Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (04/11/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Bervariatif, Aksi ‘Wait and...

ANALIS MARKET (04/11/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Bervariatif, Aksi ‘Wait and See’ Direkomendasikan

24
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali berbalik arah pemirsa kemarin mengalami penguatan secara harga.

Namun naiknya imbal hasil US Treasury hari ini berpotensi mendorong harga obligasi kembali mengalami penurunan.

Pasalnya, pertemuan The Fed subuh tadi pagi memberikan sebuah arah baru bahwa Taper Tantrum siap untuk dilakukan pada bulan November.

Alhasil, kami melihat ada potensi bagi imbal hasil SUN kita pada tahun depan mengalami kenaikkan sebagai reaksi dari naiknya tingkat suku bunga Bank Indonesia pada tahun depan.

Kami melihat kenaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak akan ekstrim seperti dulu pada tahun 2013, namun kenaikkan itu pasti ada meskipun hanya 1 atau 2x pemirsa. Hal ini yang mendorong respon dari imbal hasil untuk mengalami kenaikkan.

Setelah pertemuan The Fed usai, focus utamanya pasti beralih kepada Bank Sentral Inggris yang dimana akan mengadakan pertemuan hari ini. Ada kemungkinan, mereka akan menaikkan tingkat suku bunganya lebih dulu!

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan 30 – 60 bps. Kami merekomendasikan wait and see,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (04/11/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.THE FED BERAKSI!!

Ketua The Fed Jerome Powell pada akhirnya menyelesaikan pertemuan FOMC Meeting yang berlangsung semalam. Pada akhirnya Ketua The Fed, Powell mengatakan bahwa para pejabat harus bersabar dalam menaikkan tingkat suku bunga The Fed, meskipun Taper Tantrum akan segera dilakukan. Namun hal tersebut bukan berarti The Fed tidak akan melakukan sesuatu apabila inflasi bergerak diluar kendali. Powell mengatakan bahwa The Fed masih bisa bersabar, dan akan menanggapi situasi dan kondisi apabila diperlukan sebuah tindakan. Namun yang jelas, The Fed tidak akan ragu! Keren banget kan pemirsa, Powell berbeda dengan Lagarde yang terlihat ragu, hal inilah yang memberikan ketenangan bagi pelaku pasar dan investor meskipun keputusan tidak selalu seperti yang diharapkan pelaku pasar dan investor. Powell mengatakan bahwa Taper Tantrum akan dimulai pada bulan November dengan mengurangi porsinya sebesar $15 miliar dari program pembelian obligasi senilai $120 miliar. Powell mengatakan bahwa meskipun pengurangan pembelian obligasi sudah dilakukan, namun jangan khawatir! Bukan berarti para pembuat kebijakan akan menaikkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat. Sehingga terlihat Powell tampaknya tidak ingin bahwa kenaikkan tingkat suku bunga yang terburu buru mampu menghalangi potensi kenaikkan tenaga kerja di masa yang akan datang. Fokus Powell jelas sekali pemirsa, karena Powell ingin saat yang tepat untuk menaikkan tingkat suku bunga karena Powell ingin pasar tenaga kerja pulih lebih jauh dan kuat. Alhasil, meskipun Taper Tantrum dilakukan, namun S&P 500, DJI, Nasdaq, to the moon pemirsa, ditutup di level tertinggi sepanjang masa untuk sesi kedua semalam, sebuah pencapaian yang mustahil terlihat sejak tahun 2018. Yang kami perhatikan adalah Powell menginginkan bahwa pengurangan pembelian obligasi dapat dilakukan. Namun Powell tidak ingin menutup – nutupi Taper Tantrum tersebut sembari menyakinkan kepada pelaku pasar dan investor bahwa bukan berarti setelah Taper Tantrum kenaikkan tingkat suku bunga pasti akan dilakukan. Powell ingin menyampaikan secara jelas bahwa perubahan akan terjadi, dan tindakan pasti akan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan. Oleh sebab itu Powell tidak akan ragu, sebuah sosok yang diperlukan memang untuk memimpin Bank Sentral yang menjadi tolok ukur. The Fed akan mulai mengurangi pembelian US Treasurynya sebesar $10 miliar dan hipotek mortgage senilai $5 miliar. Sebuah awal dimulai Taper Tantrum hingga tahun depan, dan pengurangan ketergantungan perekonomian Amerika terhadap stimulus. Powell juga mengatakan bahwa kecepatan terkait dengan pengurangan akan memberikan kesempatan kepada The Fed untuk bisa menyelesaikan Taper Tantrum pada pertengahan 2022 mendatang. Kemungkinannya sangat beragam, dapat lebih cepat, dapat juga lebih lambat dari yang direncanakan. Tergantung bagaimana data perekonomian yang muncul imbuh Powell. Bank Sentral di seluruh dunia saat ini saat ini tengah terfokus terhadap pergerakan inflasi yang mulai tidak terkendali, karena saat ini bukan lagi masalah stimulus atau pembukaan perekonomian sejak lockdown, namun lebih kepada rantai pasokan yang mendorong kelangkaan ditengah tingginya permintaan. The Fed sejauh ini masih suka dengan level inflasi yang berada di 4.4% dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Meskipun inflasi yang berada saat ini, merupakan 2x lipat dari target Bank Sentral dan tertinggi dalam kurun waktu 3 dekade terakhir. Inflation Expectation juga mengalami kenaikkan hingga berada di 4.2% tertinggi sejak 2013 silam. Sejauh ini The Fed dan para pejabat lainnya mulai mengubah tanggapan mereka terhadap inflasi, yang dimana sebelumnya mereka mengatakan bahwa inflasi akan sementara, kali ini mereka mengatakan bahwa mereka tidak yakin sejauh mana dan seberapa lama inflasi akan bertahan. Inflasi terus meningkat, meskipun sebagian besar mencerminkan factor factor yang akan berada pada posisi sementara. Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan terkait dengan pandemic dan pembukaan kembali perekonomian telah mendorong pada kenaikkan harga yang cukup tinggi pada beberapa sector. Powell mengatakan bahwa kendala pasokan akan lebih besar dan lebih lama daripada yang dapat diantisipasi, namun The Fed bukan peramal, sehingga Powell percaya bahwa perekonomian akan bergerak dinamis. Oleh sebab itu The Fed akan melakukan penyesuaian dengan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan. Powell mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kenaikkan harga, namun berbicara terkait dengan risiko dirinya tidak ingin memberikan penilaian yang lebih tinggi, karena tingkat ketidakpastian saat ini juga tinggi ditambah komitmen Gubernur Bank Sentral untuk menjaga tujuan inflasi jangka panjang mereka berada di 2%. Membahas sedikit mengenai musim Taper Tantrum, rentang musim akan terjadi selama 9 – 12 bulan. Musim Taper Tantrum pendahulunya terjadi selama 10 bulan. Tingkat kecepatan kali ini akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi nanti, namun berakhirnya era Taper Tantrum, melihat situasi dan kondisi sekarang dimana inflasi sedang berada dalam posisi tinggi, tidak menutup kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya pada akhir atau Q4 2021 mendatang. Pelaku pasar dan investor saat ini masih melihat ada kemungkinan The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 2x pada tahun depan atau 2022 mendatang, kami pun berfikir demikian apabila inflasi tidak terkendali. Meskipun tenaga kerja masih belum kembali ke titik dimana sebelum pandemic terjadi, namun kami menyakini bahwa seiring berjalannya waktu, tenaga kerja akan mulai mendekati titik dimana sebelum pandemic yaitu 3.5%. Dan rentang waktu hingga tahun depan, memberikan kesempatan kepada sector tenaga kerja untuk terjadi. Powell sendiri tidak mau menjawab terkait dengan pencalonannya pemirsa, namun kami yakin lebih dari 70%, seharusnya Powell terpilih kembali menjadi Ketua The Fed. Seiring berjalannya waktu, kami menyakini bahwa hal ini akan menaikkan tingkat probabilitas kenaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia tahun depan, kira kira akan naik berapa kali ya? Eit, ditunggu ulasannya, karena sudah kepanjangan :D.

Baca Juga :  ANALIS MARKET (22/9/2021) : IHSG Diperkirakan Cenderung Mixed


https://pasardana.id/news/2021/11/4/analis-market-04112021-pasar-obligasi-diproyeksi-bergerak-bervariatif-aksi-wait-and-see-direkomendasikan/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here