Beritamu.co.id, JAKARTA – Emmy Jorgensen, diaspora Indonesia di Norwegia, berharap mampu berkontribusi bagi Tanah Air. Harapan itu diwujudkannya dengan mengimpor produk Indonesia melalui perusahaan yang didirikannya pada 1991, yakni Scanesia AS.
“Karena rasa nasionalisme saya. Sebagai warga Indonesia yang tinggal di luar negeri dengan cara mengimpor produk Indonesia, saya bisa berkontribusi untuk negara selama di perantauan,” ungkapnya.
Di sisi lain, Emmy mengaku aktivitas impor produk Indonesia melalui Scanesia itu dilakukannya untuk melepas rindu dengan Indonesia. Pasalnya, setiap hari dia bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia.
“Di samping itu saya juga bisa berbagi ilmu dengan bangsa saya melalui perbandingan dengan produk-produk yang sudah canggih dari Norwegia. So I do not feel lonely anymore.”
Hingga saat ini, Scanesia AS menjadi importir produk makanan olahan dan minuman dari Indonesia. Pada awal pendiriannya, Scanesia mengimpor beras dan produk bumbu instan “Kokita”, sementara saat ini produk impornya adalah mie instan, kecap, dan bumbu instan.
“Saat ini sudah tidak impor beras namun masih impor produk bumbu instan dan pada 2018 telah memulai impor produk mie instan dari ABC.
Scanesia secara terus menerus melakukan pendekatan kepada berbagai chain supermarket di Norwegia untuk memasukkan produk Indonesia dan mengenalkan produk Indonesia melalui in-store promotion.
Keterangan Foto: Unloading container (dok. Scanesia AS)
Pasar Norwegia yang relatif kecil dan jumlah masyarakat Indonesia yang tidak banyak mengharuskan pihaknya untuk membangun market secara perlahan sejak dekade 1990 melalui promosi dan edukasi terkait penggunaan bumbu Indonesia dan kecap manis dalam memasak makanan Indonesia.
Pihaknya juga melakukan promosi ke berbagai perusahaan importir makanan seperti Norges Gruppen yang memiliki lebih dari 1.800 supermarket di Norwegia dan sudah menjadi supplier regular untuk perusahaan tersebut.
Mitra Scanesia AS di Indonesia antara lain PT ABC President Indonesia, PT Heinz ABC, PT Ika Foods, PT Kobe Boga Utama, PT Pacific Eastern serta PT Pulau Bambu yang baru pertama kali ekspor ke Norwegia pada Juli 2021.
Scanesia AS telah memiliki gudang penyimpanan di Oslo seluas 1500-meter persegi sebagai pusat distribusi produk Indonesia ke seluruh Norwegia.
Adapun dalam lima tahun terakhir, impor Scanesia AS dari Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sebanyak 7 kontainer pada 2016 meningkat hingga 31 kontainer pada 2020. Nilai pembelian atau impor Scanesia pada 2020 mencapai Rp5,4 miliar (FOB) atau bertumbuh 27,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pangsa pasar Scanesia terhadap ekspor Indonesia ke Norwegia pada saat yang sama mencapai 0,58% atau meningkat 60,9% dibandingkan pangsa tahun sebelumnya.
Hingga semester I/2021, Scanesia AS telah impor sebanyak 17 kontainer dengan nilai impor sebesar US$319.000. “Dan diharapkan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Scanesia AS juga berencana untuk melakukan ekspansi distribusi produk-produk Indonesia ke negara-negara Nordik lainnya.”
Keterangan Foto: Ibu Emmy sedang promosi produk Indonesia di wilayah Utara Norwegia (dok. Scanesia AS)
Kendala Produk Indonesia
Bukannya tanpa kendala. Emmy mengakui bahwa salah satu tantangan yang dihadapi produk Indonesia di pasar Norwegia adalah terkait bahan baku produk dari sawit. Pasalnya, ada kampanye uten palmolje (no palm oil) di Norwegia yang berimplikasi negatif terhadap penjualan produk-produk yang mengandung minyak kelapa sawit atau palm oil.
Sejumlah jaringan supermarket, kata Emmy, sama sekali tidak mau menerima produk yang mengandung minyak kelapa sawit.
“Tantangan masih berkisar di palm oil content mengingat banyak produk Indonesia yang diproduksi menggunakan bahan baku sawit,” ujarnya.
Di samping itu, Emmy menjelaskan bahwa pihaknya banyak membina para eksportir Indonesia terkait pengemasan produk, desain yang eye-catching dan juga cara membuat informasi produk yang benar dan sesuai standar Norwegia dan Eropa.
Dia pun selalu mencari dan mempertimbangkan produk-produk Indonesia yang baru dan mencari peluang impor ke Norwegia melalui Trade Expo Indonesia atau pameran besar Internasional lainnya. Emmy bahkan pernah ke Sumatera Barat dengan membawa konsultan UMKM dari Jakarta dengan biaya pribadi untuk membina UMKM agar produknya dapat diekspor.
“Saat ini kami lagi bekerja sama dengan salah satu UMKM di Padang, untuk export Bumbu rendang yang ke depannya bisa diproduksi di Norwegia, karena forbidden (dilarang) import rendang yang mengandung daging dari Indonesia ke Norwegia/Eropa,” ungkapnya.
Keterangan Foto: Produk di rak pertokoan di Alta (dok. Scanesia AS)
Setelah pandemi Covid-19 mereda, Emmy mengaku Scanesia memiliki banyak rencana untuk mengimpor lebih banyak produk dari Indonesia, terutama yang tidak mengandung minyak kelapa sawit. Dia berharap ke depan pihaknya bisa memasok sayuran segar, teh, green bean coffee, arang, dan produk dari produsen besar dan UMKM.
“Saat ini kami juga mulai melirik ke produk-produk UMKM khusus untuk masyarakat Indonesia yang tinggal di Norwegia, juga ke negara-negara Skandinavia lainnya seperti Islandia dan Swedia, karena kami sudah memiliki toko online dengan alamat indonesia-store.no,” ujarnya.
Dengan loyalitas yang ditunjukkannya, Scanesia AS tercatat sebagai salah satu penerima Penghargaan Primaduta (Primaduta Award) tahun 2021.
Penghargaan Primaduta merupakan salah satu wujud apresiasi Pemerintah Indonesia yang disampaikan oleh Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) kepada para pembeli mancanegara atas dukungan dan loyalitasnya, secara berkesinambungan membeli produk Indonesia, dan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan ekspor nasional. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan setiap tahun.
.
. :
.
Beritamu.co.id . Follow sosial media kami
.
sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20211109/9/1463724/primaduta-awards-2021-scanesia-as-semangat-diaspora-pasarkan-produk-ri-di-norwegia