Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (19/11/2021) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bervariatif dengan Potensi Pergerakan 40...

ANALIS MARKET (19/11/2021) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bervariatif dengan Potensi Pergerakan 40 – 60 Bps

16
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pertemuan yang kita nantikan yang diharapkan mampu memberikan kita ketenangan bathin, ternyata tidak begitu rupanya.

Kata-kata dan penjelasan yang masih kurang lebih sama, masih dihadirkan dalam pertemuan Bank Indonesia kemarin, sehingga kami melihat bahwa belum ada jaringan pengaman yang mampu lebih menguatkan posisi Indonesia tatkala menghadapi kenaikkan tingkat suku bunga The Fed.

Memang benar, focus utamanya adalah memberikan kebijakan yang akomodatif untuk mendukung pertumbuhan, namun kami juga menginginkan sesuatu yang pasti terkait dengan langkah-langkah untuk dapat memberikan kita kekuatan apabila saat itu tiba.

Sejauh mata memandang, ada potensi Bank Indonesia mampu menaikkan tingkat suku bunga. Tapi kapan?

“Pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi pergerakan 40 – 60 bps. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (19/11/2021).

Adapun cerita di akhir pekan ini akan kita awali dari;

1.TURKI DAN INDONESIA

Sebuah cerita datang dari Turki, bukan membahas kebab tentunya tapi membahas tingkat suku bunga pemirsa. Bank Sentral Turki pada akhirnya kembali memangkas tingkat suku bunganya untuk kali ke 3 berturut turut pada hari Kamis kemarin, untuk mendorong pinjaman yang lebih murah bahkan sekalipun harus dibayar dengan mata uang yang mengalami pelemahan dan prospek inflasi yang mengalami kenaikkan. Komite Kebijakan Moneter mengurangi tingkat repo satu minggu sebesar 100 bps dari sebelumnya 16% menjadi 15% saat ini. Hal ini yang membuat Turki menjadi salah satu negara dengan keunikan tersendiri pemirsa. Pasalnya, di pelbagai Bank Sentral dunia lainnya yang mulai berfikir untuk melakukan pengetatan, kali ini tampaknya hal tersebut tidak akan berjalan dengan seirama karena Turki berbeda. Alhasil, Lira turun ke level terendahnya terhadap Dollar setelah keputusan tersebut di keluarkan. Bank Sentral Turki sendiripun memberikan isyarat dalam sebuah pernyataan yang menyertai keputusan Bank Sentral Turki, bahwa mereka masih mencari celah dan peluang untuk dapat memangkas kembali tingkat suku bunga pada bulan December mendatang. Sehingga, tekanan apa yang dirasakan hari ini mungkin akan berlanjut pada bulan depan. Memang benar, apa yang terjadi pada Bank Sentral Turki sesuatu yang luar biasa, pasalnya Presiden Erdogan selalu memberhentikan para Gubernur Bank Sentral yang tidak mengikuti permintaannya khususnya terhadap biaya pinjaman yang lebih murah. Gubernur Sahap Kavcioglu adalah Gubernur ke 4 sejak 2019 yang akhirnya harus menerima tekanan berhenti tersebut dari Presiden. Keputusan kemarin telah memberikan sebuah gambaran bahwa Bank Sentral tampaknya tidak peduli dengan nilai Lira dan akan terus mendorong pinjaman murah meskipun ada dampak yang serius. Saat ini pasar mungkin tidak dapat menerima pelonggaran tersebut yang dimana apalagi masih berpotensi mengalami penurunan hingga December. Namun pelonggaran moneter ini lebih kepada sebuah keputusan yang memiliki dampak serius di masa yang akan datang. Malamnya setelah keputusan Bank Sentral Turki, Presiden Erdogan kembali mengatakan bahwa dirinya berjanji untuk meringankan kembali tingkat suku bunga untuk masyarakat. Sejauh ini dengan tekanan dari Presiden, otoritas moneter telah memangkas tingkat suku bunga hingga 300 bps dalam situasi dan kondisi yang tidak terduga. Sejauh ini saja, Lira telah melemah lebih dari 30% terhadap Dollar. Fokus dari turunnya tingkat suku bunga sebetulnya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, didorong oleh pengurangan biaya kredit untuk memberikan ekspansi melalui stimulus kredit. Namun apakah hal ini baik adanya mengingat dampak yang ditimbulkan juga cukup serius? Biarlah waktu yang membuktikan, karena semua tindakan pasti ada konsekuensinya. Bank Sentral Turki sendiri memproyeksikan bahwa inflasi berpotensi mencapai 18.4% tahun ini. Kisah Turki berbeda dengan kisah Bank Indonesia yang kemarin juga melakukan pertemuan. Seperti biasa, akhirnya Bank Sentral Indonesia masih belum mengubah tingkat suku bunganya. Namun mungkin kami yakini bahwa di tahun 2022, mungkin tidak akan ada pengulangan pernyataan yang sama pada tahun 2022 mendatang. Bank Sentral Indonesia juga melihat lho, ruang bagi tingkat suku buga pinjaman untuk bisa turun lebih dalam sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan. Proyeksi inflasi masih tidak berubah pemirsa, berada di kisaran 2% untuk tahun 2021 dan 4% untuk tahun 2022 mendatang, meskipun saat ini masih berada di rentang 1.5%. Pertumbuhan ekonomi sendiri perkirakan akan berada di rentang 3.5% – 4.3% dan akan meningkat pada tahun 2022 mendatang, setidaknya pada tahun ini kita bisa berhasil berada di atas 3.5% pemirsa untuk menopang pertumbuhan ekonomi tahun depan. Fokus utama bagi Bank Sentral Indonesia adalah mendorong pertumbuhan, namun tetap menjaga stabilitas mata uang dan perekonomian. Satu hal yang kami ketahui adalah, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan kebijakan pre-emptive, dimana Bank Indonesia dapat menaikkan tingkat suku bunga sebagai langkah antisipasi untuk menjaga kenaikkan tingkat suku bunga The Fed pada tahun depan. Kami berfikir, negara negara lain pun melakukan hal yang sama, alih alih menggunakan inflasi sebagai alasan, kebijakan pre-emptive juga merupakan sebagai alasan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negara tersebut yang menaikkan tingkat suku bunga lebih awal. Bank Indonesia juga akan terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan system keuangan serta mendorong upaya pemulihan ekonomi lebih lanjut. Bank Indonesia juga akan terus melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter yang longgar dan tentu saja akomodatif. Bank Indonesia pun memperkuat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman analisis pada kelompok bank-bank terbesar yang memiliki pangsa kredit sekitar 70 persen dari industri. Genderang belum di bunyikan, tapi persiapan sudah matang. Well, biar waktu yang akan menjawabnya, seberapa besar tingkat suku bunga yang akan dinaikkan oleh Bank Indonesia nantinya dalam menghadapi kebijakan kenaikkan tingkat suku bunga seusai Taper Tantrum.

Baca Juga :  Bank DBS Raih Gelar ‘Safest Bank In Asia’ dari Global Finance Selama 16 Tahun Berturut-Turut


https://pasardana.id/news/2021/11/19/analis-market-19112021-pasar-obligasi-diperkirakan-bervariatif-dengan-potensi-pergerakan-40-60-bps/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here