFG, Lee Hardman dalam sebuah catatan kepada klien.
Kekhawatiran bahwa pembatasan lebih lanjut dapat diberlakukan di Eropa untuk menahan Omicron juga membebani selera investor terhadap mata uang yang lebih berisiko.
Dolar Australia turun 0,2 persen. Pound Inggris turun 0,3 persen ke level terendah lima hari, berjuang untuk bertahan di atas 1,32 dolar AS karena sentimen penghindaran risiko menyapu pasar keuangan dan meningkatnya tekanan terhadap pembuat kebijakan untuk memperlambat penyebaran Omicron.
Lira Turki mengalami perubahan arah besar-besaran pada Senin malam (20/12) setelah Presiden Erdogan memperkenalkan serangkaian langkah yang katanya akan meringankan beban mata uang yang sakit di Turki, sambil berjanji untuk melanjutkan kebijakan suku bunga rendah yang menyebabkan penurunan mata uang.
Sementara itu, bitcoin sedikit berubah hari ini di 46.939,87 dolar AS.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/2597529/dolar-turun-tertekan-jatuhnya-yields-obligasi-kekhawatiran-omicron)