Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (15/11/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

ANALIS MARKET (15/11/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

10
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih mengalami penurunan, membuat pelaku pasar dan investor menjadi galau merana.

Tapi kami melihat hal tersebut sebagai penyesuaian, karena pasar obligasi mulai kembali menyentuh 6% untuk obligasi 10y.

Namun satu hal yang pasti, pelaku pasar dan investor akan menunggu sesuatu yang penting pekan ini. Apa itu guys?

Arisan Bank Indonesia.

Tentu pelaku pasar dan investor ingin lebih tahu tentang bagaimana sikap dari Bank Indonesia ketika The Fed sudah memutuskan untuk melakukan Taper Tantrum.

Apalagi memang benar, Bank Indonesia sudah menyiapkan jurus triple intervention. Namun apakah itu cukup?

Hal inilah yang membuat pelaku pasar dan investor menunggu, apalagi kelanjutan dari pertemuan Bank Indonesia akan menjadi sesuatu yang menjadi penentu arah pasar obligasi selanjutnya.

Dengan dibatalkannya lelang, tentu kami melihat keuangan pemerintah mampu untuk bertahan hingga akhir tahun, dan bersiap untuk menghadapi awal tahun 2022.

Dengan hilangnya lelang, tentu harapannya mendorong transaksi di pasar sekunder mengalami peningkatan meskipun kenyataannya tidak begitu. Namun berhasil atau tidaknya, itu semua tergantung kepada sejauh mana pasar obligasi menawarkan volatilitas dari pergerakan harga obligasi.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (15/11/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.DUNIA DALAM BERITA

Ada 2 hal yang sangat penting saat ini terjadi karena mungkin saja akan memberikan angin positive kepada pasar. Yang pertama adalah, Presiden Joe Biden akhirnya akan bertemu secara virtual bersama dengan Presiden Xi Jinping pada hari Senin, untuk mencegah kesalahpahaman yang dimana kesalahpahaman tersebut dapat bermuara terhadap konflik militer. Dalam pertemuan tersebut, Amerika sendiri tidak memiliki target tertentu dari hasil diskusi tersebut. Pembicaraan tersebut terjadi ketika ketegangan antara kedua negara telah meningkat karena adanya permasalahan Taiwan yang dimana menurut kami juga Amerika terlalu ikut campur. Presiden Xi dan Biden bertemu karena pertemuan di level menengah hingga bawah masih belum membawa hasil yang maksimal. Sebagai informasi, Biden dan Xi sudah berbicara di telepon sebanyak 2x pada tahun ini, namun belum ada hal yang berarti yang bisa didapatkan dari sana. Xi dan Biden akan mencoba kembali untuk bertukar pandangan mengenai hubungan antara China dan Amerika dan kepentingan bersama antara Amerika dan China. Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah berbicara kepada kawannya, Antony Blinken pada hari Sabtu kemarin untuk memastikan bahwa pertemuan tersebut berjalan dengan lancar sehingga mendorong hubungan ke arah yang lebih sehat. Wang juga menegaskan kepada Blinken, mengenai sikap tegas China terhadap Taiwan setelah komentar dari Amerika itu sendiri. China juga meminta kepada Amerika untuk secara tegas menolak segala bentuk upaya kemerdekaan Taiwan dan tidak mengirimkan suatu opini atau tindakan yang salah kepada pihak pihak yang mendukung langkah tersebut. China dipastikan akan menekankan situasi dan kondisi saat ini khususnya terhadap segala bentuk campur tangan Amerika atau kegiatan lain yang mengganggu stabilitas Laut China Selatan. Yang membuat kecewa adalah, KTT virtual ini diperkirakan tidak akan mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan tersebut. Yang terpenting dari tujuan pertemuan ini adalah, bahwa Amerika dan China akan mencari cara untuk mengelola persaingan secara sehat dan bertanggung jawab, dan bekerja sama seiring sejalan selama kepentingan Amerika dan China itu adalah sama. Well, coba kita nantikan pertemuan antara Xi dan Biden pada hari ini, semoga diharapkan keduanya membawa kabar baik. Berlanjut kepada berita berikutnya adalah datang dari Jepang, dimana Pemerintah Jepang pada akhirnya tengah berencana untuk menyusun paket stimulus yang dimana nilainya itu lho pemirsa, lebih dari 40 triliun yen atau $350 miliar dalam langkah langkah kebijakan yang dibangun oleh Perdana Menteri Fumio Kishida yang dimana dirinya melakukan hal tersebut sebagai langkah upaya untuk menopang perekonomian Jepang yang masih dalam posisi kurang baik. Paket stimulus tersebut akan diumumkan pada minggu ini, dimana pemerintah sendiri akan melakukan penerbitan obligasi untuk menutupi sebagian besar biaya yang akan timbul dari stimulus tersebut. Porsi stimulus tersebut sebenarnya jauh lebih kecil, karena stimulus tersebut termasuk pinjaman didalamnya, Kishida juga mengatakan bahwa lebih dari 30 triliun Yen dari total stimulus tersebut akan diambil dari kas nasional termasuk didalamnya pemerintah daerah akan ambil bagian. Stimulus tersebut diberikan oleh Kishida sebagai bentuk dorongan terhadap kontraksi ekonomi yang terjadi pada bulan September kemarin karena Covid 19 telah memukul konsumsi dan terhambatnya rantai pasokan. Tujuan mulia dari Kishida akan kehadiran stimulus tersebut tentu saja sebagai bagian dari upaya untuk menopang pelemahan ekonomi, dan tentu saja mengakselerasi pemulihan ekonomi Jepang dari situasi dan kondisi setelah pandemic. Menopang pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang menjadi salah satu point utama yang tidak akan terabaikan begitu saja. Menurut kami, ukuran stimulus bukanlah masalah, selama hal tersebut memang sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh Jepang untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Jepang masih memiliki potensi yang begitu luar biasa untuk bangkit, meskipun ada saat dimana Jepang terasa kesulitan untuk bisa kembali kepada track yang sesuai karena Covid 19 menghalangi proses pemulihan. Harapannya cuma 1 pemirsa, agar Pemerintah Jepang lebih berani didalam mengeluarkan stimulus karena apabila ternyata ukuran stimulus tersebut lagi lagi kurang dari porsi yang dibutuhkan, maka stimulus tersebut tentu akan menjadi sia sia. Saat ini perhatian pelaku pasar dan investor sedang tertuju kepada keluarnya data ekonomi pertumbuhan ekonomi di Jepang yang diproyeksikan mengalami penurunan. Apalagi hasilnya ternyata tidak sesuai dengan yang diperkirakan, maka hal ini akan menjadi pendorong koreksi pasar Asia. Dan tampaknya hal tersebut mungkin akan menjadi kenyataan, karena data perekonomian dari Jepang sendiri diproyeksikan akan mengalami penurunan. Tidak hanya data perekonomian Jepang lho pemirsa, data ekonomi dari China juga menjadi sebuah tolok ukur hari ini. Penjualan ritel dan Industrial Production akan mencoba memberikan sebuah gejolak baru, pasalnya data perekonomian China diproyeksikan akan mengalami penurunan, dan tentu saja hal ini semakin menguatan bahwa perekonomian China mulai menunjukkan perlambatan yang dimana akan memiliki dampak negative terhadap mitra dagangnya, tidak terkecuali Indonesia. Namun penurunan data perekonomian tersebut masih dapat kita katakan masuk dalam tolerance. Tapi apabila penurunan terjadi terus menerus, bukan tidak mungkin hal ini akan memberikan dampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi China dan global.

Baca Juga :  SILO Raup Laba Rp696 Miliar Pada Tahun 2022


https://pasardana.id/news/2021/11/15/analis-market-15112021-pasar-obligasi-berpotensi-melemah-terbatas/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here